Hidup dalam keluarga yang tidak bahagia. Ayahnya, ibunya, serta kakak laki-lakinya lebih perhatian dan melimpahkan kasih sayang pada putri tiri mereka, Rachel Carnida.
Ruby merasa tidak dicintai dan tidak dihargai oleh keluarganya sendiri. Dia berusaha untuk membuktikan dirinya dan mendapatkan perhatian keluarga, tetapi setiap upaya yang ia lakukan selalu gagal.
Ruby tidak pernah menyerah. Sampai suatu hari, Ruby dibawa paksa oleh Cakra ke sebuah club dan diserahkan pada teman-temannya sebagai bentuk kakalahan Cakra dari taruhan. Ruby terkejut, perbuatan Cakra semakin menambah deretan luka yang selama ini sudah ia dapatkan.
Ruby pun akhirnya menyerah. Ia tidak lagi berusaha untuk mendapatkan cinta dari keluarganya. Tujuannya kini hanya satu; membalas dendam terhadap mereka yang selama ini telah menyakiti hatinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RYB 4. Rencana Perjodohan.
Hanya dengan pakaian yang melekat di tubuhnya, tanpa membawa apapun. Ruby pergi dengan membawa duri yang menancap di hatinya.
Malam itu, sepanjang jalan ia menggigil. Ruby tak memiliki tujuan, ia tidak memiliki keluarga selain orang tua dan dua saudaranya.
Tapi tekad Ruby sudah bulat. Meski kini dia sendiri, ia tetap meninggalkan keluarga tiran itu. Hatinya sudah sakit, dan tak ingin lagi hidupnya terus menerus disetir sesuka hati.
Dapat bebas dari cengkraman Emer saja Ruby sudah begitu bersyukur. Dan ia tidak akan membiarkan dirinya kembali mendapatkan perbuatan yang akan menginjak-injak harga dirinya. Terutama perjodohan yang daddynya rencanakan.
"Dingin..." gumamnya bergetar. Ruby mengusap wajahnya, ia bisa merasakan hembusan napasnya yang mulai panas. Ruby mulai demam. "Aku harus ke mana?" lirihnya putus asa tak memiliki tujuan.
Malam kian larut, di salah satu halte bus yang sunyi itu Ruby duduk dengan menekuk kaki yang ia peluk dengan erat. Ia menangis tanpa suara. Ingin rasanya berteriak, mempertanyakan kenapa takdir hidupnya seperti ini?
Orang tuanya tak perduli dan tak mencintainya. Dua saudaranya Cakra-Rachel juga jahat padanya. Semua perlakuan tidak adil itu Ruby dapatkan karena dirinya dinilai sebagai gadis penyakitan—imun tubuh Ruby lemah. Ia selalu saja jatuh sakit, dan keluarga Sanders menganggap Ruby adalah beban keluarga-Ruby tak memiliki guna.
Ruby menyembunyikan wajah basahnya di antara kedua kakinya, ia menangis sampai bahunya bergetar. Gadis itu meluapkan segala kesakitan hati maupun raganya saat ini melalui air mata.
Tanpa menyadari, sepasang netra tajam sudah mengawasinya dari tadi.
Emer, pria itu menghentikan mobilnya saat melewati jalanan dan melihat seseorang menangis sendirian di halte bus. Netranya menajam ketika mengenali gadis itu adalah Ruby.
Emer tak berniat menghampiri gadis yang merupakan adik Cakra itu. Ia hanya diam di dalam mobil dengan terus memperhatikan Ruby yang masih menangis.
Merasa tidak ada perubahan, Emer menyalakan mobilnya dan berlalu pergi dari sana. Ia melesatkan mobil sport itu begitu kencang dan menekan dalam gas, hingga menimbulkan suara raungan yang keras tepat di depan halte.
Emer tertawa puas saat bisa melihat wajah Ruby yang terperanjat dari kaca spion mobilnya, dan setelahnya Emer pun berlalu begitu saja.
Tangis Ruby seketika terhenti, karena suara raungan mesin. Ia menatap tajam mobil sport yang sepertinya memang sengaja mengagetkannya. Ruby tidak tahu itu mobil siapa.
*
*
*
Ruby mulai merasakan perubahan pada tubuhnya, ia semakin kedinginan di terpa angin malam. Keadaan itu akhirnya memaksa Ruby membawa langkah lemahnya menuju ke sebuah tempat.
Kost sahabatnya-Airis.
Datang dengan keadaan yang begitu kacau. Airis, gadis yang merupakan sahabat sekaligus teman kampusnya Ruby itu begitu terkejut. Dengan cepat, Airis memapah Ruby ke tempat tidurnya.
"Apa yang terjadi padamu Ruby? Kenapa kau bisa seperti ini?" Wajah Ruby pucat, tubuhnya menggigil dan demam. Airis bisa merasakan tubuh Ruby yang panas setelah ia menyentuh kening Ruby. "Siapa yang telah melakukannya? Rachel? Kakakmu-Cakra? Atau mommymu?!"
Ruby tak bisa menjawab pertanyaan Airis. Ia merasa semakin lemah dan tidak kuat. Matanya mulai menutup secara perlahan.
"Dasar keluarga biadab! Bisa-bisanya mereka terus memperlakukanmu seperti ini." Airis geram. Ia bergegas meraih ponsel saat melihat Ruby sudah tidak sadarkan diri, ia menghubungi kekasihnya—meminta bantuan pria itu yang memang memiliki mobil untuk segera membawa Ruby ke rumah sakit.
