NovelToon NovelToon
Kolor Sakti

Kolor Sakti

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Spiritual / Balas Dendam / Dikelilingi wanita cantik / Mengubah Takdir / Anak Lelaki/Pria Miskin
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: aiza041221

Seorang pria yang mendapat warisan leluhur setelah diceraikan oleh istrinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aiza041221, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14

Saat Jaenab tengah asik melihat Suparman yang sedang sibuk membakar ayam, matanya tanpa sengaja melihat tiga buah jamur liar yang sangat langka berada di atas tebing dideket air terjun.

Jaenab yang penasaran langsung berjalan mendekati tempat dimana ketiga jamur liar berukuran sebesar wastafel itu berada, setelah yakin jika ketiga jamur tersebut adalah jamur yang sangat langka dan berharga mahal, dengan penuh semangat Jaenab menghampiri Suparman.

" Man, lihat ditebing itu, bukankah itu jamur kemilap yang sangat mahal harganya?" tanya Jaenab sambil tersenyum penuh arti.

" Sepertinya begitu, jangan bilang kamu ingin agar aku mengambilnya untukmu, lokasinya tidak mungkin dijangkau olehku. Lagian kalau kita mengambilnya dengan galah dan akhirnya jamur itu rusak juga tidak ada harganya." balas Suparman setelah melirik sejenak ke arah jamur yang ditunjukkan oleh Jaenab.

" Aku tau itu, tetapi bagaimana kalau aku naik ke atas pundakmu? Pasti kita bisa mendapatkannya dengan mudah. Lumayan kalau sebesar itu pasti satu jamur bisa laku sepuluh juta, Man?" sahut Jaenab sambil memasang wajah memelas.

" Kita pikirkan nanti saja. Lebih baik kita makan ayam bakar ini terlebih dahulu, aku sudah sangat lapar." Balas Suparman sambil menyerahkan satu ekor ayam panggang yang sudah matang ke Jaenab.

Jaenab dengan senang hati langsung menerima ayam panggang dari Suparman dan langsung memakannya dengan lahap. Begitu pula dengan Suparman yang langsung menyantap ayam panggang jatahnya dengan tak kalah lahap dari Jaenab.

" Man, apa kamu tidak kepikiran untuk menikah lagi." tanya Jaenab disela-sela menikmati ayam panggang di mulutnya.

" Untuk sekarang aku belum kepikiran, aku ingin sukses terlebih dahulu sebelum kembali memikirkan untuk berumah tangga." balas Suparman dengan santai.

" Apa kamu tidak ingin mencangkul sawah lagi Man? bukannya kalau sudah terbiasa mencangkul sawah, lalu lama menganggur dan tidak mencangkul sawah kepala akan pusing." sahut Jaenab sambil tersenyum penuh arti.

" Kalau kepengen mencangkul sawah yang tinggal minta sama kamu, lagian sawahmu juga nganggur tidak dicangkul sama Hasan." balas Suparman sambil tersenyum penuh arti.

" Sembarangan kamu, Man? Kalau Hasan tau kamu mencangkul sawahku bisa dihajar habis-habisan kamu." sahut Jaenab sambil tersipu malu.

Jaenab sama sekali tidak menduga dengan jawaban yang dikeluarkan oleh Suparman, walaupun dia sedikit tertarik untuk mencoba sawahnya di cangkul Suparman, namun dia masih sedikit ragu untuk mengatakannya.

Apalagi Jaenab sadar bawah teman-teman Suparman seperti viola dan Caroline sangat cantik dan seksi, sangat berbeda dengan dirinya yang hanya anak desa.

" Bagaimana mungkin Hasan memukuliku, jika dia tidak tau aku mencangkul sawah istrinya, lagian aku hanya membantu dirinya mengolah sawah istrinya yang tidak dia gunakan." balas Suparman dengan santai.

" Sialan kamu Man? Ini kamu habiskan ayamnya, aku sudah kenyang karna mendengar perkataanmu." balas Jaenab dengan wajah tersipu malu.

Tidak mau terus-terusan digoda oleh Suparman, Jaenab memilih untuk berjalan menuju tempat ketiga jamur itu berada untuk melihat situasi bagaimana cara mereka agar bisa mengambil ketiga jamur itu.

Sementara Suparman hanya tersenyum sambil terus menikmati ayam panggang dihadapannya, setelah selesai menyantap ayam panggang dan perutnya kembali kenyang, Suparman langsung mengambil rokok di saku baju dan menyalakannya.

Suparman terus memperhatikan Jaenab yang sedang sibuk mondar mandir di bawah tebing, Suparman hanya bisa tersenyum melihat tekad Jaenab yang kuat untuk mengambil ketiga jamur kemilap itu. Mungkin di masa lalu, dia juga akan melakukan hal yang sama.

