Iva merupakan anak dari pengusaha yang kaya raya. Dia justru rela hidup susah demi bisa menikah dengan lelaki yang di cintainya. Bahkan menyembunyikan identitasnya sebagai anak dari turunan terkaya di kota sebelah.
Pengorbanannya sia-sia karena ia di perlakukan buruk bukan hanya oleh suami tapi juga oleh ibu mertuanya.
Di jadikan sebagai asisten rumah tangga bahkan suami selingkuh di depan mata.
Iva tidak terima dan ia membuka identitas aslinya di depan orang-orang yang menyakitinya untuk balas dendam.
Lantas bagaimana selanjutnya?
Yuk simak kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 14
"Mamahmu berhutang lima puluh juta sudah beserta bunganya. Dia janji Minggu lalu akan di lunasi tapi ternyata bohong. Makanya aku menagih ke rumah," ucap salah seorang depkoletor.
Sejenak Damar terperangah, ia masih tidak percaya jika Mamahnya berhutang begitu banyaknya untuk hal yang tidak jelas. "Astaga, Mamah! Untuk apa uang lima puluh juta itu?"
Damar menatap tajam ke arah Mamah Ila.
"Untuk apa kamu bilang? Ya jelas untuk kebutuhan pribadi Mamah. Dulu saja kamu tidak pernah protes jika Mamah menghabiskan banyak uang hingga ratusan juta dalam waktu sebulan. Kenapa sekarang kesannya kamu begitu perhitungan. Aku ini Mamahmu yang merawatmu susah payah seorang diri bahkan aku juga membiayai sekolahmu hingga sarjana juga seorang diri. Tega banget kamu sama Mamah, pelit seperti ini," tutur Mamah Ila menjengitkan bibirnya.
Damar benar-benar sudah tidak kuat menghadapi sifat Mamahnya tapi ia juga tidak akan tega untuk mengusir Mamahnya. Karena hanya Mamah yang dia punya.
Tanpa berkata kembali, Damar masuk ke dalam rumah dengan tertatih. "Tunggu sebentar ya Pak. Saya akan ambil uang dulu."
Di sebuah kamar, Damar Mencari sesuatu. Matanya menjalar ke sana kemari seperti sedang mencari sesuatu yakni mencari uang simpannya.
"Kok nggak ada ya? Padahal jelas sekali aku menyimpannya di kotak ini."
Damar melangkah menuju ke depan rumah dan ia bertanya pada sang Mamah. "Mah, tahu nggak uang yang ada di dalam kotak ini? Uang sisa penjualan mobil."
Mendadak wajah Mamah Ila terlihat pias bahkan ia hanya terpaku dan diam seribu bahasa.
"Hey kamu, niat mau bayarin hutang Mamahmu atau tidak? Nggak usah berbelit-belit menyita waktuku saja."
Satu teguran berhasil mengagetkan Damar dan Mamah Ila.
'Iya Pak, saya minta maaf. Sebenarnya saya bersedia kok lunasi hutang. Tapi saya mohon keringanan waktu karena saya sedang kena musibah yakni uang tabungan hilang. Uangnya di kotak ini, Pak. Tapi entah kenapa kok hilang? Nggak mungkin juga uangnya jalan keluar sendiri."
Sang depkoletor menghampiri Damar, dengan mata membola ia mencengkram kerah baju Damar. Terdengar jelas suara gertak giginya. "Nggak usah banyak alasan! Nggak usah bersandiwara di depanku, jika mau bayar hutang cepat bayar! Jika tidak, kami akan mengambil semua barang-barang berharga yang ada di dalam rumah kalian sebagai penebus hutang!"
Seketika tubuh Damar gemetaran, keringat dingin bercucuran begitu saja. Bibirnya bergetar kala berkata. "I-iya Pak! Saya tidak berbohong kok. Demi Allah, di dalam kotak ini ada sejumlah uang yang bisa untuk bayar hutang. Sisa uang dari saya jual mobil, Pak. Tolong beri waktu lagi ya Pak. Saya pasti bayar hutang Mamah."
