Karya ini hanya fiksi bukan nyata. Tidak terkait dengan siapa dan apapun.
Elyra Celeste Vesellier, putri bungsu dari Kerajaan Eryndor. Lahir di tengah keretakan hubungan orang tuanya, ia selalu merasa seperti bayangan yang terabaikan.
Suatu hari, pernikahan nya dengan Pangeran dari kerajaan jauh yang miskin ditentukan. Pukulan terbesarnya saat dia mengetahui siapa gadis yang ada dihati suaminya. Namun, Elyra pantang menyerah. Dia akan membuktikan jika dialah yang pantas menjadi Ratu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rose Solace, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4
Hari yang telah lama dinanti akhirnya tiba. Pernikahan antara Putri Lyra dan Pangeran Cedric, menjadi peristiwa besar yang dinantikan oleh seluruh kerajaan.
Namun, di balik kemegahan dan keramaian pesta, ada suasana yang berbeda di dalam hati Lyra, perasaan sepi dan dingin yang menyelimuti dirinya.
Istana Eryndor dipenuhi oleh tamu-tamu penting, para bangsawan, dan diplomat dari berbagai kerajaan. Aula besar yang biasanya dipenuhi dengan canda tawa kini terasa sunyi, hanya terdengar suara lembut dari musik pengiring pernikahan.
Lyra berdiri di kamar pribadinya, mengenakan gaun pengantin putih yang megah dengan hiasan bunga-bunga emas. Pelayan setianya, Natasha, dengan sabar membantu mempersiapkan Lyra untuk hari besarnya.
Natasha adalah satu-satunya orang yang tetap setia dan peduli kepada Lyra, menjadi pendamping dan sahabat dalam momen-momen sulit dihidupnya.
"Anda terlihat sangat cantik, Yang Mulia Putri Lyra", bisik Natasha dengan lembut, berusaha memberikan semangat.
"Saya yakin, rakyat pasti sangat bangga pada anda", Natasha tersenyum ceria.
Lyra hanya tersenyum tipis, mencoba menahan air matanya. Ia tahu bahwa pernikahan ini bukan tentang kebahagiaan nya, melainkan tentang kewajiban yang harus ia jalani.
Saat Lyra berjalan menuju aula besar untuk menemui Pangeran Cedric, suasana dingin langsung menyambutnya. Raja dan Ratu duduk di tahta mereka dengan ekspresi dingin, tidak menunjukkan sedikit pun emosi hangat terhadap putri mereka.
Ketiga kakaknya, juga hadir dengan sikap dingin dan penuh penghakiman. Sementara para bangsawan yang hadir mulai berbisik-bisik, membicarakan Lyra dengan nada yang tidak menyenangkan.
"Lihat, Putri yang tidak tahu aturan. Putri pemberontakan yang selalu membuat keributan", bisik seorang bangsawan wanita.
"Bagaimana mungkin dia bisa menjadi seorang Ratu di masa depan?", bisik wanita bangsawan yang lain.
"Dia tidak seperti saudara-saudaranya yang membanggakan", tambah yang lain, "dia hanya bisa memalukan kerajaan ini".
Lyra mendengar bisikan-bisikan itu, namun ia tetap melangkah maju dengan kepala tegak. Di tengah semua kebisingan dan bisikan negatif, hanya satu hal yang menguatkan hatinya, yaitu cinta dari rakyat Eryndor.
Ia tahu bahwa meskipun bangsawan dan keluarganya tidak menyukainya, namun rakyat mencintainya karena kebaikan dan perhatian yang selalu ia tunjukkan kepada mereka.
...****************...
Upacara pernikahan berlangsung dalam keheningan yang penuh dengan ketegangan. Cedric berdiri di samping Lyra, tampak tenang namun juga merasa canggung dengan suasana yang tidak menyenangkan.
Tidak ada senyuman bahagia atau tatapan penuh cinta seperti yang biasa terlihat dalam pernikahan umumnya.
Setelah upacara selesai, mereka berdua berjalan keluar menuju balkon istana untuk menyapa rakyat yang telah berkumpul di alun-alun besar. Sorak-sorai rakyat menggema di seluruh istana, menunjukkan cinta dan dukungan mereka kepada Lyra.
"Hidup Putri Elyra! Hidup Pangeran Cedric!" seruan rakyat terdengar penuh semangat.
Lyra merasa air mata mengalir di sudut matanya. Dukungan dari rakyat adalah satu-satunya hal yang membuatnya merasa berharga di tengah suasana dingin ini.
Ia melambaikan tangan dengan penuh kasih kepada mereka, merasa bahwa di sinilah tempatnya yang sebenarnya, di hati rakyat Eryndor.
Pangeran Cedric melirik Lyra. Wajahnya tetap datar. Dia hanya melambaikan tangan seadanya pada rakyat. Namun, satu hal yang Pangeran Cedric tahu, Lyra sangat dicintai oleh rakyatnya.
Malam harinya, pesta pernikahan dilanjutkan dengan jamuan besar. Namun, suasana di aula tetap penuh ketegangan. Para bangsawan terus berbisik, sementara keluarga kerajaan tetap bersikap dingin kepada Lyra.
Cedric, meskipun mencoba bersikap sopan, dia tampak gelisah dengan situasi yang tidak nyaman ini.
Setelah jamuan selesai, Lyra kembali ke kamarnya bersama Natasha. Di sana, ia akhirnya membiarkan air matanya jatuh.
"Natasha, sebentar lagi aku akan pergi dari sini, dan hidup di kerajaan yang jauh dan tidak aku ketahui sebelumnya. Aku tidak tahu seperti apa kehidupanku disana nantinya".
Natasha meraih tangan Lyra dan menggenggamnya dengan lembut.
"Yang Mulia, anda tidak pernah sendiri. Saya akan selalu berada di sisi anda".
Lyra menatap Natasha sendu, "apa kamu mau ikut denganku ke Kerajaan Eldrath?".
Natasha mengangguk, dia tersenyum lembut, "ya, Yang Mulia".
Natasha mengusap lembut rambut pirang Lyra. Dia sudah menganggap Lyra seperti adiknya sendiri.
Lyra memeluk Natasha erat. Dia menumpahkan seluruh air mata yang selama ini dia pendam.
Dari balik pintu yang sedikit terbuka, Pangeran Cedric melihat interaksi keduanya. Entah apa yang dipikirkan olehnya, ekspresinya sama sekali tak terbaca.
...****************...
pabtes az d buang m kluarganya
hadeeehhh ,, gk ada perlawanan