Selamat datang di novel ku
menerima kritik dan saran
feedback & folback bisa folow instagram juga ;@namjoneya_0594
Pernikahan biasanya didasari oleh cinta namun tidak dengan Hira dan Axell/Gus Mahen. Keduanya menikah karena sebuah insiden naas menimpa calon istri Axell dan Hira berada diTKP.
Hira sebagai pengantin penganti namun setelah menikah kehidupannya penuh dengan teror, hingga membuat nya sempat mengalami gangguan kecemasan. Hingga suatu tragedi membuat nya tak bisa sadar dalam waktu lama , Sedangkan Axell tanpa sadar menyayangi istri dengan berlindung dibalik kata “Aku akan bertanggung jawab menjadi seorang suami”.
Keduanya tetap harus mencari tau siapa pelaku peneror dan pembunuhan misterius.
Dan akankah mereka menemukan pelakunya? Akan kah cinta mereka menjadi kekuatan untuk melawan segala lika-liku kehidupan atau justru malah salah satu dari mereka berhasil dibunuh lagi? .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tini Timmy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 14
Mela tersenyum miring, melipat kedua tangan nya diatas meja, Axell yang melihat perilaku Mela hanya tersenyum tipis dengan wajah yang dingin.
“Iya kekuasaan mu memang lebih tinggi ! makanya aku ingin menjadi nyonya di rumahmu, bisakah kamu sedikit saja melihat ku dan mencintai ku?” Kedua matanya mulai berkaca-kaca.
Axell tersenyum, “Tidak! Saya hanya mencintai istri saya yang bernama Britney Zahira Ayla nona muda dalam rumah ku maupun Ning dalam pondok pesantren abah!”
Mela terdiam mengangguk-angguk paham dengan buliran bening yang mulai membasahi kedua pipinya. Lalu ia hapus dengan kasar sembari menatap Axell kembali.
“Aku jauh lebih baik dari pada Zahira, aku lulusan S2 kedokteran dengan Coumloud dan sudah mendapatkan gelar Dr sedangkan Hira hanya seseorang yang lulus SMA!”
“Kata orang kejar lah ilmu sampai ke negri China , tapi kenyataan nya tidak semua orang sepadan antara pendidikan dan sopan santun. Pendidikanmu tinggi, karir mu bagus tapi mulutmu mulus, sampai ngomong tidak lewat jalan yang semestinya!” Timpal Axell, sembari mengertakkan giginya hingga terdengar gemeltuk.
Axell benar-benar hampir kehilangan kesabaran menghadapi Mela yang sedari tadi terus saja menyangkal semua bukti dan seakan merasa paling tersakiti. Ia tidak pernah menaruh harapan pada orang, bukankah orang itu yang tanpa sengaja mengagumi atau mencintai nya?.
Lantas mengapa Axell tak berhak bahagia? Bila manusia punya hak asasi yang penuh dengan keadilan. Jika Mela mencintai nya apa Axell juga harus membalas?kalau iya Mungkin karena rasa iba?.
“Cinta saya hanya satu, ya itu istri saya setelah saya mencintai ibu dan adik saya . Jangan ganggu rumah tangga orang lain masih banyak lelaki baik diluaran sana. Jangan jual murah pada saya karena semurah apapun saya tidak akan tertarik!”Tegas nya dengan lugas.
Dirga yang berdiri di belakang sedikit mencerna kata jangan jual murah karena semurah apapun saya tidak akan tertarik.
“Bisa aja nih Tuan, kalau udah ketus beh nusuk nya hati sampai ke relung-relung nya.”Batin Dirga.
Ia masih setia melihat adegan pertengkaran di hadapan nya, ia gemas dengan Mela yang selalu berbuat ulah dan membuat nya ribet.
“Sebaiknya kamu menyerahkan diri saja, toh sekuat apapun kamu membela diri, kamu tetap akan kalah dengan Tuan Axell!” Timpal Dirga.
“Jangan ikut campur! Kamu hanyalah seorang asisten!”
Dirga tersenyum tipis , pandangan matanya begitu nyalang, “Lebih terhormat diriku apa dirimu? Aku memang hanya asisten tapi kamu tau justru aku yang paling bisa jebloskan kamu ke jeruji besi karena semua bukti ada ditangan ku!”
Mela tersentak mendengar ucapan Dirga, memang benar bukan, sebelum Axell ada Dirga terlebih dulu yang menyelidiki kasus ini.
“Ku pikir otaknya memang bermasalah, pak silahkan bawa wanita ini dan ini bukti-buktinya . Jangan sampai lolos jika iya, kalian berdua akan kehilangan pekerjaan di negeri ini!” Tegas Dirga.
Mela langsung berlari ke arah tempat duduk Axell dan bersimpuh dihadapan nya. Bulir bening membasahi kedua pipinya.
