“Apa ... jangan-jangan, Mas Aldrick selingkuh?!”
Melodi, seorang istri yang selalu merasa kesepian, menerka-nerka kenapa sang suami kini berubah.
Meskipun di dalam kepalanya di kelilingi bermacam-macam tuduhan, tetapi, Melodi berharap, Tuhan sudi mengabulkan doa-doanya. Ia berharap suaminya akan kembali memperlakukan dirinya seperti dulu, penuh cinta dan penuh akan kehangatan.
Namun, siapa sangka? Ombak tinggi kini menerjang biduk rumah tangganya. Malang tak dapat di tolak dan mujur tak dapat di raih. Untuk pertama kalinya Melodi membuka mata di rumah sakit, dan disuguhkan dengan kenyataan pahit.
Meskipun dirundung kesedihan, tetapi, setitik cahaya dititipkan untuknya. Dan Melodi berjuang agar cahaya itu tak redup.
Melewati semua derai air mata, dapatkah Melodi meraih kebahagiaan? Atau justru ... sayap indah milik Melodi harus patah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SPMM24
Aldrick membaca surat yang ditandatangani oleh ibunya dengan saksama. Di lembaran kertas itu tertera, bahwa pihak keluarga tidak bisa menuntut pihak rumah sakit jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada Ajeng.
Pria yang tampilannya nyaris berantakan, menatap Dokter Andra dalam-dalam. Ia meminta penjelasan yang lebih mendetail tentang kondisi sang ibu.
"Perlu Pak Aldrick ketahui, kami sudah berusaha mencegah. Namun, Bu Ajeng tetap memaksa. —Seperti yang Pak Aldrick ketahui, Bu Melodi berada di dalam situasi yang sangat mendesak. Setiap detik yang berlalu, memiliki peran penting untuk keselamatannya. Selain itu, stock darah dari PMI akan tiba dalam satu jam. Jika kami harus menunggu sampai satu jam lagi, maka ... Bu Melodi tidak akan dapat tertolong," jelas Andra penuh wibawa.
Aldrick mengangguk. "Saya mengerti, Dok. Saya pastikan, kedepannya, pihak rumah sakit tidak akan sampai dirugikan. Lalu, Dok, bagaimana dengan kondisi ibu saya?"
"Sebelum menjawab, izinkan saya menjelaskan terlebih dahulu tentang donor darah, agar sesuai dengan prosedur. Donor darah, amannya hanya boleh dilakukan dalam 3-5 bulan sekali. Untuk kasus Bu Ajeng yang melakukan donor darah 2 kali sehari, akan berisiko terjadinya beberapa dampak negatif pada kesehatan. Contohnya seperti kehilangan darah yang berlebihan dan akan berisiko menyebabkan anemia. Penurunan tekanan darah yang dapat mempengaruhi kesehatan dan menyebabkan pusing, kelelahan, dan bahkan pingsan. Parahnya, bisa terjadi kerusakan pada organ tubuh, seperti ginjal atau hati, karena kekurangan darah dan oksigen. Selain itu, tubuh juga menjadi lebih rentan terhadap bakteri dan virus." Andra menjelaskan sambil menatap kedua mata Aldrick yang memerah. Ia benar-benar iba melihat Aldrick yang tampaknya sudah semakin kacau balau.
Namun, dokter tampan itu tetap harus melanjutkan penjelasannya.
"Donor darah 2 kali sehari juga dapat mengganggu keseimbangan elektrolit dalam tubuh, yang dapat mempengaruhi kesehatan dan menyebabkan gejala seperti kelelahan, kejang, dan bahkan serangan jantung. —Dan, untuk kondisi Bu Ajeng, saat ini beliau mengalami beberapa dampak yang saya sebutkan tadi. Bu Ajeng, pingsan, tidak sadarkan diri." Jelas Andra yang membuat Aldrick tersentak.
"Pingsan, Dok?! Astagfirullah!"
Dokter Andra mengangguk. "Untuk saat ini, Bu Ajeng berada dalam pantauan tim medis. Kami akan terus memantau tekanan darah, denyut nadi, dan juga suhu tubuh. —Tim medis juga sudah memberikan cairan intravena untuk membantu mengembalikan cairan tubuh, serta memberikan bantuan oksigen untuk membantu meningkatkan kadar oksigen dalam darah Bu Ajeng. Ibu Anda membutuhkan istirahat yang cukup untuk memungkinkan tubuhnya dalam memulihkan diri, jadi saya menyarankan untuk penanganan yang tepat ... Bu Ajeng harus di rawat sampai kondisi tubuhnya menunjukkan perkembangan."
"Baik, Dok. Saya mengerti. Lakukan saja sesuai prosedur, saya percayakan semuanya kepada Anda, Dok ...," suara Aldrick lirih dan sedih.
"Lalu, untuk perawatan setelah keluar dari rumah sakit nanti, pastikan cairan tubuh ibu Anda selalu tercukupi. Dibantu juga dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, dan yang paling penting ... jangan melakukan aktivitas yang berat-berat dulu. —Jangan ragu untuk menghubungi tim medis jika Anda memiliki pertanyaan atau kekhawatiran tentang kondisi Bu Ajeng nantinya ya, Pak Aldrick."
