Di usianya yang beranjak remaja, pengkhiatan menjadi cobaan dalam terjalnya kehidupan. Luka masa lalu, mempertemukan mereka di perjalanan waktu. Kembali membangun rasa percaya, memupuk rasa cinta, hingga berakhir saling menjadi pengobat lara yang pernah tertera
"Pantaskah disebut cinta pertama, saat menjadi awal dari semua goresan luka?"
-Rissaliana Erlangga-
"Gue emang bukan cowo baik, tapi gue bakal berusaha jadi yang terbaik buat lo."
-Raka Pratama-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caramels_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 23
Tak terasa hari demi hari pun berlalu dengan dipenuhi lembaran kertas ujian di setiap paginya, hingga kesehatan Rissa sudah membaik kembali dan diperkenankan untuk pulang ke rumahnya. Di perjalanan menuju tempat tinggalnya, ia mendapat sebuah panggilan dari seseorang.
Dera calling you…
Risa pun memijat tombol hijau di ponselnya yang kemudian terdengar sebuah suara perempuan dari seberang telepon.
“Halo,”
“Iya ada apa?”
“Sebelumnya gue minta maaf buat waktu itu. Lo harus dengerin penjelasan penting dari gue,” kali ini Rissa pun masih setia mendengarkan ucapan perempuan itu.
“Sebenarnya gue suka sama Raka, jauh sebelum lo kenal dia dan waktu dia masih punya pacar,” hati Rissa mencelos mendengar kejujuran Dera. Namun, ia tetap berusaha mendengar apa yang akan dikatakan gadis itu lagi.
“Awalnya gue kira waktu dia baru putus sama mantannya, gue bakal bisa dapetin hatinya, tapi ternyata salah. Dia udah mulai kenal lo dan ternyata dia juga menaruh hatinya segampang itu buat lo. Mulai saat itu, gue janji sama diri gue sendiri buat bikin Raka tertarik ke gue, sampai kemarin awalnya dia ajak gue keluar. Gue seneng banget, tapi ternyata dia ngajak gue cuma buat nanyain apa aja kesukaan lo, karena dia mau beliin sesuatu buat lo,” terdengar helaan napas dari seberang sana, sebelum akhirnya ia melanjutkan ucapannya.
“Tanpa sengaja, ternyata waktu itu gue sama Raka beli makan bentar, gue lihat lo juga ada di sana. Dengan nekat, gue ngelakuin hal yang bisa ngerusak hubungan lo dan dia karena gue yakin lo bakal ngelihat kami berdua. Tanpa gue duga saat Raka tau kalau lo ngalamin kecelakaan di jalan, dia langsung ninggalin gue dan milih buat ke rumah sakit secepat mungkin. Gue berusaha menghibur dia beberapa minggu, hingga akhirnya gue sadar kalau cinta Raka ke lo itu sangat besar dan gue nggak bakal bisa dapetin hati Raka selamanya,”
“Gue minta maaf banget dan gue harap lo juga maafin Raka, semua itu rekayasa dari gue dan Raka nggak salah apa-apa. Gue juga mau pamit karena gue mau pergi ke Amerika ikut bokap gue. Semoga lo bisa langgeng sama Raka,” telepon itu terputus saat Dera dan Rissa telah menyelesaikan perbincangan mereka. Rissa terkejut mendengar pengakuan Dera selama ini. Tapi nasi sudah menjadi bubur, setidaknya ia tahu semua kebenaran yang terjadi.
Ia pun memilih untuk mencari nomor seseorang untuk dihubungi.
"Raka..." gumamnya sambil mengetik nama Raka di kontak ponselnya.
Sudah beberapa kali yang mencoba namun tidak ada jawaban. Sejak kemarin, ia tak mendapat kabar dari Raka. Padahal biasanya sesibuk apapun Raka, pasti akan menyempatkan mengirim pesan kepadanya. Ia berpikir positif jika kemungkinan cowok itu sedang fokus untuk mempersiapkan untuk masuk perguruan tinggi.
