NovelToon NovelToon
Mata Batin Zivanya

Mata Batin Zivanya

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Matabatin / Mata Batin / Kumpulan Cerita Horror / Hantu / Tumbal
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Wanita Biasa

Cerita ini hanya fiktif belaka, namun cerita ini di rangkum dari pengalaman seseorang dan di sangkut pautkan dengan kejadian-kejadian Aneh yang terjadi di kalangan masyarakat pedesaan.

Zivanya yang biasa di panggil Ziva menganggap kelebihannya itu sebagai Kutukan namun perlahan dia pun berdamai dengan keadaan dan akhirnya menganggap kelebihannya itu sebagai Anugerah.
Karena Ziva lebih asyik berteman dengan sosok yang berwujud makhluk halus namun mempunyai hati di banding dengan sosok yang berwujud manusia namun tak punya hati.

Sebuah percintaan pun terjalin di cerita ini, berawal saat Ziva duduk di bangku SMK sampai pada Ziva lulus dan melanjutkan kuliah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita Biasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 10.

"Papah dengar kamu sedang dekat dengan seseorang ? Siapa ? " Tanya Ayah David.

Sebut saja namanya Rama.

David menoleh, "Pah udah deh jangan buat David kesal. Stop memantau terus kegiatan David, David tidak nyaman Pah. "

"Papah melakukannya demi keselamatan kamu Nak, lain kali ajak kemari teman-teman mu. " Perintah David yang di tanggapi dengan sikap malas.

David yang sudah selesai melakukan kegiatannya di luar kamar langsung masuk ke dalam kamarnya, ia menjatuhkan keras tubuh ya ke atas kasur. sebuah benda pipih bermerk dengan logo apel yang di gigit sebelah kini ada di dalam genggaman tangan David.

David menyimpan nomor Ziva yang sudah ia simpan dengan baik. Dengan satu gerakan David menggulingkan tanda untuk menghubungi Ziva.

Ziva tak lekas mengangkat sambungan telponnya. Ziva malah meminta berkomunikasi lewat pesan di aplikasi hijau saja.

Mereka pun saling membalas pesan dengan cepat, sampai akhirnya David dan Ziva merencanakan untuk bertemu di hari weekend nanti.

Hari weekend pun tiba.

"Hai kak, maaf menunggu lama. " Ujar Ziva pas David yang sudah lebih dulu sampai di tempat yang sudah mereka sepakati sebelumnya.

David terhenyak kagum kala melihat penampilan Ziva yang berbeda saat berada di sekolah. Meskipun Ziva masih terlihat culun tapi setidaknya tidak separah saat berada di sekolah.

Balutan setelan olahraga membuat Ziva terlihat lebih tinggi dan ramping, Rambut yang di ikat satu ia masukan ke dalam lubang topi yang ia kenakan. Namun kacamata tebal masih menempel di mata Ziva.

"Tidak, aku juga baru sampai Kok. " Jawab David.

Ziva duduk di samping David, lalu ia membuka penutup botol Tumbler yang berisi air putih.

Keringat terlihat mengucur di pelipis Ziva, Ziva baru saja melakukan olahraga di pagi hari itu.

"Kamu cantik Zi. " Puji David.

Ziva menujuknya senyuman simpulnya sehingga terbentuk lesung Pipit di pipi kanannya.

"Ya anggaplah begitu. Karna wanita itu di lahirkan cantik bukan tampan. " Jawab Ziva tanpa terkesima dengan pujian David.

"Ya, tapi kamu beda dari wanita lain. " Jawab.

"Hanya karna aku bisa melihat mereka ? Maka dari itu aku berbeda dengan wanita lain ? " Tanya Ziva.

"Ya itu salah satunya, dan .... " Penjelasan David di potong oleh Ziva.

"Kak, " Panggil Ziva.

"Ya ? "

"Mmmm ... "

"Bicara saja tidak apa-apa, " Ucap David menyuruh Ziva membuang rasa canggung nya saat berbicara.

Ziva terdiam sejenak, entah darimana ia ingin memulai pembicaraannya.

"Yakin ni mau diam-diam saja begini ? " Tanya David sambil membungkukkan tubuhnya dan melihat ke arah Ziva.

"Tapi Kak David janji tidak akan marah. " Bujuk Ziva menyentuh lengan David.

David melihat tangan Ziva saat menyentuh tangannya. " Ya ... Tentu, aku tidak akan marah. "

Lea langsung menjauhkan sentuhan tangannya pada tangan David.

"I-ini soal mendiang Ibu Kak David. " Ziva merasa ragu saat mengatakannya.

"Deg ... " Hati David terasa tersayat kala mengingat mendiang ibunya.

"Apa dia ada di sini ? " Tanya David dengan mata yang begitu penuh kesedihan.

Ziva tak tega mengatakannya. " Tidak Kak, hanya saja sesekali mending Ibu Kak David selalu datang menghampiriku, itu pun hanya sebentar saja. "

"Lalu apa yang dia katakan ? " buliran air mata keluar dari pelupuk mata laki-laki tampan yang ada di samping Ziva.

