"Nih,kamu lagi hamil,nggak boleh makan yang macam-macam! makan nasi sama tempe gorng aja! itu udah cukup,biar bayimu nanti lahiranya nggak kegedean!ibu nggak mau kalau sampai kamu nggak bisa lahiran normal karena bayimu yang kegedean." . Suara makian dari ibu mertua selalu didengar oleh alma setiap kali ia hendak menikmati makananya. . Ia tak pernah menyangkah,kepindahannya dengan sang suami dari kontrakan ke rumah sang ibu mertua justru menjadi awal penderitaan untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mohammad Alfarizi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab empat belas
Bibir dokter dina membentuk sebuah lengkungan senyum mampu sedikit menenangkan aninda, kemudian menggeleng pelan san berkata. "Saya rasa tidak perlu, yang di butuhkan alma saat ini hanya dukungan dari orang tercinta dan keluarga terdekatnya, support dia dengan kata-kata yang bisa membuatnya semangat, jangan membuat dia semakin merasa bersalah dengan ucapan yang menyakiti hati, selalu tanamkan dalam pikiran alma bahwa semua ini sudah takdir dark yang maha kuasa adar dia bisa ikhas."
Aninda dan lendra sama-sama menghembuskan naps lega setelah mendengar perkataan dari dokter dina.
"Baik dok, terimah kasih atas semua penjelasannya, kami akan berusaha melakukan semua yang dokter sarankan," ucap aninda penuh rasa terimah kasih.
"Sama-sama dokter aninda, kalau begitu saya permisi karena masih ada pasien lain, mari semuanya," dokter dina mengguk rama dan berlalu dari tempat tersebut.
"Bu asri dengan sendiri kan, adik saya bukan orang gila, dia hanya sedang membutuhkan dukungan dan nggak perluh ke rumah sakit jiwa, kalau ibu takut akan dicelakai oleh alma, biar saya bawa dia pulang ke rumah saya, kami yang akan merawat dia sampai sembuh!." Lendra berucap setelah dokter dina menjauh dari mereka.
"Nggak mas, alma akan tetap pulang ke rumah ku, karena dia adalah istriku, aku yang merawat dia sampai sembuh," sahut yudi, ia tak ingjn berjauhan dari sang istri.
Jika sampai alma di rawat oleh rendra dan aninda, jelas ia tak akan bisa ikut tinggal di sana, rasa tak suka lendra pasti tak akan mengizinkan yudi ikut tinggal di rumahnya.
Lendra memutar kedua bola mata dengan malas, ia sama sekali tak percaya dengan kata-kata adik iparnya, jelas sekali bawa bu asri tak suka dengan alma, apalagi dengan kondisinya yang seperti sekarang.
"Kamu yakin mau membawa alma pulang ke rumah mu? ibumu takut loh dengan kondisi alma!" aninda melirik sinis kepada bu asri, untuk pertama kali ia bersikap seperti itu, karena tersingung dengan kata-kata wanita paruh baya yang sepertinya sangat menginginkan alma untuk dirawat di rumah sakit jiwa.
Bu asri terdiam, ia yang awalnya ingin menjauhkan alma dari hidup yudi dengan memasukan ke rumah sakit jiwa, kini malah merasa was-was, ia takut jika alma pulang ke rumah lendra, maka sang menantu akan menceritakan semua keburukan yang sudah ia lakukan sampai alma dan yudi harus kehilangan buah hati mereka.
Yudi mendekat ke arah sang ibu, ia menatap wanita yang telah melahirkannya dengan pandangan memohon.
"Bu, tolong izinkan aku membawa alma pulang ya, dua istriku bu, aku yang harus merawat dia dalam keadaan apa pun, aku berani jamin kalau alma nggak akan melukai ibu," pinta yudi kepada sang ibu.
"Ya sudah, kalau kamu maunya begitu ya pasti ibu kasih izin, wong alma istri kamu, jelas kamu yang paling berhak buat merawat dia," ujar bu asri sedikit lega, meski ia juga takut jika sewaktu-waktu alma akan mengamuk dan mencelakai dirinya.
Yudi langsung tersenyum lega mendengar persetujuan dari sang ibu.
