NovelToon NovelToon
The Line Of Destiny

The Line Of Destiny

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual / Hamil di luar nikah / Konflik etika / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Rijal Nisa

Menunggu selama empat tahun lebih tanpa kepastian, Anya bahkan menolak setiap pinangan yang datang hanya untuk menjaga hati seseorang yang belum tentu ditakdirkan untuknya. Ia tetap setia menunggu, hingga sebuah peristiwa membuat hidupnya dan seluruh impiannya hancur.

Sang lelaki yang ditunggu pun tak bisa memenuhi janji untuk melamarnya dikarenakan tak mendapat restu dari keluarga. Di tengah hidup yang semakin kacau dan gosip panas yang terus mengalir dari mulut para tetangga, Anya tetap masih berusaha bertahan hingga ia bisa tahu akan seperti apa akhir dari kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rijal Nisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bukan Lagi Putri Kesayangan

Arya pulang dengan terburu-buru, ia memarkirkan motornya tepat di depan pintu rumah.

Ibu dan adik perempuannya sudah menunggu kepulangannya dari kemarin, dan dia baru pulang sekarang dengan keadaan fisik yang sangat kacau dan wajah penuh lebam. Itu semua membuat adik dan ibunya sangat khawatir akan keadaannya.

"Arya! Ke mana aja kamu, Nak? Kenapa baru pulang sekarang?"

"Wajah kamu kenapa, Kak?" tanya adiknya.

"Kamu berantem lagi ya?" tambah ibunya.

Ditodong dengan berbagai macam pertanyaan menjadikan Arya sangat risih dan frustasi, ia tidak peduli dan pergi masuk ke dalam kamarnya begitu saja.

"Kamu kenapa diam aja? Jawab dong!" ucap adiknya dengan nada tinggi.

"Bisa diem enggak sih?" ucap Arya dengan lantang.

Ibunya terdiam, beliau hanya memperhatikan apa yang akan dilakukan sang anak. Arya mengambil tas dan membuka lemari pakaian, ia kemudian mengambil beberapa potong baju di sana.

"Nak, kamu mau ke mana?" tanya ibunya lagi.

"Arya mau pergi sebentar, Bu. Kalian baik-baik di rumah ya!" Arya berniat pergi karena tidak ingin menikahi Sasha.

"Kak, kamu pasti buat masalah lagi." Novi mencegah kakaknya untuk pergi.

"Kamu jangan banyak tanya, tetap di sini! Aku cuma pergi sebentar, kalau ada yang cari jawab aja kalian enggak tahu aku di mana!" pesan Arya, dia berjalan cepat menuju motornya. Tampak sangat buru-buru, cowok itu bahkan tidak berpamitan sama ibunya.

Arya, lelaki itu bukanlah tipe orang yang bertanggung jawab. Selama ayahnya pergi dengan perempuan lain, meninggalkannya bersama adik dan ibunya, Arya bertambah menjadi sosok yang cuek, tidak peduli dengan keadaan sekitar. Dia suka bertindak sesuka hati, tidak berusaha mencari pekerjaan lain, dan hanya duduk goyang kaki di rumah.

Terkadang kalau lagi bosan, dia pergi ke tempat gym dan membukanya sampai larut malam. Itu pun sangat jarang, biasanya dia akan pergi jalan-jalan sama pacar atau teman sebayanya.

Kebiasaan yang dia lakukan sangat merugikan ibunya, karena uang yang dia gunakan, itu semua hasil dari kerja keras ibunya sebagai buruh tani di ladang juragan Baha.

Sedangkan adiknya mencari pekerjaan paruh waktu sebagai tukang gosok di rumah juragan kontrakan.

Mereka berusaha sebisa mungkin untuk mencari uang, demi mencukupi kebutuhan hidupnya. Sedangkan Arya, cowok itu malah dengan mudahnya menghabiskan hasil kerja keras adik dan ibunya untuk foya-foya.