Suparman merasa heran karena meskipun sudah berkali-kali datang ke sini, ia belum pernah melihat jamur kemilap tumbuh di sana.

Namun, setelah dipikir-pikir, mungkin dulu ia tidak terlalu memperhatikan area tebing tersebut, yang posisinya sedikit tersembunyi di balik beberapa pohon dekat air terjun.

Setelah menghabiskan sebatang rokoknya, Suparman langsung bangkit dan berjalan menghampiri Jaenab yang sedang sibuk mondar-mandir tidak karuan.

" Bagaimana? Apa kamu sudah memiliki cara untuk mengambil ketiga jamur itu?" tanya Suparman sambil memperhatikan ketiga jamur di atasnya.

" Tidak ada cara lain Man, sepertinya kamu harus menjadi tumpuanku agar bisa sampai ke jamur itu, karna kalau kamu memanjatpun percuma karna tebingnya sangat licin." Balas Jaenab sambil menunjuk ke arah tebing ditumbuhi lumut.

" Kenapa hidupku selalu menderita saat bersamamu dihutan, kemarin harus mengeluarkan bisa ular, sekarang harus kamu injak-injak." gerutu Suparman sambil tersenyum masam.

" Sudah jangan banyak bicara? Kalau mau bantu harus ikhlas biar mendapatkan hasil maksimal." balas Jaenab sambil tersenyum penuh arti.

" Hufffftttt, baiklah kalau begitu semoga aku mendapatkan bonus besar karna telah membantumu dengan ikhlas." sahut Suparman sambil jongkok di depan tebing.

Jaenab hanya tersenyum mendengar tingkah Suparman, walaupun menggerutu namun tetap mau membantunya, namun kini justru dirinya yang sedikit ragu-ragu setelah mengingat kalau dirinya tidak memakai penghalang disawah miliknya, karna dia yang sehabis Mandi dan mendapatkan pesan dari viola, langsung terburu-buru berangkat ke rumah Suparman.

" Jaenab, jadi apa tidak? Kenapa kamu malah justru sibuk melamun." tanya Suparman dengan wajah cemberut.

" Sabar kenapa sih Man? Ini juga sedang bersiap-siap terlebih dahulu." balas Jaenab sambil mengangkat dasternya agar lebih memudahkan dirinya naik ke atas pundak Suparman.

Setelah memantapkan tekad, Jaenab pun menginjakkan kakinya di bahu Suparman, begitu dia sudah berdiri dia atas bahu Suparman. Secara otomatis daster yang dia kenakan langsung kembali seperti semula.

" Ayo Man? Naik perlahan-lahan saja, aku sedikit ngeri." ucap Jaenab dengan wajah memerah.

" Hufffftttt, kenapa kalian para wanita kalau kehutan masih pakai daster segala sih, bikin susah orang saja? Kalau begini kan aku tidak bisa melihat situasi." balas Suparman sambil bangkit dari jongkoknya segara perlahan.

" Sudah jangan banyak protes, geser ke kanan sedikit Man?" sahut Jaenab dengan santai.

Suparman hanya bisa pasrah menerima arahan dari Jaenab, saat dia tanpa sengaja mendongakan kepalanya ke atas, Suparman begitu terkejut melihat pemandangan di hadapannya. Dia tidak menyangka kalau Jaenab tidak menggunakan pelindung disawah miliknya.

Suparman hanya bisa menelan ludahnya saat melihat sawah indah yang kini tampak lebih rapi karna Jaenab telah memangkas rumput liar yang ada disekitarnya.

" Man, turun terlebih dahulu, aku sudah mendapatkan satu jamur, aku tidak bisa kalau harus mengambil ketiganya sekaligus." ucap Jaenab yang mengagetkan Suparman.

" Sebentar lagi, aku masih betah melihat pemandangan indah disini." balas Suparman tanpa sadar.

" Sudah turun terlebih dahulu, nanti juga kamu pasti lihat lagi." gerutu Jaenab dengan wajah memerah.

Jaenab tidak menyangka kalau Suparman akan memperhatikan sawah miliknya, namun karena sudah terlanjur terjadi, Jaenab pun tidak memikirkannya lagi.

Suparman yang tersadar setelah mendengar perkataan dari Jaenab, hanya bisa menuruti Jaenab dengan kembali jongkok secara perlahan, dia merasa sangat beruntung karna mau membantu Jaenab mengambil jamur liar yang berada di tebing.

Jika dia tadi menolak dan tidak mau membantu Jaenab, tentu dia tidak akan memiliki kesempatan untuk kembali melihat pemandangan sawah indah milik Jaenab.

" Man, lihat ini benar jamur kemilap kan? Ini pasti harganya sangat mahal, apalagi dengan ukuran sebesar ini." ucap Jaenab sambil menunjukkan jamur sebesar wastafel kehadapan Suparman.

