Aaron, seorang duda dengan dua anak, di mintai pertolongan oleh kedua sahabatnya yang ada di depannya. Dan permintaan dua orang di depannya ini, adalah sebuah permintaan yang tidak pernah ia bayangkan seumur hidupnya.
Apakah jawaban yang akan di berikan Aaron?
Seperti apakah kehidupan Aaron setelah memberikan jawaban?
Ayo langsung saja baca ceritanya!
NOTE*
mohon dukungannya dengan menonton iklan,like dan komen sebagai dukungan untuk saya☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erlangz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.14 Sakit Perut
Raya hari ini harus pulang sekolah lebih awal dari biasanya, ia merasa perutnya sakit sekali dan minta izin untuk pulang istirahat di rumah, ia pulang dengan di antar oleh sahabatnya Fika.
Tadinya, sahabatnya itu ingin mampir terlebih dahulu untuk menjaga Raya, tapi ia di cegah oleh Raya, selain Aaron belum yang belum pulang ke rumah, ia juga tidak berani memasukkan orang lain tanpa izin dari Aaron.
"Yakin nggak mau di temani, nih?" tanya Fika pada Raya.
"Iya nggak apa-apa kok, Fika balik ke sekolah lagi aja, Raya bisa jaga diri kok," ucap Raya meyakinkan Fika.
"Ya udah deh, cepet sembuh ya Raya, supaya besok bisa berangkat ke sekolah lagi!" ucap Fika menyemangati.
"Iya hati-hati, ya!" ucap Raya dan di angguki oleh Fika.
Setelah Fika sudah mengendarai motornya menjauh dari rumah itu, Raya langsung memutuskan untuk beristirahat di kamarnya saja.
Setelah beberapa jam, ternyata sakit di perutnya masih belum hilang juga, Raya jadi harus bolak-balik ke kamar mandi untuk menuntaskan hajatnya.
Sudah berkali-kali ia bolak-balik dari kamar mandi, kakinya sampai keram sendiri karena terlalu lama di kamar mandi.
Gadis itu mendesah dan membersihkan diri, berharap sakit perutnya segera sembuh.
Sebelumnya di sekolah Raya yang sedang akan makan Bakso di kantin sekolahnya saat jam istirahat, tanpa sengaja menuangkan terlalu banyak sambal di baksonya, Fika sudah melarang agar Raya tidak memakan bakso itu, tetapi Raya malah ngeyel dan tetap memakannya karena ia berpikir, membuang makanan itu tidak boleh.
Alhasil, Raya menjadi sakit perut seperti sekarang dan harus izin untuk pulang lebih awal dengan di antar oleh Fika.
Raya merasakan bahwa sakit perutnya belum juga sembuh, mau tak mau ia harus ke kamar mandi lagi.
Aaron yang baru pulang dari kantornya sejam yang lalu, sudah melihat Raya empat kali bolak-balik dari kamar mandi. Ia tidak tega melihat itu dan saat ingin bertanya apa yang terjadi, Raya tidak sempat menjawab karena ia langsung masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah keluar dari kamar mandi, Raya merebahkan tubuhnya di ranjang dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Aaron melihat tubuh Raya sedikit bergetar dan mendengar suara isakan darinya.
"Kamu ini sebenarnya kenapa?" tanya Aaron sambil duduk di sebelah Raya yang sedang berbaring.
Raya tidak menjawab, tapi tangisanya menjadi sedikit mengeras.
Aaron bingung apa yang terjadi pada Raya. Ia pun menarik kedua tangan yang menutupi wajahnya, hingga Aaron melihat wajah Raya yang sudah penuh dengan air matanya.
"Perut Raya sakit, paman," Raya merengek karena sudah tidak tahan.
Aaron paham sekarang, pantas saja Raya bolak-balik ke kamar mandi. Dan saat keluar tubuhnya sudah terlihat lemas.
Aaron langsung bangkit dari ranjang dan mencari obat sakit perut di kotak obat yang ada di lemari dekat ranjangnya dan juga segelas air yang sudah tersedia.
"Sudah sekarang, kamu bangun terus minum obat ini dulu," ucap Aaron sambil membantu Raya duduk.
Raya menggelengkan kepalanya dan menutup mulutnya dengan sebelah tangannya, "enggak mau, obat kan pahit!"
ucap Raya.
Aaron yang malas berdebat langsung memasukkan obat secara paksa ke mulut Raya dan menyuruh nya untuk minum air.
"Paman kok jahat banget, sih!" ucap Raya kesal.
"Biar kamu nggak bolak-balik ke kamar mandi lagi! Lagian kamu abis makan apa sih sampai sakit begitu."
Raya hanya diam saja, karena malu harus bilang ia sakit karena makan bakso dengan terlalu banyak sambal.
Tapi, ketika melihat Aaron yang menatapnya tajam meminta penjelasan, Raya akhirnya memberitahu Aaron semuanya.
"Pantas aja, udah tau nggak bisa makan pedas tapi masih aja dimakan!" ucap Aaron.
"Tapi, paman, perut Raya masih sedikit sakit, paman mau nggak usap perut Raya?" ucap Raya sambil menunjukan perutnya.
Aaron terkejut dengan permintaan Raya, sampai membuat matanya melotot, namun ia segera menggelengkan kepalanya dan tersenyum mendengar kepolosan Raya.
Sebelumnya Aaron mengambil minyak angin yang tadi ada di kotak obat.
Ia lalu membuka baju Raya hingga sebatas perut, dan menuang sedikit minyak angin dan mulai mengusap perut Raya.
Setelah minyak itu meresap, Aaron menurunkan kembali baju Raya lalu memakaikannya selimut hingga ke lehernya.
Aaron lalu mendaratkan ciumannya di kening Raya cukup lama, entah karena apa ia melakukan itu ia sendiri bingung, seolah ada yang mendorongnya untuk melakukannya.
Raya hanya bisa terdiam, dan berusaha menahan detak jantungnya yang terasa berdetak menjadi lebih cepat dari biasanya.
"Sekarang kamu tidur aja," ucap Aaron.
"Iya, paman," jawab Raya.
Aaron pun juga membaringkan tubuhnya dan ikut tidur di samping Raya.