Ziva pun menundukkan wajahnya. " Dia mengatakan, jika aku harus menolong Kak David. "

David pun menegakkan tubuhnya ke senderan kursi taman itu, seraya menyeka air mata agar mau berhenti keluar dari pelupuk matanya.

"Mungkin ini akan terasa berat untuk Kak David, itulah alasannya aku selalu menghindar dari Kak David, aku tidak mau mengatakan semua ini. " Ucap Ziva merasakan perih yang sama dengan David.

"Tidak apa-apa, mungkin Tuhan mentakdirkan kamu untuk menolongku. " Timpal David.

Ziva terdiam, kala sesuatu yang merupakan energi yang di berikan makhluk halus itu di terima oleh Ziva.

"Zi, kenapa Zi ? " Tanya David kala melihat Ziva terdiam dan menangis tanpa suara.

Beberapa detik Ziva keluar dari alam itu, Nafas Ziva tersengal-sengal. Ziva berbalik badan dan memeluk David.

"Kak, bisa keluar kan dari rumah itu. Kak David harus keluar Kak. " Pernyataan Ziva membuat David khawatir.

"Tenang Zi, tenang. " Pinta David membalas pelukan Ziva.

"Aku tidak kuat Kak melihat keadaan orang-orang terdekat Kakak yang sudah menjadi korban, Kakak harus keluar. Dengan begitu aku bisa membantu Kakak. Jika Kak David berada di rumah itu sangat susah untuk ku membantu Kak David. Kekuatan di rumah itu besar Kak, ada pagar gaib yang di buat oleh makhluk itu. " Penjelasan Ziva begitu kalut bagi David, tapi David mencoba tenang dan mencoba menenangkan Ziva yang baru saja melihat sesuatu yang mengerikan.

"Ya Tuhan, kasihan mereka. Mereka di Tawan dan di paksa bekerja paksa di sana. Hiks ... Hiks ... " Batin Ziva.

"Sudah ku duga Zi, Papah melakukan jalan pintas untuk menjadi kaya seperti sekarang. Aku tidak akan takut Zi, aku akan melawan apapun itu. Aku tidak mau Papah menjadi korban. " Jelas David.

Ziva menjauh dari tubuh David. " Tidak bisa Kak, Ayah Kak David sudah terikat. "

Pernyataan Ziva begitu menyakitkan hati David. "Sekarang aku hanya mau membantu Kak David saja, bisikan Ibu Kak David terus saja terdengar di telingaku. "

"Tapi itu akan membahayakan kamu Zi. " David memegang erat tangan Ziva.

"Kak David tolong jangan tinggalkan kewajiban Kak David pada yang maha kuasa, perbanyak sholat malam Kak. Insyaallah kekuatan Alloh itu lebih besar di banding mereka. " Pinta Ziva.

David menganggukkan kepalanya, "Baik lah. "

Ziva tersenyum meyakinkan David, bahwa semua akan baik-baik saja asalkan kita yakin jika Alloh akan menolong kita dan kita tidak boleh menjauh darinya.

"Apakah Kak David mempunyai sanak keluarga selain Ayah Kak David ? " Tanya Ziva.

"Ada, Nenek dari Ibu. "Jawab David.

"Kak David bisa tidak keluar dari rumah itu, dan tinggal bersama Nenek Kak David ? "

David menggelengkan kepalanya, " Sudah ku coba Zi, tapi Papah tetap melarang keras. "

Ziva terdiam, " Itu karna Kak David adalah salah satu yang akan menjadi korban. " batinnya.

David menghela nafas, " Sudahlah kita lupakan masalah itu. Oh ya ... Minggu depan ikutkan kemping ? "

Ziva menganggukkan kepalanya perlahan.

"Semoga kita satu team ya ? " Sahut David.

"Jangan dekati aku di depan murid sekolah Kak, aku tidak mau ada masalah nantinya. Masalah ku sudah cukup rumit sama para demit. Aku gak mau ada masalah dengan para fans Kak David. Lebih ribet dari para demit. " Gerutunya.

David tersenyum Simpul kala mendengar pernyataan Ziva. Ziva memang satu angkatan dengan David, namun umur Ziva di bawah David.

"Jangan larang aku untuk menemui mu, jika ada yang berani berbuat macam-macam aku yang akan melawannya. " Jelas David.

Ziva menjulurkan lidahnya sedikit,

"Eh, serius. " Timpal David.

"Gak ah pokonya Kak David jangan mendekati ku saat berada di lingkungan sekolah. " Pinta Ziva.

"Iya ... Iya ... Bawel. " Ujar David mencubit dagu Ziva.

Ziva mampu memberi warna baru di kehidupan David.

Moment itupun terlewati. Kala keduanya memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing.

Saat jualan pulang, Ziva terdiam kala ia merasa ada sesuatu yang mengikutinya. " Terimakasih Nak. " Bisikan itu sudah berubah dari minta tolong menjadi ucapan terimakasih.

Ziva pun hanya tersenyum kecil. Sampai tatapannya terhenti Kala melihat ada seorang pedagang yang terdiam meratapi dagangannya yang belum laku satu pun.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!