"Nov, kakakmu pasti punya masalah," kata bu Eni seraya menutup pintu rumahnya.

Novi mengikuti langkah sang ibu, dia berjalan sambil membuka notif terbaru di ponselnya.

Ada beberapa video yang masuk, itu semua dikirim oleh teman-temannya.

"Ini kan video kakak sama pacarnya itu!" ucap Novi setengah berseru. "Bu! Lihat ini, Bu!"

"Ada apa?" tanya bu Eni yang tergopoh-gopoh mendatangi Novi. Baru saja hendak memasukkan bajunya ke dalam mesin cuci, tapi pekerjaan itu ditundanya dulu.

"Ada yang melakukan siaran langsung?" tubuh ibunya merosot dan terduduk di atas lantai.

Tidak bisa dibayangkan malu yang akan ditanggung olehnya seorang diri, bu Eni merasa telah gagal mendidik sang anak.

"Ibu!" Novi buru-buru meletakkan ponselnya dan beralih memeluk ibunya.

"Pasti semua orang sudah tahu, Nov. Kali ini kesalahan yang kakak kamu buat sangat fatal, dia sudah memalukan ibu, ibu sudah tak bisa memaafkannya," ucap bu Eni sedih.

"Pantesan aja dia pergi dari rumah, Bu. Aku yakin dia enggak bakal kembali lagi." Novi menghapus air matanya yang mulai jatuh setetes demi setetes.

****

Di kediaman pak Faisal, drama keluarga kembali terjadi. Beliau juga mendapatkan video itu dari para pekerjanya di kebun, beliau pulang dalam keadaan dibalut emosi mendalam

PLAK!

Sasha tidak pernah ditampar, disentuh pun untuk sekadar cubitan juga tidak pernah. Anak yang selalu dimanja itu diperlakukan bagai seorang putri di rumahnya, tapi kini? Dia bukan lagi kesayangan, perbuatannya telah menambah buruk nama keluarganya di mata warga kampung.

"Ayah!" seru bu Aila ketika melihat suaminya menampar sang anak.

"Ayah? Salah aku apa?"

"Salah kamu apa? Nah! Lihat ini!" Pak Faisal memperlihatkan video tersebut, Sasha tak bisa berkata-kata lagi.

Gadis itu cuma bisa memegang sebelah pipinya yang terasa perih.

"Kenapa kamu datangi lelaki brengsek itu dan koar-koar di tempat umum? Kamu udah enggak punya rasa malu lagi apa? Dan lihat sekarang! Lihat apa yang terjadi karena perbuatan kamu!"

"Sasha! Kamu ini bisa diem aja enggak sih di rumah? Ayah juga sedang nyari Arya, seharusnya kamu jangan buat keadaan semakin kacau!" kata ibunya yang kemudian ikut marah.

"Apa? Ayah nyari Arya? Ayah sama ibu enggak peduli sama aku, kalian sibuk kerja! Kenapa harus nunggu kalian cari Arya? sampai kapan aku harus nunggu? Sampai perut ini semakin besar hingga semua warga tahu yang kalau aku ini hamil di luar nikah, gitu!?" sentak Sasha semakin emosi.

Pak Faisal yang memang sedang emosi, bertambah emosi saat melihat reaksi Sasha yang malah menyalahkan mereka.

Plak!

Tamparan yang kedua terasa lebih sakit, Sasha melotot marah. Dia tidak pernah merasa sesakit ini sebelumnya, hatinya dibuat hancur saat menyadari bahwa sebenarnya dia tidak pernah disayang.

"Tampar! Tampar aja terus! Bunuh aku sekalian biar kalian puas!" teriak Sasha tepat di depan wajah ayahnya.

"Dasar anak kurang ajar!" kecam ayahnya, tangan pak Faisal terangkat lagi hendak memukul Sasha, namun segera ditahan oleh bu Aila.

