Pernikahan yang awal bahagia harus goyah saat sang mantan istri dari suami Delia Ismawati kembali dari Hongkong. Mampukah Delia mempertahankan rumah tangganya dengan Husni sang suami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khaula Azur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KETIKA MANTAN ISTRI KEMBALI
Bab 14
"Gak Mia. Mia gak gila! Hanya saja Mia suka teriak histeris saat melihat Mama Rindu dan orang yang baru Mia kenal, sayang pergi ke psikiater bukan berarti kita gila." Delia.
"Tapi Mia gak akan di suntik, kan. Mah?." Tanya Mia.
"Gak deh kayaknya! Paling cuma di tanya-tanya doang.' jawab Delia gemas mencubit hidung Mia yang sudah duduk di pangkuannya.
"Baiklah, Mia ikut apa kata Mama. Mama dan ayah pasti tahu yang terbaik untuk Mia." Mia memeluk Mamanya.
Delia menghembuskan nafas nya pelan, ia lega tak harus banyak drama, ia membalas pelukan anak sambungnya.
"Makasih ya, sayang. Kamu memang anak pintar, Mama sayang banget sama kamu." Delia mengelus punggung Mia.
"Wah subuh-subuh udah peluk-pelukan aja, ayah gak di ajak nih?."
Suara Husni yang baru masuk kamar anaknya tepat setelah ia pulang dari masjid. Pria itu masih mengenakan baju Koko berwarna merah maroon dan sarung.
"Ayah, kan. Tadi gak ada ya, Mah? Jadi kita pelukannya berdua aja." Mia dengan suara khas anak-anak sangat menggemaskan.
"Yaudah, karena kita ayah sudah ada disini, kita pelukannya bertiga!." Husni.
Pria usia tiga puluh dua tahun itu berjongkok di tengah-tengah Mia dan Delia. Anak dan istrinya memeluk Husni.
"Ayah sayang banget sama kalian." Husni ungkapkan isi hatinya.
Husni dan Delia benar-benar merealisasikan rencana mereka, mengajak Mia ke dokter spesialis kejiwaan anak. Kini ketiganya sudah berada di ruangan kerja dokter Maudi restiani, Husni dan Delia duduk menemani Mia yang duduk di tengah-tengah mereka. Sementara dokter Maudi duduk berhadapan dengan mereka. Delia menceritakan keluhan trauma anak sambungnya pada dokter paruh baya, namun masih terlihat masih cantik di usianya menginjak kepala lima itu. Dokter itu mengangguk seolah paham.
"Kalau boleh, apa saya bisa berbicara berdua dengannya?." Tanya dokter spesialis kejiwaan.
Husni dan Delia mengizinkan dokter itu berbicara dengan anak mereka, mereka keluar ruangan setelah pamit pada Mia.
Sementara itu di rumah Husni, Rindu dan Bu Susi sedang memencet bel rumah Husni. Namun beberapa kali tak ada jawaban dari dalam rumah.
"Ini pada kemana sih, orangnya?." Tanya Bu Susi berdecak.
"Mungkin mereka gak ada di rumah kali, Bu!." Rindu menanggapi.
"Terus gimana kita mau terus menunggu mereka, gitu?." Bu Susi mulai bosan.
"Mau gimana lagi, Bu? Aku penasaran bagaimana keadaan Mia sekarang?." Rindu penasaran.
Mia duduk di sofa berhadapan dengan Bu Maudi, dokter spesialis kejiwaan yang duduk di kursi tunggal terbuat dari kayu.
"Saat Mia hampir di tangkap penculik, di parkiran mall itu kenapa Mia tidak berusaha teriak minta tolong? atau masuk ke mall dan kenapa Mia justru bersembunyi di bawah mobil, sayang?." Tanya dokter Maudi saat berkomunikasi dengan pasiennya.
"Saat itu Mia tidak bisa berfikir apa-apa, Mia ketakutan dok! Saat Mia teriak minta tolong saat ada orang dia mengaku kalau Mia adalah anaknya, dia bilang kalau Mia itu punya kelainan pada syaraf otakku, hingga Mia terus teriak memberontak. Mereka tidak dapat menolongku. Mereka tidak mau ikut campur." Mia menceritakan kronologinya dengan Isak tangis nya.
Dokter spesialis itu menggenggam tangan Mia membuatnya tenang.
