Anissa terpaksa menerima perjodohan atas kehendak ayahnya, dengan pria matang bernama Prabu Sakti Darmanta.
Mendapat julukan nona Darmanta sesungguhnya bukan keinginan Anissa, karena pernikahan yang tengah dia jalani hanya sebagai batu loncatan saja.
Anissa sangka, dia diperistri karena Prabu mencintainya. Namun dia salah. Kehadiranya, sesungguhnya hanya dijadikan budak untuk merawat kekasihnya yang saat ini dalam masa pengobatan, akibat Deprsi berat.
Marah, kecewa, kesal seakan bertempur menjadi satu dalam jiwanya. Setelah dia tahu kebenaran dalam pernikahanya.
Prabu sendiri menyimpan rahasia besar atas kekasihnya itu. Seiring berjalanya waktu, Anissa berhasil membongkar kebenaran tentang rumah tangganya yang hampir kandas ditengah jalan.
Namum semuanya sudah terasa mati. Cinta yang dulu tersususn rapi, seolah hancur tanpa dia tahu kapan waktu yang tepat untuk merakitnya kembali.
Akankan Anissa masih bisa bertahan??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 30
Ceklek!
Bu Laksmi tersenyum hangat, saat keponakannya itu baru saja masuk.
"Bagaimana keadaan budhe? Maaf, kemaren malam Elang tinggal pulang. Ada sedikit kerjaan," kata Elang mendekat kearah bu Laksmi.
Namun, saat dia menoleh. Kedua matanya memicing kearah nakas, dimana Anissa meninggalkan satu rantang bubur untuk mertuanya.
"Kalau belum sarapan, maka makanlah! Tadi Anissa yang bawakan buat budhe. Rasanya enak lho, Lang!" papar bu Laksmi berbinar.
"Anissa?" ulang Elang, menampakan tatapan penuh tanya.
Bu Laksmi mengangguk. "Iya ... Anissa tadi datang sendiri, baru saja keluar! Prabu mungkin sibuk, jadi tidak ikut. Makanya istrinya juga tadi hanya singgah sebentar," timpal bu Laksmi sambil yang tidak tahu apa-apa.
Elang menoleh ke belakang. Tatapanya mengedar mencari sosok parubaya pelayan.
"Cari Siti?"
Elang mengangguk. "Dimana mbok Siti, Budhe?"
"Di kamar mandi, badanya gerah, mungkin mandi ...."
Elang masih diam, larut dalam pikiranya sendiri. Jadi, Anissa sejak tadi sudah singgah ke rumah sakit. Elang tidak akan diam. Mbok Siti pasti tahu informasi tentang istri sepupunya ini.
Melihat sikap Elang yang aneh dan penuh pikiran, hal itu tentu saja membuat bu Laksmi mengerutkan kening.
"Mikiran apa to, Le?" tegur bu Laksmi sambil menepuk pelan bahu sang keponakan.
Elang tersadar, lalu hanya tersenyum. "Tidak ada, budhe!"
Hoam!
Bu Laksmi menguap menahan kantuk, setelah meminum obat tadi.
"Budhe ngantuk. Mau istirahat dulu! Nggak papa kan? Nanti biar Siti yang menemani kamu ngobrol,"
"Budhe istirahat saja! Elang juga sebentar lagi akan berangkat kerja, karena ada meting habis makan siang nanti," jawab Elang
Ceklek!
Mbok Siti terhenyak, saat melihat Elang sudah berdiri di samping tubuh Nyonyanya.
'Bagaimana ini? Apa aku harus menceritakan semuanya pada den Elang? Tapi, bagaimana kalau taun Muda tahu? Duh, Gusti ... Kenapa jadi aku yang pusing!'
"Mbok." tegur Elang dengan tatapan mengintimidasi lawan.
Elang langsung saja mengajak mbok Siti keluar, untuk menanyakan tentang keberadaan Anissa. Pertama, mbok Siti sempat terasa kelu intuk menunjukan dimana Anissa tinggal. Namun setelah tahu hal yang terjadi pada Prabu, mbok Siti dengan cepat berkata yang sejujurnya.
"Ya ALLAH Den ...?" ucap Mbok Siti sambil membekap mulutnya.
