"Syukurlah kau sudah bangun,"
"K-ka-kamu siapa? Ini… di mana?"
"Tenang dulu, oke? Aku nggak akan menyakitimu.”
Ellisa memeluk erat jas yang tadi diselimuti ke tubuhnya, menarik kain itu lebih rapat untuk menutupi tubuhnya yang menggigil.
"Ha-- Hachiiih!!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ellisa melangkah
Ellisa melangkah ke kamar. Tersenyum sejenak menatap Elmira yang tertidur lelap.
Sesuatu menarik perhatiannya. Sepucuk surat kecil yang ditindih dengan mainan di atas meja. Ellisa meraih surat itu dengan hati-hati, membacanya.
Dengan perasaan berat, ia menyandarkan kepalanya di atas meja itu, "Ternyata, Kak Sam memang sesibuk ini," keluhnya pelan.
Tapi dadanya justru terasa semakin penuh, membuat napasnya sesak. Ellisa mengigit bibir bawahnya, merasakan ASI yang merembes tanpa tujuan.
"Duh, mulai lagi..." keluhnya.
Pandangannya tertuju pada surat itu. "Kapan dia pulang?" Suaranya lirih, tenggelam di antara keheningan kamar itu, membuatnya semakin merasa sendiri.
"Kesepian adalah hal yang paling menakutkan di dunia ini," gumam Ellisa dengan suara lirih, matanya perlahan terpejam.
Suasana kamar semakin hening, hanya diselimuti suara napas ringan dari keduanya. Namun, keheningan itu tak berlangsung lama. Seorang pria muncul di ambang pintu, melangkah masuk dengan hati-hati agar tak mengganggu tidur mereka.
Dia berhenti di depan Ellisa yang tampak begitu lelah, lalu jongkok perlahan, menatapnya dengan penuh kelembutan.
"Ellisa," panggil pria itu.
Kelopak mata Ellisa perlahan terbuka. Ia mengerjap beberapa kali, "Kak Sam?" bisiknya, tak percaya.
Sam tersenyum kecil, matanya menyiratkan kehangatan yang telah lama dirindukan Ellisa. "Kenapa kamu tidur bersandar meja?" tanyanya lembut.
Ellisa mengangkat kepalanya. Ia menatap Sam, memastikan pria itu benar-benar nyata dan bukan sekadar mimpi. "Kak Sam," ucapnya lagi, perlahan meraih wajah pria di depannya.
Sam terdiam, membiarkan Ellisa menyentuh wajahnya. Matanya terpejam, merasakan sentuhan lembut dan hangat yang terasa begitu tulus.
Tak mampu lagi menahan emosinya, Ellisa memeluk Sam erat. Menumpahkan segala perasaan yang ia pendam selama ini. "Aku selalu menunggumu pulang, kak."
Sam mengusap punggung Ellisa perlahan, memberi ketenangan. "Maaf... Aku pulang terlambat," katanya lirih.
Ellisa hanya menggeleng kecil di pelukannya. Kehadirannya begitu berarti bagi dirinya.
Sam mengangkat tubuh Ellisa dengan hati-hati, langkahnya ringan namun penuh kehangatan saat memindahkannya ke sofa.
Ia menempatkan Ellisa duduk dengan nyaman, lalu berlutut di hadapannya, menatap wajah lelah namun tetap manis itu.
"Apa kamu capek?" tanya Sam lembut.
Ellisa mengangkat tangannya ke leher, memutarnya perlahan untuk meredakan kekakuan. "Emm... kalau capek sih udah biasa, Kak," jawabnya sambil tersenyum tipis.
Sam mengangguk kecil, lalu berdiri. "Kalau begitu, aku akan kembali bekerja," katanya dengan nada datar, sambil berbalik menuju meja kerjanya.
"Eh?" Ellisa terperanjat.
Jantung Ellisa seolah anjlok mendengar kata-kata itu. Satu tarikan napas panjang menahan rasa kecewa yang tiba-tiba muncul, membuat air mata langsung menggenang di pelupuk matanya.
"Aku perlu membawa beberapa dokumen lagi," ucap Sam lebih ke dirinya sendiri.
Wajah Ellisa berubah menjadi pucat dan gelisah. Tangannya meremas ujung pakaiannya, bibirnya bergetar seolah tangisnya akan pecah kapan saja.
"Tapi... kan..."
"Aku hanya bercanda kok," kata Sam menoleh sambil menahan senyum, hanya menggoda.
"Kak Sam jahat!" serunya langsung memeluk Sam tiba-tiba.
Sam tertawa kecil, memeluk kepala Ellisa yang bersandar di dadanya. "Maaf, maaf. Aku nggak bermaksud bikin kamu sedih," ujarnya sambil menatap wajah Ellisa dengan penuh kasih.
Ellisa cemberut. "Aku pikir... Kak Sam beneran ninggalin aku lagi," katanya lirih, suaranya nyaris tak terdengar.
