NovelToon NovelToon
GrayDarkness

GrayDarkness

Status: tamat
Genre:Horor / Fantasi / Sci-Fi / Tamat / Iblis / Romansa / Light Novel
Popularitas:8.4k
Nilai: 5
Nama Author: GrayDarkness

Gray adalah seorang anak yang telah kehilangan segalanya karena Organisasi jahat yang bernama Shadow Syndicate. Dia bahkan dijadikan Subjek Eksperimen yang mengerikan, namun dalam perjalanannya untuk menghentikan Organisasi tersebut, ia menemukan teman yang mengalami nasib sama sepertinya. Bagaimana perjalanan Gray untuk menjadi dewa dalam dunia fantasi yang dipenuhi bahaya dan kekuatan sihir ini akan berjalan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GrayDarkness, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

002 - Ketakutan

Di bawah terik matahari yang membakar, Gray masih duduk di tepi jalan berbatu yang penuh debu. Tubuhnya yang lemah tidak mampu lagi mengemis. Perutnya sudah tidak hanya sekadar keroncongan, tapi seperti diremas dari dalam. Pandangannya kabur, napasnya berat.

Saat itulah sepasang sepatu hitam mengkilap berhenti di hadapannya.

Gray mengangkat kepalanya dengan susah payah. Pandangannya bertemu dengan seorang pria bertopi dan berjas panjang, yang kontras dengan lingkungan kumuh tempat mereka berada. Pria itu membungkuk sedikit, memperhatikan bocah dekil di depannya dengan sorot mata penuh rasa ingin tahu.

"Kau terlihat mengerikan," ucap pria itu dengan suara yang dalam dan santai. "Maukah kau ikut denganku? Aku akan memberikanmu makanan."

Makanan?

Gray terdiam. Otaknya berusaha bekerja meski sudah terlalu letih. Sejak kapan ada orang baik di Rustgrave? Setiap orang hanya peduli pada dirinya sendiri. Tapi, apakah itu penting?

Mungkin pria ini berbahaya. Mungkin ini perangkap. Tapi Gray tahu satu hal: jika ia tetap di sini, ia akan mati perlahan, kelaparan di sudut jalan tanpa ada yang peduli.

Jadi apa bedanya?

Tanpa pikir panjang, Gray mengangguk.

Pria itu tersenyum samar. "Sangat baik. Makanlah ini."

Dari dalam jasnya, pria itu mengeluarkan sepotong roti dan botol air kecil. Gray meraihnya dengan cepat, merobek roti itu dan melahapnya tanpa memedulikan remah-remah yang jatuh ke tanah. Roti itu keras dan hambar, tapi baginya rasanya lebih enak dari apapun. Airnya dingin, menyegarkan tenggorokannya yang kering.

Pria itu memperhatikan Gray dengan tatapan penuh minat. "Sangat cepat," gumamnya, lalu mengulurkan tangan. "Ayo ikut aku."

Gray tidak bertanya ke mana mereka akan pergi. Ia tidak peduli. Ia menggenggam tangan pria itu. Dalam sekejap, mereka menghilang.

Kain lusuh Gray masih tergeletak di jalanan kosong.

---

Gray muncul di tempat yang benar-benar berbeda. Udara di sini lebih sejuk, jauh dari bau busuk Rustgrave. Pohon-pohon tinggi mengelilingi bangunan besar di hadapannya. Itu bukan bangunan mewah, melainkan struktur besar tanpa jendela, temboknya tinggi dan kusam.

Mereka berjalan melewati dua penjaga berseragam hitam yang berdiri di depan pintu besi besar. Tanpa suara, para penjaga itu membuka pintu, membiarkan pria bertopi dan Gray masuk.

Di dalam, lorong panjang menyambut mereka. Lampu redup berderet di sepanjang dinding, menerangi koridor yang tak berujung dengan pintu-pintu besi di kedua sisi. Suasana di sini terasa dingin dan sunyi, seakan suara tidak diizinkan ada.

Gray terus berjalan mengikuti pria itu. Mereka menuruni tangga yang berliku, semakin dalam ke bawah tanah. Udara semakin dingin. Sensasi ini mengingatkan Gray pada malam-malamnya di jalanan, tertidur di antara tumpukan sampah, menggigil tanpa selimut.

Akhirnya, mereka berhenti di depan pintu besi yang lebih besar. Seorang penjaga membukanya tanpa kata. Pria itu mengangguk pada Gray. "Masuklah."

Gray melangkah masuk.

Di dalam, ruangan itu lebih luas dari yang ia duga. Di sepanjang dinding ada beberapa tempat tidur besi kecil tanpa kasur, dan di tengah ruangan berkumpul sekelompok anak-anak. Jumlah mereka sekitar dua belas orang, dengan berbagai usia. Ada yang lebih kecil darinya, ada yang lebih tua.

