Wanita introvert itu akhirnya berani jatuh cinta, namun takut terlalu jauh dan memilih untuk berdiam, berdamai bahwa pada akhirnya semuanya bukan berakhir harus memiliki. cukup sekedar menganggumi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NRmala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari yang penuh kebahagiaan
“Aku pernah bertanya kepada Ibu pengurus panti. Mereka bilang, mereka tidak memiliki kontak orang tua aku. Setiap bulan ada yang membiayai sekolah dan uang jajan untuk aku. Tapi, mereka tidak tau siapa. Karena dikirim pakai nomor rekening luar negeri. Makanya, aku udah gak mau lagi cari tau. Mungkin, mereka hanya mau aku menjadi anak yang berbakti dan berserah sama Allah. Jadi, apapun itu, aku akan tetap menunggu sampai Allah sendiri yang ngasih tau siapa mereka.”
Lekuk wajah tampan itu tampak bercahaya di bawah rembulan. Tidak ada sedikit pun raut wajah penyesalan yang tergambar di sana. Hatinya yang benar-benar ikhlas, membuanya tetap berkilau.
“Aku... Sudah cukup bahagia di panti ini. Ibu pengurus panti yang baik banget, teman-teman aku yang selalu supportif sampai sekarang walaupun udah pisah, dan adik-adikku di sini yang begitu aku sayang. Bagiku, semua itu sudah cukup untuk aku tetap bertahan di sini tanpa harus mencari tahu lagi siapa orang tua kandungku.”
Arya tersenyum menatap ke tiga temannya secara bergantian.
“Dunia yang engkau berikan kepadaku ternyata tidak begitu kejam ya Allah. aku kira, akulah sang pemilik derita yang paling kejam. Justru ternyata, masih ada yang jauh lebih menderita daripada aku tapi masih bisa tersenyum tenang bahkan menerima segalanya dengan ikhlas. Maafkan hambamu ini, yang begitu egois ini karena pernah lupa untuk bersyukur pada setiap kejadian yang menimpa diriku.” Lagi-lagi suara hati Laura menggema.
“Kamu sangat luar biasa, Arya! Kalau mungkin aku jadi kamu, aku gak mungkin sekuat itu.” Dinda tersenyum ke arah Arya. sang pemilik mata dan wajah tampan yang membuatnya kini merasakan jatuh cinta.
Emil melirik jam yang terlingkar di tangannya.
“Em... Laura, Dinda, kamu gak mau balik? Udah terlalu malam nih.” Tanya Emil membuat Dinda dan Laura bersamaan melihat jam tangan milik mereka masing-masing.
“Eh, iya! Suasana di sini membuat kita terlalu nyaman sampai lupa waktu pulang. Hehehe... Yaudah, ayo Ra! Nanti gak ada taxi online yang gak beroperasi lagi kalau kemaleman.” Ajak Dinda kepada Laura.
“Ayo cari Ibu pengurus pamit pulang dulu. Sambil aku pesen taxi nya.” Laura mengutak-atik handphonenya.
“Kalian tunggu di depan aja. Aku panggilin Ibu.” Kata Arya berlalu pergi mendahului mereka.
Laura, Dinda dan Emil berjalan beriringan menuju pintu keluar panti sembari menunggu Ibu pengurus datang.
“Udah pada mau pulang nih?” Tanya Ibu pengurus panti yang muncul di balik pintu bersama dengan Arya di belakangnya.
“Iya bu. Udah kemaleman. Terima kasih banyak ya bu. Hari ini udah diijinin main sama adik-adik dan makan malam bersama.” Jawab Laura.
“Ibu yang harusnya terima kasih sama kalian. Udah berbagi ke bahagiaan di panti ini.” Ibu pengurus panti tersenyum.
Taxi online yang dipesan Laura kini telah memarkir sempurna di depan mereka. Laura mengahmpiri taxi itu. Lalu Bapak supir taxi itu menurunkan kaca jendela mobilnya.
“Neng geulis yang pesan taxi?” Tanya Bapak supir taxi ramah.
“Iya Pak! Mohon tunggu sebentar ya.” Bapak itu hanya mengangguk menjawab permintaan Laura.
“Ibu, kalau gitu kami pamit ya!” Laura mengulurkan tangan ingin menyalim tangan Ibu pengurus panti. Namun, Ibu pengurus panti mengabaikan tangan itu dan meraih tubuh Laura dan memeluknya.
“Salam sama Mama dan Ayahmu ya nak! Jangan lupa sampaikan terima kasih dari Ibu! Karena sudah selalu memperhatikan anak-anak di Panti ini.”
“Iya bu.”