"Mas lendra dengar sendiri kan? ibu sudah ngizinkan aku buat bawa alma pulang ke rumah, aku akan merawat dia dengan baik, mbak aninda dan mas lendra juga bebas buat mengunjungi alma kapan saja." Yudi terlihat begitu antusitas menyakinkan kakak iparnya.
Lendra menghembuskan nafas berat, ia tak rela alma satu rumah dengan mertua, namun ia tetap tak bisa melarang karena setatus yudi sebagai suami, memegang hak penuh atas diri alma.
"Kita tunggu aja kondisi alma sampai membaik, nanti kita tanya dia mau pulang ke rumah siapa! sekarang aku mau lihat keadaan alma, kasihan dia sendirian di dalam,nanti yang ada di fikirannya makin kosong," tukas lendra yang sudah lelah berdebat.
Mereka semua akhirnya masuk ke dalam ruang perawatan alma secara beriringan.
Di ranjang pasien, alma terlihat sedang duduk sembari memeluk lutut dengan tarapan kosong, air matanya menetes membasahi pipi saat melihat kedatangan yudi.
Lelaki itu mendekat dan merangkul bahu alma penuh kasih sayang.
"Sayang, kenapa menangis? ada aku disini," bisik yudi dengan lembut.
Alma menoleh, suara isakannya semakin terdengar jelas ditelingah semua orang.
"Aku gagal mas, aku nggak bisa menjaga anak kita, aku buka seorang ibu yang baik," racau alma di sela-sela tangisan.
Aninda ikut mendekat ke ranjang, hantinya merasakan peruh melihat alma yang biasa ceria harus terpuruk seperti itu.
"Alma, kamu harus ikhlas, ini semua sudah takdir, bukan karena salah kamu," ucap aninda memberikan dukungan.
"Mau di bilang bukan salah dia ya tetap salah dia, wong dia nggak bisa jaga keselamatan diri sendiri! kalau dia nggak sembrono, nggak mungkin aku sampai kehilangan cucuku!" gunam bu asri lirih, akan tetapi tetap bisa terdengar di telingah semua orang dan menbuat emosi lendra kembali naik ke ubun-ubun.
"Yud, ibumu bisa diam nggak, jangan sampai aku sendiri yang membuat kamu nggak bisa ketemu alma, aku nggak rela mentalnya semakin hancur karena ulah ibu kamu!." Kali ini, aninda yang berbisik di telinga yudi dengan penuh penekanan.
Tanpa membalas ucapan aninda, yudi langsung mendekat ke arah sang ibu.
"Bu, aku mohon jangan bikin masalah lagi, kasihan alma bu, apa ibu ingin aku berbisah dengan alma?" tegur yudi tanpa membentak, ia juga tak ingin membuat alma kembali histeris karena melihat pertengkaran antara dirinya dan sang ibu.
"Iya, ibu minta maaf!" ucap bu asri dengan sinis.
"Mas," suara alma yang memanggil sang suami membuat yudi kembali ke ranjang pasirn.
"Ada apa sayang?" tanya yudi dengan lembut.
"Aku kangen sama anak kita, aku pengen ketemu sama dia," ujar alma lirih.
Yudi mengulas senyum tipis, ia mengelus rambut alma yang terlihat berantakan dengan penuh kasih sayang.
"Iya, nanti setelah pulang dari rumah sakit, aku ajak kamu ke makan anak kita ya," ucap yudi dengan suara lembut, berharap alma bisa segerah pulih seperti sedia kalah, wanita berparas cantik itu menangguk dan memeluk pinggang sang suami yang berdiri di samping ranjang.
Sementara aninda memilih menjauh dan berdiri di samping sang suami.
"Kita harus berusaha bawa alma pulang ke rumah kita mas, aku ngerasa ada yang nggak beres sama ibunua yudi, aku takut kondisi alma akan semakin parah kalau dibawa ke sana." Bisik aninda lirih, ia tak ingin ucapaannya terdengar oleh bu asri maupun yudi.
"Kamu benar aninda, aku juga nggak rela adikku serumah sama wanita jahat itu," balas lendra sependapat.
alma gugat cerai aja ke yudi
semoga aja secpt mertu alma kena karma 😅😅😅
semoga aja mertua alma mimpi tetang cucu nya biar mertua nya jdi ketakutan sendiri 🤣🤣🤣🤣
gimna kelanjutan nya 😭😭😭😭