"Ayah, sudah, Yah. Jangan kebawa emosi, nanti keadaan semakin kacau!" ucap istrinya.

"Biar saja, Bu! Biar ayah melakukan apa yang ingin dilakukannya. Lagian, kalian selama ini juga tidak pernah perhatian sama aku!" ucap Sasha dengan suara tinggi.

"Benar-benar anak enggak tahu diuntung kamu ya! Berani-beraninya meninggikan suara di depan orangtua kamu sendiri!"

Tanpa dapat dicegah, pak Faisal yang sudah gelap mata pun tidak tahan untuk tidak melayangkan pukulan ke tubuh anaknya.

Buk!

Sasha terjatuh, beberapa kali kaki sang ayah menendang tubuhnya. Ia tak bisa melawan, ibunya tidak bisa mencegah, kekuatan ayahnya lebih besar dari ibunya.

"Ayah! Berhenti, Yah! Cukup! Ayah bisa buat Sasha mati kalau begini," ucap istrinya panik.

Di saat-saat mencekam itu, Anya tiba dengan beberapa barang belanjaan di tangan kanan dan kirinya.

Ia yang melihat adiknya dipukul oleh sang ayah, dengan asal menjatuhkan semua belanjaannya.

"Ayah! Cukup!" Anya menarik kasar tubuh pak Faisal, membuat beliau terhuyung hingga tidak bisa memukul Sasha lagi.

"Ka-kamu ngapain belain dia? Kamu tahu apa yang sudah adik kamu itu perbuat, hah!?"

Lelaki itu memegangi dadanya yang terasa sesak, napasnya memburu. Keringat membasahi kening dan telapak tangannya, Sasha tidak lagi ada dalam ingatannya sebagai putri kesayangan. Malu yang Sasha goreskan sudah cukup besar untuk menghilangkan rasa kasih sayangnya selama ini, ada rasa menyesal yang menelusup dalam hatinya. Terlalu memanjakan Sasha hingga dia berbuat sesuka hati, ini semua salah mereka sendiri, pikir pak Faisal.

Dengan rasa kecewa ia pergi menjauh dari istri dan kedua anaknya.

"Sasha, ayo bangun!" Anya membantu adiknya untuk berdiri.

Sasha masih tak berdaya untuk berdiri, ia terduduk lemah.

Perlahan diangkatnya kepala dan menatap Anya dengan tatapan mata berkaca-kaca. "Jangan sok baik, kamu senang kan?"

"Sasha! Kamu enggak seharusnya ngomong seperti itu sama kakak kamu sendiri!" sentak ibunya.

"Heh!" Ia tersenyum sinis. "Lihat kan? Kamu lihat sendiri sekarang, yang mereka sayang itu kamu! Kamu bukan aku!" teriak Sasha.

"Sasha!" sentak bu Aila, beliau juga sudah geram dengan sikap Sasha akhir-akhir ini.

Bukannya berubah, anak itu tambah menjadi-jadi.

"Sasha, aku tidak tahu kenapa kamu jadi semakin sulit dinasihati seperti ini. Kalau ada sesuatu yang memang menurut kamu itu salah, kamu bisa cerita sama aku. Ibu sama ayah, mereka berdua sayang banget sama kamu. Mereka lebih sayang sama kamu ketimbang aku, wajar kalau mereka marah sekarang. Itu semua karena mereka kecewa, mereka kecewa karena anak kesayangannya telah memberi mereka malu yang begitu parah," tutur Anya menerangkan. Ia berbicara lembut supaya tidak memancing emosinya Sasha, dan keadaan tidak akan bertambah kacau.

Sasha beralih menatap ibunya, tatapan itu cukup lama, apa yang sebenarnya dia pikirkan.

”Tidak! Mereka tidak pernah menyayangi kamu Sasha, yang mereka sayang adalah Anya. Sekarang sudah terlihat semuanya kan? Begitu kamu melakukan kesalahan, kamu menjadi tak berarti lagi, kamu yang dulunya begitu disayang seperti permata, kini hanya tumpukan sampah di mata mereka.”