Elang mencoba tabah. Tapi itulah yang sedang di hadapi sepupunya. Mungkin dengan adanya pertemuan dengan Anissa, kesehatan Prabu berangsur membaik.
"Aku harus cepat segera membawa Anissa ke rumah sakit, Mbok! Aku tidak ingin dia menyesal nantinya. Penyakit yang di derita Prabu tergolong cukup parah!" papar Elang. "Dan lagi ... Aku harap simbok menyembunyikan semua ini dari budhe! Aku tidak ingin kesehatan budhe semakin parah!"
Mbok Siti terdiam dengan tangis yang tertahan. Dia hanya bisa pasrah dengan semua Takdir Tuhan, yang sedang menjalankan ujiannya masing-masing.
"Nyonya bilang ... Dia tinggal di Salatiga, Den! Tepatnya di mana, Simbok kurang tahu juga," jawab mbok Siti menatap nanar pada pria di depanya saat ini.
Elang hanya mengangguk. "Ya sudah Mbok ... Kalau begitu Elang akan memberi tahu pada Fahmi!" katanya sambil bangkit, "Saya pamit dulu! Titip budhe ... Telfon saya, jika terjadi sesuatu!"
Mbok Siti juga bangkit sambil mengangguk.
*
*
*
Anissa terhenyak, saat dia tiba di sebuah rumah dengan pagar mewah menjulang tinggi. Rumah mewah itu sama besarnya dengan kediaman Prabu di Magelang. Namun yang kini lebih ke era Modern bangunannya.
Sebelum dia turun, Anissa menatap kearah Pria asing tadi dengan tatapan mengintimidasi.
"Heh ... Jangan-jangan, anda akan menjual saya kepada pemilik rumah mewah ini. Ya, seperti yang ada di filem-filem itu!" tuduh Anissa dengan menatap lekat Pria tadi.
Gara yang mendengar, sontak menepuk jidatnya pelan.
"Enak saja kalau bicara! Ini rumah saya! Sekarang cepat turun!" ujar Pria asing tadi, sambil membuka pintu mobilnya.
Anissa perlahan turun, dengan mata mengedar ke seluruh penjuru ruangan. Rumah megah itu berdiri tenang, seolah sedang menatap culas kearahnya.
Dapat Anissa lihat, diambang pintu sudah berdiri wanita parubaya, namun masih cukup terbilang cantik pada usianya.
'Siapa wanita itu?' gumam batin wanita parubaya yang kini sedang menyambut kedatangan putranya.
"Adam ... Siapa dia?" tegur bu Irana dengan tatapan menyelidik.
"Dia tawananku! Jangan pernah sentuh, atau anda memerintah apapun padanya," ucap dingin pria yang bernama Adam.
Dari arah dalam, tampak bocah kecil bekisar umur 4,5 tahun berlari keluar saat melihat super heronya telah datang.
"Paman Adam ....." teriak Gavi.
Adam sontak menangkap bocah kecil itu dengan wajah antusias. Setelah itu, dia langsung mengangkat tubuh sang keponakan tinggi-tingi, hingga membuat tawa Gavi seketika pecah.
"Nona ... Ayo ikuti saya!" ucap Gara sedikir berbisik.
Entah apa yang terjadi, seolah keberadaan wanita parubaya tadi tidak pernah teranggap dalam rumah megah itu.
Setelah Gara berjalan lebih dulu, Anissa sedikit sungkan saat melewati wanita parubaya itu, yang sedang menatapnya begitu lamat.
"Saya permisi dulu!" ujar Anissa sopan.
Wanita itu mengangguk lemah, namun kedua matanya masih mengekor kearah Anissa, hingga masuk kedalam rumah.
Anissa semakin terpukau, saat Gara membawanya berhenti di taman samping, yang dimana terdapat beberapa macam bunga indah tertata rapi. Dan juga ada kolam ikan kecil di ujung ruang, dengan air mancur buatan di tengah2nya.
Adam menurunkan Gavi di bangku ayunan terlebih dulu. Setelah itu dia beranjak mendekat ke arah Anissa.
"Siapa nama kamu?" tanya Adam menampakan sikap dinginya.