Ibu Pengurus panti melepaskan pelukannya dan memeluk juga Dinda yang berada di samping Laura.
“Kamu juga, neng! Sampaikan salam sama kedua orang tua kamu.” Kata Ibu pengurus kepada Dinda. Dinda hanya mengangguk menjawab perkataan Ibu pengurus.
“Ibu. Assalamu’alaikum...” Jawab Dinda dan Laura.
“Wa’alaikumsalam...” jawab Emil, Arya dan Ibu pengurus bersamaan.
Mereka berdua pun masuk ke dalam taxi. Setelah itu, taxi berlalu pergi meninggalkan panti.
“Aku juga pamit ya bu! Makasih untuk hidangannya yang enak.” Pamit Emil setelah melihat Taxi tidak lagi nampak.
“Iya. Sama-sama. Rajin-rajin main ke sini dan makan malam di sini ya.”
“Pasti bu. Aku pamit. Arya, aku pulang ya. Assalamu’alaikum.” Emil menyalim tangan Ibu pengurus dan berlalu pergi ke tempat ia memarkir motornya.
Setelah melihat Emil meninggalkan Panti, Arya dan Ibu pengurus masuk kembali.
**********
“Assalamu’alaikum Ibuuuu... Ibuuuu...” Teriak Dinda masuk ke dalam rumahnya. Membuat ibunya segera berlari keluar mencari asal suara anaknya berada.
“Wa’alaikumsalam... Kamu kenapa sih teriak-teriak?” Ibu Dinda menatap dengan wajah keheranan melihat anaknya yang memancarkan wajah bahagia.
“Aku sayang banget sama ibuuu...” Dinda segera memeluk Ibunya itu. Ibunya tidak mengelak dan menerima dengan hangat pelukan anaknya, walaupun masih dilanda rasa penasaran apa yang menyebabkan anaknya seperti ini.
Sepanjang perjalanan pulang tadi, Dinda selalu teringat setiap detail cerita Arya. Hatinya begitu tersentuh. Membuatnya mengucapkan rasa syukur yang tidak terhingga karena masih memiliki kedua orang tua yang utuh.
**********
Sama halnya dengan Dinda, Laura juga tidak luput ingatannyan dari cerita Arya. membuatnya merasa senasib namun tidak sama. Ia masih harus lebih bersyukur karena mengingat ia masih sangat di sayang oleh kedua orang tuanya, walaupun tidak lagi utuh bersama.
Tidak hanya itu, hatinya jauh lebih bahagia mengingat semua kejadian hari ini. Hari yang magani. Menemukan keluarga baru. Menambah sedikit ishwar di dalam hidupnya.
Laura duduk menatap ke luar jendela kamarnya. Rutinitas yang selalu ia lakukan setiap malam sebelum tidur. Lavana sang rembulan mulai tertutup awan hitam. Rintik-rintik mulai terdengar dikeheningan malam. Menemani lamunan Laura. Namun, hujan itu kini hadir bukan untuk menemani rasa sedih. Melainkan membantu menghapus sekala duka yang dilewati Laura. Mengirinya bahagia kembali.
Setengah jam setelahnya, Laura tersadar. Bangkit dari duduknya dan mulai berjalan ke arah jendela. Ia menutup rapat jendela itu dan bergegas tidur.
**********
“Oh iya anak-anak, beberapa bulan lagi kita akan melaksanakan ujian terakhir. Untuk membantu kalian memperoleh nilai yang memuaskan, pihak sekolah akan memberi jam tambahan di luar jam sekolah. Jadwalnya mulai besok jam 4 sore setiap hari selain hari minggu. Jadi, besok kalian pulang dulu berganti pakaian dan beristirahat sebentar. Yang muslim bisa sholat dulu, lalu kembali ke sekolah begitu seterusnya sampai mendekati pelaksanaan ujian. Untuk mata pelajarannya, yang diutamakan adalah empat mata pelajaran wajib, yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Agama. Ini akan bergilir setiap hari.” Bu Anita menjelaskan selaku wali kelas XII IPA 2 (Kelas Laura) dan guru yang mengajar saat itu.
“Masih ada pertanyaan sebelum pelajaran kita akhiri? Atau sudah cukup dimengerti apa yang ibu jelaskan barusan?”
Semua siswa-siswi dikelas itu hanya terdiam saling menatap.
“Oke. Karena tidak ada yang mau ditanyakan lagi, ibu akhiri sampai di sini. Bel berbunyi masih lima menit lagi jadi jangan ada yang berkeliaran keluar sebelum bel berbunyi.” Lanjut Bu Anita menambahkan.
Bersambung....
Baguus yaa diksinya banyaak bangeet 😍