menikah dengan laki-laki yang masih mengutamakan keluarganya dibandingkan istri membuat Karina menjadi menantu yang sering tertindas.
Namun Karina tak mau hanya diam saja ketika dirinya ditindas oleh keluarga dari suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 19. mengetahui kebenaran
Hari ini Rima mengajak Karina untuk bertemu di sebuah kafe di daerah xxxx. Rima sengaja mengajak Karina bertemu untuk menanyakan kebenaran foto suami Karina yang belum lama ini Rima ambil.
"Karina..." ucap Rima sambil melambaikan tangannya, begitu melihat sahabatnya datang.
Karina tersenyum lebar dan berjalan menghampiri Rima dengan Langkah ringan. "Sudah lama nunggu, ya? Maaf ya, soalnya aku kalau mau keluar rumah harus melewati banyak rintangan dan hambatan dulu," kata Karina sambil duduk disebelah Rima.
"Tidak masalah. Segitunya banget deh, suamimu dan keluarganya nggak ngebolehin kamu pergi."
"Entahlah, mungkin mereka takut aku kabur. Kalau aku kabur nanti tidak ada yang ngerjain pekerjaan rumah."
"Ah, kalau aku jadi kamu, sudah aku tinggalkan dari lama suamimu dan keluarganya," ucap Rima dengan nada menggebu-gebu.
"Kalau aku mampu, sudah aku lakukan sejak dulu, Rim."
"Oh ya, mau pesan apa?"
Karina nampak berpikir melihat harga yang tertera di buku menu. Melihat ekspresi sahabatnya, Rima paham apa yang dipikirkan Karina.
"Pesan saja apa yang kamu mau, Karin. Aku yang traktir."
Karina menatap Rima dengan mata yang berbinar. "Beneran ya, kamu yang traktir. Emtt... Aku pesan kaya kamu saja deh."
"Mbak..." Rima memanggil seseorang waiter.
"silahkan, mau pesan apa?" tanya waiter tersebut.
"saya pesan smoothie dua, croissant dua sama French fries satu, ya."
"Ada lagi yang mau dipesan?"
"Sudah cukup."
"Mohon ditunggu, pesanan akan segera disajikan," ucap waiter, kemudian pergi.
Karina merasa malu, setiap kali bertemu dengan Rima, pasti Rima yang akan mengeluarkan uang. Ya, mau bagaimana lagi Karina sendiri juga tidak punya uang.
"Oh iya, ada perlu apa nih, ngajakin ketemuan?" tanya karina penasaran.
"Yailah, memangnya kalau ngajakin ketemuan harus ada perlu dulu?" Rima menjawab dengan nada yang santai dan sedikit berkelakar.
"Ya enggak sih. Kirain ada ada perlu apa gitu atau ada yang mau diomongin soal pekerjaan."
Rima menarik napasnya dalam-dalam sebelum mulai berbicara. " Maaf, Rin, kalau masalah pekerjaan aku belum ada info lowongan pekerjaan. Memang sih, ada hal lain yang mau aku omongin sama kamu."
"Mau ngomongin soal apa memangnya?"
Rima bingung harus mulai dari mana, sebenarnya Rima takut kalau sampai itu benar foto suami Karina maka Karina pasti akan sedih.
"Hey, kok malah bengong, sih?"
"Eh, soal suamimu."
Karina mengernyitkan keningnya. "Kenapa dengan suamiku?"
"Kemarin lusa, saat aku makan siang bersama suamiku, aku tidak sengaja bertemu dengan seseorang yang mirip dengan suamimu," kata Rima dengan nada yang pelan. "Tapi aku nggak begitu yakin, dia suamimu atau bukan. Aku bertemu suamimu kan baru satu kali pas kalian nikah. Yang bikin aku kaget, orang yang mirip dengan suamimu itu bersama wanita lain, mereka terlihat sangat mesra."
Karina masih belum bereaksi atas ucapan sahabatnya itu.
"Karina, kamu marah ya sama aku? Maaf kalau aku lancang, aku hanya..."
"Apa kamu yakin orang itu adalah Mas Rudi, suamiku?" sahut Karina.
Rima menggelengkan kepala. "Aku tidak yakin, tapi aku punya fotonya. Aku sengaja mengambil foto orang yang mirip dengan suamimu. Awalnya, aku akan mengirimkan foto tersebut lewat pesan. Tapi setelah aku pikir-pikir lagi, lebih baik aku mengajakmu untuk bertemu dan bertanya secara langsung."
"Bisa lihat fotonya?"
Rima mengangguk kemudian mengambil ponsel yang ada di dalam tas.
"Permisi, pesanan sudah siap," kata waiter, lalu menata diatas meja. Setelah semua tertata rapi, waiter pun berpamitan dan berjalan pergi.
"Nah, ini dia fotonya." Rima menyerahkan ponselnya kepada Karina.
Karina mengamati dengan seksama layar ponsel Rima yang berisi foto yang Rima maksud. Dan memang benar itu adalah foto suaminya bersama selingkuhannya yang tak lain adalah Lisa teman satu kantor Karina dulu.
Totalnya, ada 3 foto dengan berbagai pose. Pose yang pertama Lisa menyender dan memeluk lengan Rudi dari samping. Pose kedua, Rudi dan Lisa saling berpandangan. Dan pose ketiga, Rudi dan Lisa saling berpegangan tangan.
