Jingga yang sedang patah hati karena di selingkuhi kekasihnya, menerima tantangan dari Mela sahabatnya. Mela memintanya untuk menikahi kakak sepupunya, yang seorang jomblo akut. Padahal sepupu Mela itu memiliki tampang yang lumayan ganteng, mirip dengan aktor top tanah air.
Bara Aditya memang cakep, tapi sayangnya terlalu dingin pada lawan jenis. Bukan tanpa sebab dia berkelakuan demikian, tapi demi menutupi hubungan yang tak biasa dengan sepupunya Mela.
Bara dan Mela adalah sepasang kekasih, tetapi hubungan mereka di tentang oleh keluarganya. Mereka sepakat mencari wanita, yang bersedia menjadi tameng keduanya. Pilihan jatuh pada Jingga, sahabat Mela sendiri.
Pada awalnya Bara menolak keras usulan kekasihnya, tetapi begitu bertemu dengan Jingga akhirnya dia setuju.
Yuk, ikuti terus keseruan kisah Jingga dan Bara dalam membina rumah tangga. Apakah rencana Mela berhasil, untuk melakukan affair dengan sepupunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yaya_tiiara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 : Di pecat
Jingga yang tolol atau Hamish Daud kw itu, memiliki pesonanya begitu memikat. Sehingga dengan mudah perempuan muda itu, membatalkannya niatnya bercerai. Atau rayuan Bara begitu dahsyat, sampai Jingga di buat tak berdaya. Malah mungkin juga kehidupan mewah yang di janjikan Bara, membuat jiwa miskinnya bergejolak.
Siapa sih, yang tidak terpesona dengan Bara? Sudah cakep kaya lagi, plus salah satu bos perusahaan besar di Indonesia.
"Hubby, saya harus kembali bekerja" ucap Jingga, ketika Bara hanya diam sembari memeluknya.
"Sebentar lagi!" pintanya, menaruh dagunya diatas rambut Jingga yang wangi.
"Ayolah hubby, apa yang akan di pikirkan Mbak Silvi? Kalo saya terlalu lama di dalam ruangan."
"Biarin aja!"
"Ish, tapi saya yang malu. Dikiranya, saya sedang merayu bos."
"Memang benar, kamu merajuk karena saya selama satu minggu menghilang" ujar Bara tenang.
"Saya gak merajuk!"
"Dengan meminta cerai, apa itu bukannya merajuk?"
"Kenapa sih pak tua ini, sulit sekali mengerti ?" tanya Jingga kesal, ia memaksa melepaskan diri dari belitan tangan Bara.
"Dengar sayang, saya belum begitu tua. Umur saya masih 35 tahun, dan sedang dalam puncak bahagia." ujar Bara, mengangkat dagu istrinya dan menatap wajah yang cemberut. "Kamu lebih mirip usia 5 tahun, dibandingkan umur mu yang sudah 25 tahun."
Jingga menepis tangan Bara, yang sedang memegang dagunya.
"Saya banyak pekerjaan..."
"Memangnya, saya pengangguran. Pekerjaan saya lebih banyak dibanding kamu, yang cuma staf pemasaran" potong Bara cepat. "Mulai jam ini, detik ini juga, saya pecat kamu jadi karyawan" lanjutnya.
Jingga menganga, mendengar ucapan Bara yang merendahkannya. "Bapak menghina pekerjaan di bagian marketing, tega sekali sama saya" ucap Jingga sambil menunduk. "Kalo saya di pecat, bagaimana harus membayar cicilan kartu kredit dan arisan bulanan?"
"Saya peduli sama kamu, dan memberikan kehidupan yang lebih dari layak buat mu. Untuk apa bekerja?" ujar Bara. "Semua pengeluaran kamu, saya yang akan membayar. Jangan takut, saya cukup mampu menghandle semuanya."
"Saya percaya, bapak mampu membiayainya. Tapi bapak berbohong, kalo peduli gak akan ninggalin saya di malam pengantin."
"Harus berapa kali di omongin, Mela butuh perhatian dari saya" tegas Bara.
"Kalo gitu, kenapa gak menikahi Mela waktu itu?"
"Cukup Jingga, kamu tau alasan sebenarnya. Jaga batasan mu, hormatilah keinginan saya" bentak Bara tegas.
Jingga langsung bangkit berdiri, ia berjalan menuju pintu keluar. Namun, Bara segera menghentikannya.
"Tunggu Jingga! Bereskan semua barang-barang mu, pulanglah bersama Pak Rahmat. Mulai hari ini, ia akan menjadi sopir mu."
"Enggak perlu, saya akan pulang ke kost-an."
"Jangan membantah, tempat mu berada di rumah saya. Disana akan ada Bi Minah, yang akan beres-beres dan membersihkan rumah. Kamu tinggal duduk manis, menunggu saya pulang dari kantor."
"Hah! Macam keluarga bahagia saja. Kita gak se-harmonis itu, bukan?!" ucap Jingga sinis.
"Anggap saja begitu!"
"Saya pulang!" pamit Jingga akhirnya.
Berdebat dengan Bara tidak akan pernah menang, lelaki itu begitu ingin ia dalam kendalinya. Jingga ingin tahu, apa tujuan Bara sebenarnya menikahinya? Selain ingin menjauhkan dirinya dengan Mela, tetapi bertolak belakang ketika perempuan yang di cintainya itu berulah. Bara tiba-tiba begitu perduli, dan merasa bertanggung jawab.
Jingga melewati meja Mbak Silvi begitu saja, membuat sekretaris Bara itu menaikkan alisnya sebelah.