"Untuk apa anda tahu nama saya? Lagian ... Saya sudah menuruti kemauan anda, sekarang antarkan saya pulang!" jawab Anissa menajamkan matanya.
Melihat ada orang asing, Gavi sontak turun dan mendekat dengan segala tingkahnya di depan Anissa. Bukanya muak, penglihatan Anissa teralihkan oleh gemasnya bocah laki-laki saat ini.
"hai ... Siapa namamu?" tegur Anissa sambil mensejajarkan posisi tubuhnya.
Rasa geram itu perlahan mulai reda, saat menyentuh pipi gembul Gavi. Bocah blesteran tiongkok itu memiliki mata kecil, dengan kedua pipi gembul.
Dan beberapa kejadian yang Anissa lihat, kini seakan berkumpul dalam pikiranya, yang mungkin akan dia dalat jawabanya setelah ini.
"Namaku Gavi, Bi!" jawan Gavi malu-malu. Namun dia tetap mau menerima uluran tangan dari Anissa.
Tap!
Tap!
Seorang wanita cantik berjalan mendekat kearah taman, sambil menyungging senyum hangat kearah orang-orang disana. Wanita itu semakin terlihat putih, dengan dress bewarna merah yanh dia kenakan saat ini. Jadi semakin telihat kontras pada tubuhnya yang mirip sekali putri-putri kerajaan China.
"Mami ....." Gavi berlari kearah wanita tadi.
"Sayang, sudah saatnya makan dan tidur siang! Let's go ...." ajaknya pada Gavi.
Senyum indah itu membuat Anissa tertegun, hingga tanpa sadar, Anissa menatapnya dengan kagum.
"Saya permisi dulu!" ucapnya sopan.
Anisaa juga membalas senyuman itu, dengan mengangguk segan. Dan tanpa di sadari, Adam begitu terpukau melihat senyuman manis Anissa.
"Gara ... Ambilkan semua berkas-berkas penting! Setelah ini, kamu antarkan wanita ini ke apartemen saya! Mungkin habis makan siang ini, saya akan Meting terlebih dulu!" ucap Adam.
Anisaa sejak tadi masih berpikir, siapa sebenarnya penghuni rumah megah itu.
dah tau penyakitan mlh nikah tp nyiksa istrinya bawa pulang wanita lain pula.
semoga smpat minta maaf ke anisa sebelum mati tu si Prabu.
✨🦋1 Atap Terbagi 2 Surga ✨🦋
udah update lagi ya dibab 62. nanti sudah bisa dibaca 🤗😍
alasan ibu mertua minta cucu, bkn alasan krn kau saja yg ingin di tiduri suamimu.
tp ya gimana secara suaminya kaya raya sayang banget kan kl di tinggalkan, pdhl mumpung blm jebol perawan lbih baik cerai sekarang. Anisa yg bucin duluan 🤣🤣. lemah
mending ganti kartu atau HP di jual ganti baru trus menghilang. balik nnti kl sdh sukses. itu baru wanita keren. tp kl cm wanita pasrah mau tersiksa dng pernikahan gk sehat bukan wanita keren, tp wanita lemah dan bodoh.
jaman sdh berubah wanita tak bisa di tindas.
yg utang kn bpk nya ngapain mau di nikahkan untuk lunas hutang. mnding #kabur saja dulu# di luar negri hidup lbih enak cari kerja gampang.
karena ini Annisa terkejut, bisa diganti ke rasa sakit seolah sembilu pisau ada di dadanya. maknanya, Annisa merasa tersakiti banget
setahuku, penulisan dialog yang benar itu seperti ini.
"Mas? Aku tak suka dengan panggilanmu itu Terlalu menjijikan untuk didengar, Annisa," ucap Parbu dingin dengan ekspresi seolah diri Annisa ini sebegitu menjijikan di mata Prabu.
Tahu maksudnya?
"BLA BLA BLA,/!/?/." kata/ucap/bantah/seru.
Boleh kasih jawaban kenapa setiap pertanyaan di dialog ada dobel tanda baca. semisal, ?? dan ?!. Bisa jelaskan maksud dan mungkin kamu tahu rumus struktur dialog ini dapet dr mana? referensi nya mungkin.