"Ganti rugi 80 juta atau menikah dengan saya?"
Kristal Velicia, gadis yatim piatu dengan paras yang sangat cantik menjadi penyebab kecelakaan sebuah mobil mewah.
Gadis itu di tuntut untuk ganti rugi atau menikah dengan pemilik mobil tersebut.
Pria tampan bersifat dingin bersama gadis cantik dan ceria.
Bagaimanakah nasib pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vgflia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 29
"Apa kamu segang? Mau jalan-jalan?"
Kristal mengerjapkan matanya ketika membaca pesan dari Calvin, kemarin mereka memang sempat bertukar nomor handphone sebelum berpisah. Ia mengulum pipi bagian dalamnya, berpikir sejenak soal tawaran dari lelaki itu.
Dengan lihai jari lentik Kristal akhirnya bergerak di layar ponsel membalas pesannya.
^^^"Kalau jalan-jalan sebentar sepertinya tidak apa, aku juga sedang tidak melakukan apapun."^^^
"Di mana rumahmu? Biar kakak jemput."
Calvin ternyata sudah sangat menunggu balasannya, terlihat dari chatnya yang langsung di balas oleh lelaki itu.
^^^"Tidak perlu menjemput ku, Kak. Kita bertemu di cafe Brew&Bliss saja."^^^
Dengan cepat Kristal langsung membalas pesan Calvin, menolak tawaran lelaki untuk menjemputnya. Tidak mungkin ia mengirim lokasi mansion ini padanya, yang sudah jelas akan langsung mendapatkan berbagai macam pertanyaan dari lelaki itu.
"Apa itu tempat mu bekerja? Apa kamu sedang bekerja?"
^^^"Tidak, aku libur hari ini tapi karena bosan di kos aku memutuskan datang ke cafe. Sebentar aku share lokasinya Kak."^^^
"Baiklah."
Kristal mengirim lokasi cafe paman Wiliam pada lelaki itu dan bergegas untuk bersiap-siap. Tapi sebelum itu ia sempat menelpon paman Wiliam, memberitahukan pria itu bahwa ia akan mampir ke cafenya.
Calvin tersenyum tipis melihat lokasi cafe yang kristal kirim padanya. Kemarin gadis itu mengatakan kalau ia bekerja sebagai barista di sebuah cafe dekat pusat kota semenjak keluar dari panti tujuh tahun yang lalu.
Sempat terjadi perdebatan di antara mereka karena Calvin menyuruh Kristal berhenti bekerja dan menawarkan gadis itu untuk menjadi asisten pribadinya, namun Kristal menolak dengan tegas.
Tanpa menunggu lama, Calvin langsung mengambil kunci mobil dan keluar dari apartemennya setelah selesai menghabiskan waktu dengan berkas-berkas yang berisi data pasien.
Mobil sport berwarna putih itu menjauh dari area apartemen. Deru mesinnya yang ganas, melaju dengan cepat menuju cafe Brew&Bliss.
...***...
"Kenapa semua baju di sini terlihat mahal?" Kristal mengerang frustasi sambil berdecak pinggang. Bagaimana mungkin seorang pekerja biasa punya pakaian bernilai jutaan. Semua kainnya bahkan terbuat dari bahan yang bagus dan ada beberapa yang punya merk.
Gadis itu mengigit jarinya, ia harus sampai di cafe lebih dulu sebelum kak Calvin. Matanya bergerak menelusuri setiap pakaian yang terlipat dan tergantung rapi di walk-in closed miliknya. Sesaat, manik gadis itu berbinar mendapati sebuah dress mini berwarna putih yang terlihat sederhana tapi tetap memiliki kesan elegan. Baiklah, sudah diputuskan ia akan memakai dress ini. Kristal melepas handuk yang bertengger di badannya, berganti pakaian secepat kilat.
Gadis itu menyisir rambut panjangnya setelah selesai memoles sedikit make-up tipis di wajahnya yang nampak natural. Ia hanya mengambil ponsel dan keluar dari kamar tanpa membawa benda apapun, karena semua tasnya bermerk dan akan lebih mencurigakan bagi kak Calvin.
Baru kemarin Kristal berbohong soal ponselnya yang dibeli dengan cara kredit, dan seperti yang Kristal duga, kak Calvin langsung ingin melunasi handphonenya. Untunglah ia mengatakan bahwa handphonenya sudah lunas.
"Halo pak, iya Kristal mau keluar, siapin mobil ya."