Dengan begitu keras, Sang depkoletor menghempaskan cengkraman tangannya itu. "Baiklah, saya beri tenggang waktu satu hari saja. Besok siang sekitar pukul sebelas, saya datang lagi. Jika masih berkilah macam-macam terpaksa kalian berdua saya laporkan ke aparat kepolisian untuk di masukan ke dalam jeruji besi!"
Begitu lega hati Damar karena sang depkoletor tidak memperpanjang masalah dan tidak menganiaya dirinya dengan melayangkan beribu tinju ke sekujur tubuh seperti yang sudah-sudah. Dengan mencoba tersenyum dan menangkupkan kedua tangannya di dada Damar mengucap satu kalimat. "Terima kasih ya Pak, saya janji besok uangnya sudah siap."
Saat itu juga sangat depkoletor yang di temani beberapa orang pergi dari rumah Damar. Seperginya mereka Damar kini mencecar begitu banyak pertanyaan kepada Mamah Ila.
"Mamah kan yang sudah ambil uang di kotak ini? Karena hanya Mamah yang tahu tempat penyimpanan kotak ini. Di dalam kotak ini, ada sejumlah uang yang cukup banyak. Sudah sering aku nasehati Mamah jika uang untuk di pake keperluan sehari-hari jadi jangan pernah di ambil tapi kenapa Mamah ambil juga? Sudah ambil uang di dalam kotak di tambah lagi punya hutang yang nilainya lumayan banyak. Memang untuk apa saja uang sebanyak itu sih, Mah?"
Mamah Ila tersenyum sinis,ia sama sekali tidak merasa bersalah justru terus saja membela diri. "Ya untuk kebutuhan hidup Mamah. Kenapa pake tanya bolak balik sih? Mamah capek mengulang jawaban terus. Nggak usah menyalahkan Mamah tapi salahkan dirimu sendiri yang tidak becus dalam mencari pekerjaan. Mamah sudah mengeluarkan banyak uang untuk biaya merawatmu, biaya pendidikanmu. Masa iya seorang lulusan kuliah kok cuma jadi OB. Mamah sudah capek hidup susah, Damar. Mamah ingin dong, hidup bergelimang harta tidak kekurangan apapun. Dari dulu Mamah hidup menderita mengurus kamu seorang diri di tambah lagi harus menghidupimu."
"Hanya perkara hutang yang nggak seberapa, kamu sebegitu marahnya pada Mamah. Padahal pengorbananmu belum ada seujung kukunya pengorbanan Mamah. Apa pernah Mamah mengeluh dalam mengurusmu, nggak kan? Mamah juga tidak pernah perhitungan seperti yang kamu lakukan kepada Mamah. Inilah yang di sebut air susu di balas air tuba. Kebaikan di balas dengan kejahatan."
Mendengar perkataan pedas dari bibir tua Mamahnya, Damar terbungkam, ia hanya bisa menghela nafas panjang. Memang benar apa yang dikatakan oleh Mamah Ila.
Sejak sang Papah meninggal dunia di usia Damar yang masih sangat kecil. Mamah yang bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga.
Sementara di rumah Iva, yang sedang termenung sendiri. Bukan memikirkan hancurnya rumah tangga bersama Damar, justru ia sedang memikirkan Ben. "Kenapa hingga kini, naluriku terus saja merasa bahwa Ben itu pernah kenal dekat denganku. Tapi sedekat apa ya? Terus kami kenal dimana? Ah daripada aku pusing memikirkan hal ini, mending aku cuci mata sebentar ke mall sekalian mencari makanan kesukaanku."
Iva melajukan mobilnya menuju kesebuah mall terdekat. Ia begitu menikmati perjalanan nya dengan memutar musik lagu-lagu kesukaan. Sambil mengemudi sambi bernyanyi hingga tidak terasa sudah sampai di mall.
Tapi ia dikejutkan oleh seseorang yang sedang kesakitan memegang dadanya sendiri. Tanpa menunggu lagi, Iva segera menghampiri orang tersebut dan menolongnya membawa ke klinik terdekat. Lantas siapa orang yang telah di tolong Iva? Lelaki atau perempuan ya? Simak terus ya?
gak mau orang jahat yang datang