Begitu Gray masuk, semua mata tertuju padanya.

Tidak ada yang berbicara. Hanya tatapan kosong, penuh kelelahan dan ketakutan.

Gray mengabaikan mereka. Ia memilih sudut ruangan dan duduk menyender ke dinding.

Di sampingnya, seorang anak perempuan kecil berambut hitam juga duduk, tubuhnya gemetar. Pakaiannya sama lusuhnya dengan Gray, matanya penuh ketakutan. Tapi Gray tidak mengatakan apa-apa. Dia tidak peduli.

Di sekitar ruangan, beberapa anak berbicara pelan, berbisik tentang eksperimen yang menunggu mereka. Suara mereka dipenuhi kecemasan.

"Katanya, orang yang dibawa keluar tidak pernah kembali..."

"Aku dengar mereka disuntik dengan sesuatu, lalu tubuh mereka mulai berubah..."

"Beberapa dari mereka meledak..."

Anak perempuan di samping Gray menggigit bibirnya, tangannya gemetar.

Tapi Gray tidak takut. Tidak ada alasan untuk takut jika kau tidak peduli dengan hidupmu. Jika mereka ingin membunuhnya, biarkan saja.

Gray memejamkan mata.

---

Suara pintu besi terbuka membangunkannya.

Seorang anak baru masuk.

Seorang anak lain dibawa keluar.

Gray hanya melirik sebentar sebelum kembali tidur.

Di dalam ruangan ini, tangisan dan ketakutan hanyalah kebisingan. Tidak ada yang bisa dilakukan selain menunggu.

---

Gray terbangun oleh suara langkah kaki berat di luar sel. Beberapa detik kemudian, pintu besi terbuka dengan bunyi skreeet yang berderit tajam. Seorang penjaga bertubuh besar melangkah masuk, membawa nampan-nampan berisi makanan.

"Ambil dan makan," katanya singkat, suaranya dalam dan berat.

Tanpa membuang waktu, anak-anak di dalam sel segera bergerak, mengambil jatah masing-masing. Sup hangat dalam mangkuk logam, ditemani sepotong roti.

Gray mengambil makanannya tanpa ekspresi. Aroma sup yang sedikit asin menyentuh hidungnya. Roti yang diberikan keras, tapi tetap bisa dimakan. Ini jauh lebih baik dibanding apa yang pernah ia makan di Rustgrave.

Tanpa pikir panjang, ia menyendok sup itu dan menelannya dengan lahap. Cairan hangat itu mengalir di tenggorokannya, mengisi perutnya yang kosong. Tubuhnya yang kaku mulai terasa lebih baik.

Begitu selesai makan, Gray meneguk air yang tersedia, lalu dengan tenang meletakkan mangkuk kosongnya di dekat pintu, mengikuti anak-anak lain yang sudah lebih dulu selesai.

Tanpa sepatah kata pun, ia kembali ke sudutnya dan berbaring, berusaha tidur.

Tapi sebelum ia bisa memejamkan mata, sebuah tangan kecil menggenggam lengannya.

Gray membuka matanya sedikit dan mendapati anak perempuan di sebelahnya menatapnya dengan mata penuh ketakutan. Wajahnya pucat, bibirnya gemetar. Tangannya bergetar saat memegang lengan Gray.

"Kau... kau... kau tidak takut?"

Suaranya bergetar, seperti seseorang yang baru saja melihat kematian di depan mata.

Gray terduduk, menatap anak itu tanpa emosi.

"Takut apa?" tanyanya datar.

Anak perempuan itu menelan ludah, berusaha mengumpulkan keberanian untuk berbicara.

"Kau... kau tidak tahu? Ini adalah lab eksperimen! Kita adalah uji cobanya!"

Ia mencengkram pundak Gray dengan kuat, seolah ingin meyakinkan bocah itu akan bahaya yang sedang mengintai mereka.

Gray diam sejenak, lalu dengan tenang melepaskan tangan anak perempuan itu dari pundaknya. Ia tidak suka disentuh.

"Aku tidak peduli," katanya akhirnya, suaranya tenang tapi dingin. "Lagipula, cepat atau lambat aku akan mati kelaparan jika tidak dibawa ke sini. Tolong abaikan aku."

Tanpa menunggu jawaban, Gray kembali berbaring, membalikkan tubuhnya, dan memejamkan mata.

Anak perempuan itu terdiam.

Wajahnya menunjukkan keterkejutan yang mendalam.

Bagaimana mungkin ada seseorang yang tidak takut? Yang bahkan dengan sukarela datang ke tempat ini?

Tapi Gray sudah tidak peduli lagi.

Baginya, tidur adalah satu-satunya hal yang bisa dilakukan di tempat ini.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!