Sam menghela napas panjang, lalu mengangkat dagu Ellisa dengan lembut agar mata mereka bertemu. "Dengar ya, Ellisa. Aku nggak akan ninggalin kamu lagi. Aku janji," ucapnya tulus, matanya penuh kesungguhan.
Tatapan mereka terhenti dalam keheningan sejenak, "Jangan janji. Untuk sekarang aja aku udah seneng," kata Ellisa.
"Iya." Sam mengusap kepala Ellisa lembut, membiarkan gadis itu bersandar di pelukannya.
Ellisa menyadari satu hal, bahwa kehilangan Sam akan membuatnya merasa sangat kesepian. Entah kenapa.
Sam melirik Ellisa dengan senyum jahil di wajahnya. "Kita mandi bareng yuk," ajaknya dengan nada menggoda.
"Eh?" Ellisa tersentak, pipinya memerah. "Kak Sam, nggak boleh lah!"
Sam tertawa kecil, mendekat sambil menatapnya penuh godaan. "Ellie... aku capek banget. Kamu juga capek kan? Kalau kita mandi bareng, capeknya pasti langsung hilang," katanya sambil mengedipkan sebelah mata.
Ellisa mengerutkan keningnya, mencoba menghindari kedipan mata itu. "Tapi, nggak gitu juga dong, Kak..." katanya sambil memalingkan wajah.
Di sisi lain, Elmira yang tidur mulai menggeliat bangun, mengeluarkan suara kecil yang hampir seperti rengekan.
"Kak, Elmira bangun!" seru Ellisa dengan nada panik, mencoba mencari alasan untuk mengalihkan perhatian.
Namun Sam, bukannya berhenti, justru makin menggoda. "Biarin aja. Kamu masih harus mandi sama aku," katanya sambil menahan tubuh Ellisa yang ingin mendekati Elmira.
"Kak Sam, jangan bercanda!" Ellisa mencoba mendorong tubuh Sam, tapi Sam justru semakin erat menahan tangannya, membuatnya terkikik geli.
"Kak, Elmira nangis!" protes Ellisa sambil tertawa, meski ia tak bisa sepenuhnya melawan tenaga Sam.
Sam mendengus kecil, lalu menekan earphone-nya. "Bobo, tolong ke kamar. Bawa Elmira keluar dan asuh dia sebentar," perintahnya.
"Baik, Bos," jawab Bobo dari seberang.
Ellisa menatap Sam dengan tak percaya. "Kak Sam, kamu serius sampai segitunya?"
"Tentu saja," jawab Sam tanpa ragu, lalu dalam satu gerakan cepat, ia membopong tubuh Ellisa seperti karung. "Kalau kamu nggak mau jalan sendiri, aku yang bawa!" katanya sambil tertawa.
"Kak Sam! Turunin aku! Ini nggak lucu!" teriak Ellisa, wajahnya sudah merah padam. Ia memukul-mukul bahu Sam, tapi pria itu tak bergeming.
Sam malah melangkah masuk ke kamar mandi sambil tersenyum penuh kemenangan. Pintu kamar mandi tertutup.
Suara tawa Ellisa dan candaan Sam terdengar dari dalam. "Ih, kak! Hihihi, geli. Mmoo lepasin aku!"
Sam menurunkan Ellisa lalu melepas kemejanya dengan gerakan santai. "Aku memantaumu seharian ini, Ellisa," katanya dengan nada tenang.
Ellisa yang sedang memunggungi Sam langsung menoleh tajam. "Apa maksudnya?" tanyanya, alisnya mengernyit curiga.
"Pagi tadi kamu mandi bareng Elmira, makan sama Elmira, main sama Elmira—aku tahu semua itu. Elmira yang bandel, Elmira yang bikin kamu capek, sampai Alana yang datang ke rumah... Aku tahu semuanya," jawab Sam sambil membuka ikat pinggangnya tanpa terburu-buru.
Ellisa membelalak, "Kok bisa? Kamu tahu semua itu dari mana?" tanyanya, suaranya terdengar bingung.
Ia melirik ke arah Sam dari sudut matanya, dan melihat pria itu sedang dengan santai melepas kemeja. Pipinya mulai memanas.
Sam mengangkat bahu, seolah semua itu hal yang sepele. "Aku kan kerja di bidang teknologi. Apapun bisa aku lakuin," katanya sambil tersenyum jahil.
Mata Ellisa bergerak, memindai seluruh kamar mandi dengan seksama. Kecurigaan muncul di wajahnya. "Ada CCTV di kamar mandi?"
Sam menghentikan gerakannya, "Yup. Betul," katanya sambil tertawa kecil, tanpa sedikit pun merasa bersalah.
Ellisa mendengus, "Kak Sam! Itu namanya ngintip! Kamu nggak boleh sembarangan, apalagi sampai memata-matai aku begitu!" katanya dengan nada kesal.
Sam hanya tertawa lebih keras, lalu mendekatkan wajahnya ke arah Ellisa, membuat gadis itu mundur selangkah.
BTW gantian ke cerita ku ya Thor. Poppen. Like dn komen kalo bs. /Grin/