" Kamu benar Jaenab, ini harganya pasti sangat mahal, lebih baik kita cepat ambil yang lainnya, aku sudah tidak sabar untuk kembali melihat sawahmu." balas Suparman sambil tersenyum penuh arti.

" Dasar Suparman..!" sahut Jaenab sambil meletakan jamur ditangannya ke tempat yang aman terlebih dahulu.

Setelah meletakkan jamur di atas rumput, Jaenab kembali naik ke atas bahu Suparman untuk mengambil jamur liar yang masih tersisa. Tidak seperti sebelumnya yang kurang bersemangat, kali ini Suparman sangat bersemangat untuk membantu Jaenab mengambil jamur liar itu.

" Hufffftttt, akhirnya selesai juga, kalau menurutmu berapa harga ketiga jamur ini, Man?" tanya Jaenab sambil menghela nafas panjang setelah selesai mengambil ketiga jamur kemilap.

" Setidaknya paling murah bisa terjual tiga puluh juta, Jaenab lebih baik kita cari lagi saja. Siapa tau masih ada jamur kemilap lainnya di sekitar sini." balas Suparman sambil tersenyum penuh arti.

" Kamu ingin membantuku mencari jamur kemilap atau kamu ingin melihat sawahku lagi?" sahut Jaenab sambil tersenyum mengejek ke arah Suparman.

" Hehehehehehehe.. dua-duanya, lagian akan sangat disayangkan kalau aku melewatkan kesempatan untuk bisa melihat pemandangan indah milikmu." balas Suparman sambil tersenyum penuh arti.

" Kalau hanya ingin melihat sawahku tidak perlu mencari jamur kemilap lagi, kamu bawa ketiga jamur ini ke keranjang terlebih dahulu. Setelah itu kita mandi, sudah sangat lama aku tidak mandi di air terjun ini." sahut Jaenab sambil tersenyum penuh arti.

Jaenab telah membulatkan tekad untuk memberikan Suparman bonus besar setelah membantunya mengambil jamur kemilap. Ia menyadari tanpa bantuan Suparman, dia tak akan mendapatkan ketiga jamur tersebut.

Selain itu, sejak Suparman membantu mengeluarkan racun dari tubuhnya, Jaenab merasa sedikit pusing karena terus terbayang dengan kejadian itu, dia merasa sudah saatnya untuk sawahnya ada yang mencangkul untuk menghilangkan rasa pusing yang dia alami.

Jaenab memilih Suparman untuk mencangkul sawahnya bukan tanpa alasan, karna selain Suparman akhir-akhir ini sering membantu dirinya, Jaenab juga sangat yakin kalau Suparman bisa menjaga rahasia dengan baik.

" Jaenab, Kamu yakin ingin berenang disini? Apakah kamu tidak takut ada warga yang tiba-tiba datang dan melihat kamu sedang berenang tanpa menggunakan apa-apa? Ini masih siang hari." tanya Suparman dengan wajah serius.

Suparman tidak menyangka kalau Jaenab akan menawarkan untuk berenang di air terjun, apalagi hati masih siang bolong dan bisa saja ada warga yang memasuki hutan.

" Tidak akan mungkin ada warga yang berani masuk ke hutan sampai disini? Apalagi ini sudah hampir tengah hari." balas Jaenab sambil melepaskan semua yang dia kenakan, lalu langsung berjalan ke arah air terjun.

Suparman hanya bisa terpaku melihat pemandangan di hadapannya, Jaenab yang terus berenang dengan penuh semangat, bagai putri duyung.

Tak bisa menahan diri lagi, setelah menaruh tiga jamur kemilap ke dalam keranjang bambunya, Suparman melepaskan pakaian yang dikenakannya

dan segera menyusul Jaenab yang sedang asyik berenang.

1
Hiu Kali
seharusnya MC punya ruang penyimpanan galaksi di kolornya.. jadi tinggal cling, harta sudah berpindah tempat.. keren ini cerita, ringan, menggelitik, ada adegan kulit bertemu kulit dan bulu bertemu bulu yang tidak monoton..upayakan 10rb kata thor per hari..hehehe
🍁FAIZ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
waaah pak retenya juga main judi
🍁FAIZ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
kalahkan terus bandarnya biar bangkrut
🍁FAIZ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
udah tahu Linda hamil mau juga man
🍁FAIZ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
cerdas juga leluhurnya, di kolornya ada tulisan S biar kayak Superman 🤣🤣🤣🤣
🍁FAIZ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
ceritanya bagus Thoor, usul per chapter di kasih judul ya.. langsung vote ini
Muji wiyono
Buruk
Yuliana Tunru
Luar biasa
Aqlul /aqlan
ni ada kelanjutanya nggak...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!