Hati Sasha berbisik, dia kembali menatap Anya. "Ibu sama ayah tidak pernah sayang sama aku," ucapnya. Ia kemudian berusaha bangun, menolak bantuan Anya, dan dia juga melepaskan dengan kasar tangan Anya yang memegang lengannya ketika membantunya bangkit untuk berdiri.

"Aku bisa sendiri! Enggak usah peduliin aku, urus hidupmu sendiri!" ucapnya untuk yang terakhir kali.

"Anak itu sangat keras kepala, Anya." Bu Aila mendekati putrinya.

"Jangan salahkan dia juga, Bu. Ini terjadi karena kasih ibu dan ayah yang berlebihan."

Anya juga ikut meninggalkan ibunya di sana, dia bahkan tidak mengambil lagi belanjaan yang tadi dibawanya pulang. Gadis itu pergi masuk ke dalam kamar, dia juga sedih melihat keadaan Sasha saat ini.

1
P 417 0
/Sleep//Sleep/haih ini juga teguran langsung mungkin
🥑⃟Riana~: teguran untuk siapa?/Shame/
total 1 replies
P 417 0
oh ternyata si ibu to/Slight/
P 417 0
siapA lgi ini yg ikut nimbrung🤔
P 417 0
/Sneer//Sneer/tokoh utama jago silat ternyata
P 417 0
makin rumit emng klo bca drama/Silent//Shy/
P 417 0
/Sleep/klo dah bgitu knpa harus saling nyalahin
P 417 0
udah bgus/Hey/
TrixJeki
wehh keren Anya gadis tegas dan berani, aye suka aye suka. semangat Author Rican💪💐
🥑⃟Riana~: Hehe, terima kasih kk.. udh mampir/Kiss//Sneer/
total 1 replies
P 417 0
mbak syifa dong/Sleep/
P 417 0: mkanya jgn buru2/Proud/
🥑⃟Riana~: salah ya/Shame//Facepalm//Facepalm//Joyful/ makasih otw revisi 🚴🚴🚴
total 2 replies
P 417 0
hanna🤔🤔anya kali
🥑⃟Riana~: repot/Shame/
P 417 0: /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/kn jd ada kerjaan kmu/Silent/
total 3 replies
P 417 0
windi ini mnurt aku sahabat terbaik buat anya/Hey/
P 417 0
keinginan orang tua itu emng mlihat anakny bhgia dan itu udah pasti.namun terkadang mreka tidak pduli dengan perasaan anknya dan lbih kpda memaksakn kehendak .emng sih nggk semua orang tua bgitu /Sleep/
P 417 0
emng demit bisa jatuh juga kah🤔
🥑⃟Riana~: bisa, kalau punya kaki/Sweat/
total 1 replies
P 417 0
membiarkan/Silent/
P 417 0
insyaallah bukan in sha allah/Hey/
P 417 0
hmmm.dri sini keknya bncana mulai terjadi😌
P 417 0
ini ayah kndung bukn sih🤔
P 417 0: lah /Proud/aku jga mna tau
🥑⃟Riana~: masa ayah tiri/Shame/
total 2 replies
P 417 0
"nggk mau punya mntu"...lbh enk deh kyaknya/Silent/
P 417 0
terkadang temen emng lbih mengerti apa yg kita rasa dripada kluarga sendri/Sleep/
🥑⃟Riana~: Betul, tumben bener/Shame/
total 1 replies
P 417 0
di bab ini nggk ada koreksi.ada pesan di dlmnya😊mnrt aku sih ini bgus krna di zmn sekarng ank2 muda lbh mngikuti egonya .nggk pnh berpikir apa yg terjdi kmudian.dan bila sdah trjdi yg ada cmn pnyesalan. dri itu peran orang tua izu sangat pnting
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!