“Axell, tolong jangan kaya gini…”Ucapnya sambil memohon saat kedua polisi itu hendak memegang kedua tangan nya. Axell melepaskan tangan Mela yang berusaha menggenggam nya.
Setelah tanganya lepas kedua polisi itu langsung memborgol kedua tangan nya. Sedangkan kan Axell mengelap tangan kanan yang tadi sempat dipegang Mela.
Mela terus saja memberontak dan membuat Axell benar-benar kehilangan rasa sabar, rahangnya mengeras, tatapan nyalang dan nafasnya mulai memburu.
“Dirga, urus dia!” Langsung beranjak dari tempat duduk dan pergi meninggalkan cafe.
Sepanjang perjalanan ia memijat pelipisnya yang terasa berdenyut nyeri. Ia memutuskan untuk langsung pulang ke rumah , mungkin dengan melihat Hira dapat mengobati segala kepenatan dalam dirinya.
...Rumah Ndalem. ...
Tok… . Tok… . Tok… .
“Hira! Udah bangun belum nak?” Teriak Umma dari depan pintu kamar.
Tak ada jawaban namun pintu langsung terbuka, sang empu tersenyum manis walaupun sebenarnya dalam benak ia bingung harus manggil apa.
“Ehh panggil Umma nak, gak papa kamu belum ingat seratus persen kami akan sabar menunggu kamu mengingat lagi.”Mengusap bahu Hira dengan lembut.
Hira tersenyum manis seraya mengangguk pelan, ia bersyukur Umma mengerti jika dirinya sedang bingung.
“Umma” Panggilnya dengan hati-hati karena merasa ada keraguan di hatinya.
“Iya nak, Umma kangen banget sama kamu. Harusnya malam itu kamu nginep aja disini gak usah pulang,”Ucapnya , tak terasa hingga meneteskan air mata.
Hira tersenyum sambil membalas pelukan Umma, “Umma , jika kita tau, tidak mungkin berada di titik sekarang karena penyesalan datang pada akhir kalau awal namanya memulai.”
Keduanya saling berpelukan dengan air mata yang tak henti-hentinya menetes, haruskah dia menolak takdir yang sudah ditakdirkan untuk nya? Mungkin terasa berat untuk menerima segalanya. Tak mudah bukan untuk melewati masa-masa dimana ia lupa akan segala ingatan.
Bahkan yang ia ingat hanya lah Vincent teman sedari ia kecil. Di tengah-tengah keharuan, terdengar suara ketukan pintu.
Umma membuka pintu dan terlihat ada Delin. “Selamat sore Ibu dan nona, saya Delin sekretaris nya pak Axell seperti biasa saya yang mengatur segala urusan Tuan Axell. Dan saya disini juga atas perintah Tuan namun tadi saya mendengar jika nona Hira masih tidur jadi saya berkeliling sebentar”
“Oh, gak papa. Ini anak menantu saya baru bangun. Kamu temenin sebentar ya, saya mau ke dapur bentar aja ya Hir.”
“Boleh, Umma . Hira bosan dirumah. Apa boleh Hira jalan-jalan keluar tapi masih area pondok.”
Boleh tapi ditemenin, Delin ya soal nya Aira belum pulang ngajar santri putri.” ujar Umma lalu mencium kening Hira dan melangkahkan kaki pelan menuju dapur.
“Ayo mari saya antar,” Mempersilahkan Hira setelah Umma benar-benar sudah masuk ke dapur.
Hira mengangguk paham lalu berjalan terlebih dahulu dan Delin di belakang nya hingga mereka telah sampai di tepi danau tak jauh dari rumah ndalem.
Manik mata Hira seakan terkesima dengan pemandangan yang hijau, hamparan air yang jernih ditambah lagi senja yang mulai menyapa di sore hari.
Ia terus menerus berdecak kagum akan apa yang ia lihat, hingga ia duduk disebuah bangku. Delin juga ikut duduk ia ikut memperhatikan sekitar.
“Nona Hira,”Panggil nya lirih, sang empu menoleh kala namanya dipanggil.
“Apa benar anda lupa ingatan?”
Hira mengedikan bahu nya ia juga kurang paham akan apa yang ia alami, semua terjadi begitu saja dan kalau untuk mengingat pun rasanya sulit.
“Kamu pikir saya berbohong ya? Jangankan kamu yang bertanya, diriku sendiri aja terus bertanya siapa diriku, dan siapa yang hadir dihidupku.”
Jawab nya tanpa mengalihkan atensi nya pada kupu-kupu yang berterbangan di atas permukaan danau.
Delin mengambil sesuatu dari tas nya, seperti kotak yang tidak familiar. “Kalau dengan ini apakah kamu ingat NONA ZAHIRA?” Tersenyum tipis namun penuh makna yang tersembunyi.