Kristal berjalan ke arah lift dengan ponsel di telinganya. Langkah kaki gadis itu terhenti saat melihat Kay keluar dari dalam kamar dengan wanita tadi yang sudah berganti pakaian, dan sedang berjalan ke arah lift. Kristal memandang keduanya dengan mimik datar, mematikan sambungan teleponnya secara sepihak, ia beralih turun menggunakan tangga—tak minat untuk berpapasan dengan dua orang itu.
Sayangnya semesta tak berpihak padanya. Kristal kembali bertemu dengan dua orang itu di lantai bawah saat Kay dan wanita itu baru saja keluar dari dalam lift. Merotasikan matanya Kristal melangkah keluar mansion tanpa mempedulikan keduanya.
Kay melirik ke arah Kristal dengan mimik datar, tak berucap dan tak peduli keduanya berjalan ke arah meja makan untuk mengisi perut mereka.
...***...
"Hai!" Kristal membuka pintu cafe dengan senyuman yang mengambang di bibirnya, menyapa Jane dan Bram yang sedang shift pagi.
"Kau benar-benar datang?" Jane beralih memeluk Kristal meninggalkan kasir begitu saja.
"Hei layani dulu pelanggannya!" Bram berdecak kesal, meninggalkan mesin kopinya pria itu beralih melayani pelanggan yang menunggu di kasir untuk membayar pesanan.
Kristal terkekeh membalas pelukan Jane. "Kamu tau aku akan datang kemari, Jane? Apa Paman Wiliam yang mengatakannya?"
"Tentu, siapa lagi yang akan memberitahu kami." Jane melerai pelukan mereka. "Apa kau datang untuk minum kopi?"
Kristal menggeleng, "Aku punya janji dengan seseorang untuk bertemu di sini."
"Janji? Dengan siapa?" Bunyi lonceng pintu cafe terdengar bersamaan dengan ucapan Jane. Semua yang ada di dalam ruangan menoleh, mendapati seorang lelaki tampan bertubuh jangkung yang berdiri di dekat pintu dengan senyuman manis di bibirnya.
"Kak Alvin!" Kristal tersenyum berlari memeluk lelaki itu dengan erat. Calvin terkekeh, membalas pelukan Kristal tak kalah eratnya.
Bram dan Jane saling menatap dengan bingung saat melihat interaksi keduanya yang terbilang cukup akrab. Siapa pria itu?
"Maaf ya Kakak telat, tadi kejebak macet." Calvin mengacak rambut Kristal setelah melepas pelukan mereka.
Kristal mengangguk. "Iya nggak apa-apa, Kak. Oh iya, ini kenalin ini temen-temen Kristal." Gadis itu menarik tangan Calvin mengajak lelaki itu mendekat ke arah Jane dan Bram yang masih diam membisu.
"Ini Kak Bram yang paling tua di sini, dan ada Jane satu-satunya wanita yang bekerja disini." Kristal menunjuk mereka satu persatu di balas senyuman oleh keduanya sambil berjabat tangan.
"Tunggu, wanita satu-satunya? Bukankah kamu juga bekerja di sini?" Calvin mengerutkan keningnya menatap Kristal dan Jane bergantian.
"A-ah itu..." Gadis itu gelagapan, bisa-bisanya ia melupakan hal penting itu. "Karena kan sekarang Kristal libur jadi Jane satu-satunya wanita yang bekerja di sini hari ini, benarkan Jane?" Kristal melirik ke arah Jane sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Ahaha, y-ya itu benar." Jane memasang senyum paksa, mengiyakan perkataan Kristal meski sebenarnya ia tidak paham dengan apa yang sedang terjadi sekarang. Siapa pria ini? Apa hubungan mereka? Dan kenapa Kristal mengaku masih bekerja? Berbagai macam pertanyaan itu hanya terlintas di benak Jane.
Bram diam tak mengatakan apapun. Matanya bergerak menatap Kristal dan Calvin secara bergantian.
Calvin mengangguk. "Kalau begitu apa aku bisa mencicipi minuman best seller yang ada di cafe ini?"
"Tentu, Jane tolong buatkan ya ice ya."
Jane mengangguk dan langsung beralih ke arah kasir membuat pesanan, sedangkan Bram kembali ke mesin kopinya.
"Ayo Kak duduk dulu." Kristal mengarahkan Calvin ke salah satu meja, sedangkan Calvin mengikuti sambil merangkul gadis itu dengan akrab. Interaksi keduanya tak lepas dari pandangan Jane dan Bram.
Semangat up nya thor👍🏻
aku tunggu bab² selanjutnyaaa 😁
Nungguin ni