"Hei kamu!" jeritnya kesal. "Gaya mu macam nyonya besar saja, menyebalkan" gerutu Mbak Silvi. "Sini kamu!" panggilnya, sambil melambaikan tangan.
"Apa lagi sih, Mbak?" tanya Jingga jemu. "Mbak Silvi gak bosan gitu, berseteru dengan saya?" lanjutnya.
Tak pelak Jingga menghampiri perempuan yang lebih tua darinya, dengan pandangan curiga. Ia hanya ingin berkemas dan pergi dari perusahaan, tubuhnya lelah dengan berbagai macam persoalan. Mungkin berendam dalam bathtub dengan aroma chamomile, bisa menghilangkan resah hatinya.
"Kamu gak ada sopan-sopannya sama yang lebih tua, main pergi aja" sungut Mbak Silvi ketus.
"Terus, saya harus bagaimana?" tanya Jingga, mencoba bersabar.
"Laporan kek! Kalo habis di panggil Pak bos, jangan diem-diem mulu" tegur Mbak Silvi.
"Iya Mbak! Mulai hari ini, saya di pecat dari pekerjaan. Jelas ya! Mbak gak akan menjumpai saya lagi, yang bikin naik darah terus."
"Baguslah! Hidup saya jadi lebih tenang, berkurang sudah satu saingan" ucap Mbak Silvi sumringah. "Silahkan pergi dari hadapan saya, dan jangan berani muncul di kantor ini lagi."
"Huh, sok berkuasa!" dengus Jingga sebal.
Memasuki ruangan kerjanya, Jingga segera membereskan semua peralatannya. Kebetulan Hani tidak berada di mejanya, entah dia berada dimana? Tapi itu satu keuntungan baginya, karena tak harus memberikan keterangan yang akan membuatnya terjebak pada mulut manis temen satu timnya. Barang-barang yang berada di dalam laci maupun yang diatas meja ia rapikan, dan memasukkan ke dalam kardus bekas, serta kemudian menutupnya dengan lakban.
Bima tampaknya tidak terkejut, dengan apa yang dilakukan Jingga. Karena sebelumnya ia sudah di beritahu bosnya, sekaligus teman baiknya mengenai pemecatan salah satu anak.buahnya.
"Apa yang sedang kamu lakukan, Jingga?" sapanya, sembari menarik kursi untuk didudukinya.
"Seperti yang bapak lihat, saya sedang berkemas" balas Jingga, tanpa menatap wajah managernya.
"Datanglah ke ruangan saya, kita ngobrol di sana" ujar Bima, beranjak dari duduknya.
"Baik Pak! Saya segera ke sana, setelah membereskan semuanya."
Buru-buru Jingga menuntaskan pekerjaannya, lalu berjalan kearah ruangan Bima. Kebetulan pintunya tidak tertutup, hingga ia dengan mudah bisa melihat atasannya itu tengah memainkan gawainya.
"Duduk Jingga!" perintahnya. "Atau, lebih senang di panggil nyonya Bara Aditya" lanjutnya santai.
"Jadi bapak tau..."
"Tentu saja, saya adalah salah satu tamu yang harus menghadiri pernikahan bosnya" putus Bima cepat. "Jangan kaget begitu, kami berteman sejak kuliah. Sayangnya hari itu, saya tidak bisa datang."
"Oh..."
"Seandainya bisa datang, tentunya saya bisa menghentikan pernikahan itu" tutur Bima, menatap lekat wajah Jingga yang memucat.
"Kenapa bapak ingin menggagalkan pernikahan kami?" tanya Jingga.
"Karena saya melihat Mela terluka, dengan apa yang di lakukan kalian!?"
"Tapi kami menikah atas persetujuan Mela, lalu salahnya dimana?"
"Kamu seorang wanita, Jingga. Bagaimana seandainya kekasih mu, menikah dengan sahabat mu sendiri? Sakit bukan! Itulah yang Mela rasakan."
"Kenapa bapak begitu perduli pada Mela? Apa bapak pernah berada di posisinya?" tanya Jingga beruntun.
"Saya mengalaminya, dan kini menyesal pernah melepaskan perempuan itu."
"Jadi, yang bersalah di sini adalah saya!" tunjuk Jingga, pada dadanya sendiri. "Tolong jangan menghakimi saya, bila tidak tau cerita sebenarnya. Maaf, bila saya telah mengecewakan bapak" sambungnya. "Jangan memandang masalah dari satu sisi saja, carilah dimana letak permasalahan sebenarnya. Permisi!"
Sungguh hari ini begitu menyebalkan, selain harus bersitegang dengan suaminya, Jingga juga harus menghadapi managernya yang sok tau.
Jika harus memilih Jingga tidak ingin berada di posisinya saat ini, tapi semua telah terjadi untuk apa di sesali.
...****...
Lanjut ka thor ttp Cumangat 💪
Lanjut Ka Author jangan patah semangat..
Lanjut ka n ttp semangat 💪
kasian Jingga dah di hianati pacar sekarang suami'y
Lanjut Ka Author ttp semangat 💪
I like❤👍
menurut aku nie novel sangat bagus... aku suka tokoh Jingga yg tegas tak banyak drama kumenangis membayangkan...🤣ini mah berbeda tak sperti kbanyakan novel" lain yang hobi mainkan air mata..
Semangat Ka author moga success🏆💪
Sama Laki'y jga kaya punya rencana tidak baik..
Lanjut ka....
Lanjut ka Author ttp semangat