"Mia tidak mau, Dok! Penculik itu membawa Mia, Mia takut tidak bertemu ayah dan Mama lagi. Mia berusaha bersembunyi di bawah mobil, karena tempat parkiran suda sepi saat itu. Tapi sayang Mia tertangkap lagi, dan saat Mia di paksa dimasukkan kedalam mobil. Mama datang dan nolongin Mia." Lanjut cerita Mia.
"Menurut kamu siapa? yang bersalah atas kejadian ini? Dokter spesialis kejiwaan.
Mia diam sejenak. Seolah memikirkan sesuatu. Dokter Maudi masih setia menunggu Gadi kecil itu mengeluarkan suara kembali.
"Yang salah adalah Tante Rindu, Tante itu yang sudah meninggalkan aku sendiri bersama pria itu." Mia.
"Sudah cukup, Mia. Terima kasih kamu sudah mau bercerita denganku, kamu anak yang pintar dan sangat menggemaskan. Mama dan ayah pasti sangat menyayangimu." Dokter spesialis kejiwaan itu memuji Mia.
Husni dan keluarganya pulang ke rumah mereka, kening Husni berkerut melihat Rindu dan Bu Susi sudah ada di rumah mereka.
Rindu dan Bu Susi sama-sama terkejut melihat Husni bersama anak dan istrinya.
"Kalian dari mana? Kamu gak masuk kerja, Mas?."
"Kami pergi menemui dokter psikiater, jadi aku tidak masuk kerja!." Husni jawabnya.
"Apa? Mas kamu kira Mia itu gila? Kenapa, kamu tidak bertanya dulu masalah ini denganku?." Tanya Rindu dengan nada keras.
Mia pun tersentak kaget.
" Rindu, pelankan suaramu, kamu tidak lihat ada Mia disini?." Husni.
"Sayang, ajak Mia ke dalam ya!." Husni pada sang istri.
"Iya, Mas. Ayo sayang kita tidur siang, yuk!." Ajak Delia menggandeng tangan Mia.
Mia mengangguk dan masuk kedalam rumah dengan bergandengan tangan dengan Delia.
"Mas, apa maksud kamu membawa Mia ke dokter psikiater?."
"Maaf, karena aku tidak mengatakan sebelumnya. Tapi aku mencemaskan Mia, dia harus segera di tangani oleh ahlinya. Kamu liat sendiri,kan. Bagaimana dia teriak dan emosi saat melihatmu, bahkan semalam dia mimpi buruk.Dia mimpi di culik oleh orang yang sama." Husni menjelaskannya pada mantan istrinya.
"Sudahlah Rin, apa yang dilakukan Husni sudah tepat. Kamu jangan marah-marah terus." Bu Susi menenangkan Rindu.
Di dalam kamar Mia, Delia dan Mia sudah berbaring di ranjang.
"Mah, kenapa Tante Rindu marah-marah?."tanya Mia mendongak kearah mama sambungnya.
"Mama gak tahu sayang, udah Mia gak usah mikirin itu ya, sekarang ayo tidur." Delia bujuknya.
"Mama juga tidur di sini juga,kan?." Tanya Mia, Mia mendongak kearah Delia.
Delia hanya mengangguk saja. Mia pun menutup matanya. Di susul Delia yang ikut memejamkan matanya hingga tertidur sambil berpelukan dengan Mia.
"Mulai sekarang aku minta sama kamu, untuk sementara jangan dekat-dekat dulu dengan Mia." Husni.
"Sampai kapan mas? Kamu kok sekarang jadi kejam gini, sih? Ini pasti karena hasutan istrimu, kan? Kamu gak bisa gitu dong, Mas!." Rindu dengan kesal.
Husni menghela nafas beratnya, benar-benar berbicara dengan Rindu membuatnya naik darah, bisa-bisanya dia menyalahkan orang lain tanpa instrospeksi diri.
Husni masuk kamar Mia. Dia tersenyum melihat orang-orang tersayangnya sudah tertidur sambil berpelukan. Husni mendekat ranjang duduk di tepi ranjangnya. Duduk di sebelah sang istri, ia mencium kening istrinya, tak ketinggalan ia juga mencium kening putrinya.
"Mia, kamu beruntung ada mama Delia yang selalu menyayangimu, Nak!." Husni.
Rindu berdiri di balik pintu kamar Mia, ia kesal melihat kedekatan anak kandungnya dekat dengan Delia.
"Aku gak akan biarin kamu merebut Mia dariku, Delia! Mia putriku tidak ada satu pun yang bisa merebut apa yang menjadi milikku." Rindu dalam hati.