Sejenak Aldrick terdiam, mencerna semua anjuran Dokter, kemudian ia mengangguk paham. Pria itu beranjak dari kursinya, menuju ruangan di mana sang ibu di rawat.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Ajeng membuka matanya perlahan-lahan, aroma khas rumah sakit langsung menusuk-nusuk indera penciuman nya. Dengan pandangannya yang buram, kening wanita baya itu berkerut.
"Bu?! Gimana kondisi, Ibu?" Aldrick menggenggam lembut jemari sang ibu, bibirnya sedikit mendekati telinga Ajeng.
Ajeng tersenyum tipis. Meskipun pandangannya belum jelas sempurna, tapi, ia hafal betul siapa pemilik suara tersebut. Suara dari pria tampan yang lahir dari rahimnya dan di besarkannya dengan penuh kasih dan sayang.
"Ibu nggak apa-apa, Drick. Gimana kondisinya Melodi?"
"Melodi, masih belum siuman, Bu. Tapi, Aldrick yakin Melodi akan baik-baik saja. Ibu ingat kan, apa yang dia bilang sama Dokter? —Dia akan kembali," Suara Aldrick bergetar hebat.
Ajeng membelai lembut punggung tangan sang putra, seolah-olah memberikan ketenangan meskipun hanya sejenak.
"Tadi, Ibu mimpi, Drick." Ajeng menatap kosong langit-langit, berusaha mengingat mimpinya selagi ia tak sadarkan diri. "Melodi, ada di sebuah taman yang dipenuhi dengan ribuan bunga-bunga indah. —Pakaiannya ... ia cantik sekali dengan gaun putihnya. Ibu ajak Melodi pulang, tapi ...."
Aldrick semakin mempererat genggamannya kala Ajeng menggantung cerita tentang mimpinya.
"Melodi bilang ... kalau aku pulang, apa ... aku akan kembali di sayang?" suara Ajeng bergetar. Bulir bening menitik dari sudut matanya, meninggalkan jejak di atas bantal.
Aldrick langsung menjatuhkan kepalanya di tubuh sang ibu. Lelaki itu menangis sejadi-jadinya.
"Bu ... ini semua salah aku, Bu. Aku nyesal udah ngebuat Melodi ngerasa kesepian!" Aldrick meraung layaknya bocah di dalam pelukan sang Ibu.
"Ungkapkan semua, Drick. Ungkapkan semua penyesalan kamu biar kamu lega." Ajeng mengusap lembut punggung sang putra.
"Ini semua bermula setelah Melodi keguguran untuk yang ke sekian kalinya. Aku —sering lihat dia nangis diam-diam di kamar calon anak kami, Bu," lirih Aldrick. "Aku sering lihat dia duduk di pojokan kamar, megang baju-baju bayi yang terlalu cepat kami beli dan berujung nggak pernah kita pake."
Suaranya pecah, tapi ia memaksa dirinya untuk tetap berbicara.
"Aku pengen banget meluk dia waktu itu, tapi aku yang bodoh dan kaku ini nggak tau harus bilang apa. —Jadi aku pikir … lebih baik aku kasih dia ruang. Aku pikir ... itu yang dia butuhin.”
Ajeng menutup mulutnya dengan tangan, mencoba menahan isak tangis yang semakin keras.
"Tapi ternyata aku salah, Bu," Aldrick berkata, suaranya kini penuh penyesalan. "Ruang yang aku kasih malah bikin kami makin renggang, makin jauh. —Aku cuma pengen dia nggak ngerasa kelebihan beban. Tapi, aku malah bikin dia ngerasa sendirian!"
Ajeng hanya mampu mengusap punggung putranya, tak lebih dari itu. Ia menyeka air matanya yang membasahi pipi hingga telinga.
"Ibu juga sangat menyesal, Drick. Akhir-akhir ini, Ibu sering zholim sama Melodi," Ajeng semakin terisak. "Padahal, harusnya Ibu memaklumi ketika Melodi menjelek-jelekkan nama ibu sebagai penyebab dirinya keguguran ke orang-orang. Seharusnya, Ibu mengerti kalau Melodi butuh sesuatu untuk melampiaskan amarahnya. Ibu terlalu egois, Drick. Ibu nyesal ...."
Aldrick mengernyit, ia segera bangkit dari perut sang ibu. "Melodi? Jelek-jelekkin Ibu? Sejak kapan? —Dia teman mainnya aja cuma sama Nadia, Bu. Nggak mungkin dia ngomong sana—sini, ngejelekin Ibu ke orang-orang. Mustahil, Bu."
Ajeng menatap lekat sang putra, ia tak langsung menjawab. "Tapi, Vina bilang—"
"Vina?!" Rahang Aldrick menegang. "Sudah aku duga!"
*
*
*
rata2 perempuan banyak kena gerd,kalau kata org awam asam lambung.itu karena dampak utamamya stres.tekanan batin.
jadilah suami yg bijak. dosa kalau sampai istrimu mengemis kasih sayang
bagus banget.
Aku setiap baca 😭🤣😭🤣😭🤣😭
Sukses terus kak othor/Determined/
,, penyesalan,, membuat sesak di
di dada, dalam penyesalan hanya
dua kata sering di ucapkan,
,, andaikan dan misalkan,, dua
kata ini tambah penyesalan.
thanks mbak 💪 💪