"Karina, apa benar itu foto suamimu?" tanya Rima memastikan kebenarannya.
Karina hanya menjawab dengan anggukan kepala, sedetik kemudian air mata mulai mengalir membasahi pipi mulus Karina.
Rima segera memeluk tubuh Karina, untuk menenangkannya. "Maaf ya, kalau foto itu membuat kamu menjadi sedih dan menangis. Seharusnya aku nggak perlu ngasih tahu sama kamu."
Karina melepaskan pelukannya. "Kamu jangan merasa bersalah! Aku sedang menangis bahagia kok, bukan menangis sedih."
"Maksud kamu apa, sih? Mana ada suami mesra dengan wanita lain malah bahagia," ucap Rima yang heran dengan kelakuan sahabatnya.
Karina menghapus sisa-sisa air matanya. Kemudian berkata, "Aku sudah menduga kalau Mas Rudi berselingkuh di belakangku. Semua berawal dari Bu Dea tetanggaku, yang memperlihatkan foto mas Rudi sedang berada di warung makan bersama dengan seorang wanita, orangnya sama dengan wanita yang ada di foto itu. Waktu itu, aku belum ingin terlalu percaya dan berencana untuk mencari tahu semuanya terlebih dahulu," kata Karina.
"Namun hari ini, melalui kamu, aku tahu yang sebenarnya kalau Mas Rudi memang berselingkuh dengan wanita itu. Kamu tahu, Rim, wanita itu adalah teman satu kantorku dulu. Yang artinya mas Rudi sekarang berselingkuh dengan teman satu kerajaannya," imbuh Karina.
Rima menutup mulutnya dengan kedua tangannya dan terlihat begitu terkejut dengan penjelasan Karina.
"Karina, aku turut prihatin atas apa yang menimpamu. Selama ini aku selalu mengira kalau kamu hidup bahagia bersama suamimu, tapi kenyataannya malah sebaliknya. Terusapa yang akan kamu lakukan sekarang?"
Karina menggeleng. "Aku belum tahu, Rim. Mungkin jika hubungan kami masih bisa diperbaiki, aku akan memaafkan Mas Rudi."
"Selingkuhan itu penyakit yang tidak bisa disembuhkan, Karina. Jika suami selingkuh, kemungkinan besar dia akan melakukan lagi dan lagi, karena sudah menjadi kebiasaan buruk yang sulit dihilangkan."
"Ah, sudahlah tidak usah bahas masalah rumah tanggaku , Rima. InsyaAllah, aku bisa mengatasinya nanti. Lebih baik sekarang kita makan dulu nggak sih. Hahaha," ucap Karina kemudian tertawa lepas.
Rima benar-benar heran bisa-bisanya Karina masih bersikap biasa saja padahal nasib rumah tangganya sedang diujung tanduk.
****
Setelah dari kafe, Karina pulang diantar Rima menggunakan mobil. Karena mobil tak bisa masuk sampai ke rumah Karina, Akhirnya Rima hanya mengantarkan sampai depan gang saja. Dari depan gang, Karina berjalan kaki menuju rumahnya.
"Eh, mbak Karina... Dari mana mbak?" tanya Bu Dea.
Langkah Karina pun terhenti. "Bu Dea, habis ketemu teman, Bu."
"Owh.. Mbak Karin, tadi saya lihat Mas Rudi boncengan motor sama wanita kearah rumahnya Bu Marni. Saya merasa tidak asing dengan wanita yang dibonceng Mas Rudi, dan setelah saya ingat-ingat, sepertinya wanita itu sama seperti yang ada di foto yang pernah saya kirim ke hp mbak Karin."
"Yang bener, Bu?"
Bu Dea mengangguk yakin. "Beneran, Mbak Karin. Belum lama, mungkin baru sepuluh menit yang lalu."
"Terima kasih ya, Bu Dea. Kalau begitu, saya permisi dulu ya," pamit Karina.
Karina mempercepat langkahnya supaya cepat sampai rumah dan membuktikan sendiri ucapan Bu Dea.
Begitu sampai di depan rumah, Karina berjalan perlahan mendekati pintu rumah dengan hati yang berdebar. Dia hanya bisa mendengar percakapan orang yang ada di dalam, tapi tidak bisa mengintip karena rumah Bu Marni hanya memiliki satu jendela kecil. Karina ragu-ragu, takut ketahuan jika nekat mengintip. Akhirnya Karina memilih untuk mendengarkan saja apa yang mereka ucapkan.
"Bu, aku mau minta ijin untuk menikah dengan Lisa."
"Apa kamu bilang, Rud. Tapi, bagaimana dengan Karina?"
"Karina akan tetap menjadi istriku, Bu. Dan Lisa menjadi istri kedua ku. Bagaimana, apa ibu merestui kami untuk menikah?"
"Tidak! Istri satu saja kamu tidak becus mengurusnya, gimana mau tambah istri lagi."
"Tapi, Bu, Lisa sedang hamil anakku."
Pyaaar.. Terdengar suara pecahan barang dari luar dan mengagetkan semua orang.
semua orang yang ada didalam rumah pun keluar untuk melihat apa yang terjadi.
"Karina..." ucap semua orang secara bersamaan begitu melihat Karina.
Bersambung...