Tepat tengah malam, Ruby dilarikan ke rumah sakit oleh Airis dan Afzal. Gadis itu segera mendapatkan perawatan medis dengan Airis yang setia terus berada di sisi Ruby-sahabatnya.
Airis tidak mungkin meninggalkan Ruby seorang diri. Ia sangat tahu Ruby tidak memiliki siapa-siapa yang benar-benar perduli pada sahabatnya itu.
Airis juga tahu bagaimana sikap keluarga Sanders pada Ruby. Bagi Airis, keluarga Sanders adalah keluarga beracun—keluarga yang menjadi sumber racun dan kejahatan yang terus menghancurkan hidup Ruby selama ini.
*
*
*
Di kediaman keluarga Rykhad.
Putra ketiga di keluarga itu baru saja tiba. Emer baru saja masuk ke dalam rumah dan kedatangannya ternyata sudah di tunggu oleh sang ayah.
"Dari mana saja kamu?" tanya Reagan. Ia melirik jam dinding—putranya baru pulang tengah malam seperti ini.
"Aku hanya pergi bersama teman-temanku, Dad," jawab Emer dengan nada santai. Ia memperlihatkan kesan lelah di wajahnya, agar ayahnya tidak bertanya lebih jauh.
Reagan memandang putranya dengan tatapan yang tajam, seolah-olah ingin memastikan bahwa Emer sedang tidak menyembunyikan sesuatu. "Apa yang kalian lakukan sampai larut malam seperti ini?" tanya Reagan lagi, suaranya sarat akan rasa penasaran.
Emerald Orlando Rykhad, anak ketiga Reagan dan Amanda itu memang memiliki sifat yang sedikit degil dan arogan. Terlahir dari keluarga kaya raya, membuat Emer merasa bahwa ia bisa melakukan apa saja yang ia inginkan, tanpa memikirkan konsekuensi yang mungkin saja terjadi, dan ia memiliki sikap percaya diri yang berlebihan.
Namun, di balik sifat degilnya itu, Emer masih memiliki rasa takut yang dalam terhadap ayahnya, Reagan. Ia tahu bahwa Reagan adalah orang yang sangat berkuasa dan memiliki kontrol ketat atas keluarga dan bisnis mereka, sehingga Emer berusaha untuk tidak melanggar aturan ataupun melakukan sesuatu yang tidak diinginkan oleh Reagan.
"Kami hanya pergi makan dan bermain game. Tidak ada yang spesial, Dad." Lebih tepatnya Emer gagal melakukan hal yang spesial dan yang paling ia tunggu-tunggu, karena Cakra sialan itu malah memberikan padanya gadis penyakitan.
Reagan menghela napas mendengar jawaban Emer. "Kau harus lebih bisa bertanggung jawab dengan waktu, Emer. Kau tidak bisa pulang larut malam seperti ini. Perhatikan kuliahmu," kata Reagan dengan nada yang tegas.
Emer mengangguk.
"Sekarang ikut Daddy. Ada yang ingin Daddy bicarakan denganmu." Tanpa menunggu persetujuan Emer, Reagan sudah lebih dulu masuk ke dalam ruang kerjanya.
Emer mengikuti. Ia duduk di sofa dan siap mendengarkan apa yang ingin ayahnya katakan.
Reagan mengungkapkan tentang perjodohan yang akan dilakukan dengan keluarga Sanders.
"Kenapa aku, Dad? Kenapa tidak Kak Rexi saja yang Daddy jodohkan?" Emer menyeret nama kakak pertamanya-Rexi Kayson Rykhad.
"Berkenalan saja dulu dengan putri mereka," tambah Reagan saat melihat raut keterkejutan dan tak suka Emer.
Emer mendesah saat mendengar ayahnya berkata seperti itu. Sia-sia saja menolak, jika Reagan sudah memilih dirinya.
Emer keluar dari ruang kerja ayahnya setelah mengetahui tentang dirinya yang akan dijodohkan. Sikapnya terbilang santai, meski sempat melontarkan penolakan. Seperti ucapan Reagan, ia akan mencoba berkenalan.
Saat ingin masuk ke dalam kamarnya, Emer tidak sengaja berpapasan dengan Rexi. Ia kembali membahas tentang perjodohan yang Reagan lakukan.
"Kenapa Daddy tidak memilih Kakak. Kakak putra pertama keluarga ini. Apa jangan-jangan Kakak menolaknya?" Emer memicing pada pria tampan yang lengannya penuh dengan seni tato itu. "Kak Riella juga. Usia kalian sudah matang, atau Eira saja. Mereka (keluarga Sanders) mungkin saja memiliki putra?" Bahkan kakak dan adik perempuannya pun Emer sebut, kecuali adik bungsunya-Rain yang memang baru berusia sepuluh tahun.
Reagan memiliki dua anak di atas Emer, Rexi dan Riella. Usia mereka 27 dan 26 tahun, usia yang sudah sangat pas untuk menikah. Sedangkan Eira, ia berada satu tahun di bawah Emer.
Tapi Reagan malah memilih Emer yang masih berusia 24 tahun untuk dijodohkan dengan putri keluarga Sanders. Entah karena apa.
"Karena di antara kami, hanya kau yang terlihat tidak sabaran ingin kawin." Rexi tersenyum miring saat netra Emer melotot. Ia berlalu pergi meninggalkan adiknya itu.
"Tidak mungkin!" Emer seketika risau. "Apa Kak Rexi mengetahui perbuatanku di club?" Mungkinkah kakaknya itu tahu keinginannya saat hendak meniduri Ruby.
Sekarang pokoknya bahagia dulu aku, Emer dan Ruby jadi nikah juga. Pernikahannya sudah di umumkan 💃🕺💃🕺💃