NovelToon NovelToon
Bintang Hatiku

Bintang Hatiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:958
Nilai: 5
Nama Author: lautt_

Di antara pertemuan yang tidak disengaja dan percakapan yang tampak sepele, terselip rasa yang perlahan tumbuh. Arpani Zahra Ramadhani dan Fathir Alfarizi Mahendra dipertemukan dalam takdir yang rumit. Dalam balutan nilai-nilai Islami, keduanya harus menavigasi perasaan yang muncul tanpa melanggar batasan agama. Bersama konflik batin, rahasia yang tersembunyi, dan perbedaan pandangan hidup, mereka belajar bahwa cinta bukan hanya tentang perasaan, tetapi juga tentang kesabaran, keikhlasan, dan keimanan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lautt_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sore hari

Arpa duduk di teras rumahnya, membaca Al-Qur’an sambil menunggu adzan Ashar. Ia merasa tenang di sore hari seperti ini. Setelah selesai membaca beberapa halaman, ia menutup mushaf dan mengusap wajahnya.

Ponselnya kembali bergetar.

Fathir: "Udah tanya sepupumu soal kuliah di Malang?"

Arpa: "Iya. Katanya sistem di kampus Islam seperti itu memang ketat. Tapi bagus buat ngasah ilmu agama."

Fathir: "Betul banget. Di ma’had aku, selain kuliah biasa, ada jadwal wajib hafalan Qur’an. Berat tapi berkah."

Arpa: "MasyaAllah. Aku jadi pengen juga kuliah di tempat kayak gitu."

Fathir: "Kalau niatnya karena Allah, insyaAllah selalu ada jalan."

Adzan Ashar berkumandang dari masjid dekat rumah Arpa.

"Ashar dulu ya, jangan lupa shalat," tulis Arpa.

"Siap. Jazakillah khair sudah ingatkan."

Arpa tersenyum. Ia tahu percakapan ini sederhana, tapi memiliki makna lebih. Ada sesuatu yang pelan-pelan tumbuh, tapi ia berusaha menjaga hatinya agar tidak larut dalam perasaan yang belum halal.

 

Malam Hari

Fathir duduk di kamarnya di pondok, membuka Al-Qur’an sebelum tidur. Ia membaca beberapa ayat, lalu menutup mushaf sambil menatap langit dari jendela kamarnya.

Pikirannya melayang pada percakapannya dengan Arpa. Ia sadar ada sesuatu yang mulai tumbuh dalam dirinya. Tapi sebagai seorang santri, ia tahu harus menjaga hati.

"Ya Allah, jangan biarkan aku jatuh pada perasaan yang salah. Jika ini hanya ujian, kuatkan aku."

Ponselnya berbunyi. Pesan dari Arpa.

Arpa: "Malam ini bintangnya terang banget. MasyaAllah."

Fathir melirik ke luar jendela. Ia tersenyum kecil.

Fathir: "Iya, aku juga lihat. Rasulullah pernah bersabda, ‘Orang yang berdzikir seperti orang hidup, dan yang tidak seperti orang mati.’ Kadang bintang itu kayak hati kita. Ada yang terang karena dzikir, ada yang redup karena lalai."

Arpa: "MasyaAllah, terima kasih udah ingetin. Aku kadang masih sering lalai."

Fathir: "Aku juga. Makanya penting saling mengingatkan. Semoga kita terus jadi bintang yang bersinar di hati kita masing-masing."

Arpa terdiam sejenak membaca pesan itu. Ia merasa ada pesan tersembunyi di balik kata-kata Fathir.

Arpa: "Fath, menurutmu gimana caranya menjaga hati biar nggak larut sama perasaan?"

Balasan Fathir agak lama.

Fathir: "Guru di pondok pernah bilang, kalau suka sama seseorang, doakan dia. Jangan terlalu dekat, supaya nggak membuat hati jadi lemah. Kalau memang jodoh, Allah yang mendekatkan. Kalau bukan, Allah yang menjauhkan tanpa menyakitkan."

Arpa membaca pesan itu berulang kali. Ia merasa tersentuh.

Ara: "InsyaAllah. Aku bakal coba menjaga hati. Makasih udah ngingetin."

Fathir: "Sama-sama. Semoga Allah menjaga hati kita."

Malam itu, dua hati saling terhubung lewat kata-kata yang sederhana namun bermakna. Tidak ada janji manis, tidak ada ungkapan cinta. Hanya doa dan harapan agar semuanya tetap berada di jalan yang diridhai Allah.

Percakapan malam itu berakhir dengan sederhana, tapi membekas.

Sebelum tidur, Ara menutup matanya dan berdoa.

"Ya Allah, jika dia baik untukku, dekatkanlah. Tapi jika tidak, jauhkanlah perasaan ini tanpa menyakitiku."

 

Fathir’s POV

Di kamarnya yang sederhana di asrama , Fathir duduk termenung menatap layar ponselnya. Percakapan dengan Arpa malam ini membuat hatinya bergejolak.

"Kenapa aku malah jadi begini? Bukankah seharusnya aku fokus belajar?"

Namun, ia sadar. Perasaan yang muncul itu bukan hal yang salah, tapi harus dijaga. Ia teringat ucapan gurunya di pesantren.

"Cinta sebelum halal itu ujian. Kalau mampu menjaganya, Allah akan memuliakanmu. Tapi jika gagal, bisa jadi itu sumber penyesalan."

Fathir mengambil mushaf Al-Qur’an di meja kecilnya dan mulai membaca beberapa ayat sebelum tidur.

"Ya Allah, kuatkan aku menjaga hati ini. Jangan biarkan aku terlarut dalam perasaan yang belum halal."

Malam itu, dua hati yang terhubung dalam doa masing-masing memulai kisah mereka. Tidak ada janji, tidak ada kata cinta. Hanya harapan dalam diam dan upaya menjaga hati di jalan yang diridhai-Nya.

“Bukankah cinta yang paling indah adalah yang diperjuangkan dengan doa?”

 

Di balik percakapan ringan dan canda sederhana, ada dua hati yang perlahan saling mengenal. Tapi lebih dari itu, mereka berusaha menjaga batas agar perasaan yang tumbuh tetap berada dalam koridor syariat. Karena cinta sejati bukan tentang seberapa dekat jarak, tapi seberapa kuat doa yang dipanjatkan dalam diam.

“Bukankah cinta yang paling indah adalah yang diperjuangkan dengan doa?”

1
Uryū Ishida
Gemesin banget! 😍
✨♡vane♡✨
Baca cerita ini adalah cara terbaik untuk menghabiskan waktu luangku
Dandelion: Jangan bosan ya bacanya
total 1 replies
KnuckleBreaker
Bagus banget! Aku jadi kangen sama tokoh-tokohnya 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!