Ia pun tetap setia menunggu kabar dari Raka walau tak tahu sampai kapan Raka akan mengiriminya pesan lagi.
...****************...
Sesampainya di rumah yang sangat dirindukannya, ia langsung membersihkan diri dan beristirahat di kamarnya. Saat menata buku-buku pelajarannya di meja belajar, ia menemukan secarik kertas yang telah ia simpan di dalam buku tersebut. Kertas itu berisi pesan manis dari Raka yang ia tulis saat menunggu Rissa di rumah sakit dan meninggalkan kertas itu diranjang tempat Rissa beristirahat.
Rissa, aku akan selalu menunggu kamu. Semoga kamu sehat dan berhasil menjalankan ujianmu. Aku percaya kamu bisa. Aku cinta kamu.
-Raka
Tulis Raka di secarik kertas tersebut. Rissa tersenyum sedikit saat membaca pesan manis itu.
"Dia benar-benar menyayangiku," batin Rissa.
Rissa mencoba menghubungi Raka lagi. Namun, tetap tidak ada jawaban. Ia kemudian mencoba mengirim pesan ke Raka.
"Raka, kamu baik-baik saja kan? Aku sudah pulang ke rumah. Hubungi aku jika kamu sudah membaca pesan ini," tulis Rissa. Ia menunggu balasan dari Raka. Namun, sampai larut malam tetap nihil balasan. Rasa cemas dan sedih mulai menyerang Rissa.
"Apa yang terjadi pada Raka?" gumamnya.
...****************...
Rissa berjalan ke taman belakang rumahnya. Udara malam yang sejuk membantu menenangkan pikirannya. Ia duduk di bangku taman dan menatap bintang-bintang yang berkilauan di langit.
"Semoga Raka baik-baik saja," doanya.
Ia memikirkan semua kenangan manis bersama Raka. Dari pertemuan pertama, hingga saat semua kesalahpahaman itu terjadi. Rasa sayang dan cinta yang ia rasakan untuk Raka semakin kuat.
"Aku ingin mendengar suara kamu lagi," batin Rissa.
"Aku ingin bertemu kamu lagi." Ia kemudian mencoba menghubungi Raka lagi. Namun, tetap tidak ada jawaban. Ia mencoba mengirim pesan lagi.
"Raka, tolong hubungi aku. Aku khawatir sama kamu," tulis Rissa. Ia berharap kalau Raka akan membacanya.
...****************...
Keesokan harinya, Rissa kembali mencoba menghubungi Raka. Ia mencoba menghubungi Raka selama beberapa jam, namun tetap tidak ada jawaban. Rasa cemasnya semakin meningkat.
"Mungkin dia sedang sibuk," gumamnya sambil mencoba menenangkan dirinya sendiri. Ia kemudian mencoba menghubungi Fajar, mencoba menanyakan keberadaan Raka.
"Halo, Fajar," sapa Rissa.
"Kamu tau Raka ada di mana nggak? Aku udah menghubungi dia beberapa kali, tapi nggak ada jawaban."
"Risa? Maaf, gue juga nggak tau di mana Raka. Kemarin gue ketemu dia di sekolah sih, dia lagi sibuk ngurus berkas pendaftaran. Dia bilang mau langsung pulang ke rumah setelah itu," jawab Fajar.
"Oh, begitu. Ya sudahlah, makasih, Jar," kata Rissa. Ia merasa sedikit lega mengetahui kalau Raka baik-baik saja. Namun, rasa cemasnya masih belum hilang. Ia mencoba menenangkan dirinya dengan berpikir positif.
"Mungkin dia sedang sibuk dan lupa menghubungi aku," gumamnya. Rissa mencoba menyibukkan dirinya dengan merapikan kamarnya yang lumayan berantakan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...