NovelToon NovelToon
Painkiller

Painkiller

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Paksa / Angst / Penyesalan Suami
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: pink berry

Kata orang pernikahan adalah salah satu hal yang paling membahagiakan. Tapi ternyata mereka salah. Menikah dengannya dan hidup bersama dengannya adalah awal dari sumber sakit yang kurasakan. Awal dari luka yang tak pernah sembuh dan sakit yang selalu tak berujung. Bahagia? Apa itu? Rasanya itu seperti mimpi disiang bolong. Jika itu mimpi, maka mimpi itu ketinggian. Tapi.. Bolehkan aku menggapai mimpi itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pink berry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

(1) Kehampaan yang Membeku

Kepergian Kaluna beberapa bulan yang lalu, membawa kegelapan bagi seorang Orion Ivander Damian. Dunia yang sebelumnya lebih cerah dan berwarna, sekarang menjadi dunia yang gelap dari sebelumnya. Orion kembali ke rutinitas nya. Sifat dingin, tegas, dan tanpa kompromi nya kembali.

Orion yang beberapa bulan yang lalu mulai melunak, sekarang kembali ke setelan semula nya. Setiap keputusan yang ia ambil harus sesuai dengan apa yang ia perintahkan. Tanpa bantahan. Tanpa sanggahan. Orion benci jika ada yang tidak sesuai dengan keinginan nya.

Sifat lunak nya beberapa bulan yang lalu telah hilang. Hilang bersama dengan wanita yang ia cintai. Kali kedua Orion harus kehilangan orang yang paling berharga di hidup nya. Kehilangan Kaluna ternyata lebih sakit dari waktu ia kehilangan Ayesha dulu.

Bahkan kehilangan Kaluna ikut membawa sebagian jiwa Orion. Terkadang Orion berfikir, kenapa takdir sekejam itu pada dirinya? Apa dirinya tidak pantas untuk bahagia? Tapi pikiran itu dia buang jauh-jauh, seperti nya Orion pantas mendapatkan nya karena telah menyakiti Kaluna terlalu banyak. Anggaplah ini sebagai hukuman untuk dirinya.

Bahkan ketika tidak ada pekerjaan lagi, Orion lebih sering menghabiskan waktu nya dengan termenung di ruang kerja nya. Tatapan dingin dan datar nya akan berubah ketika melihat foto Kaluna yang tergantung di dinding ruang kerja nya. Tatapan itu akan berubah menjadi sendu.

Dulu ketika melihat wajah Kaluna dirinya akan terasa muak, sekarang menatap foto Kaluna sudah menjadi rutinitas wajib yang harus ia lakukan setiap saat. Menatap foto Kaluna mungkin bisa mengobati rasa rindu nya. Tapi semakin lama ditatap, kerinduan itu semakin menggerogoti hati nya.

Ketika menatap foto mendiang istrinya, Orion akan diam membisu. Terkadang isakan kecil keluar dari mulutnya. Sesakit itu kah ditinggal Kaluna pergi untuk selamanya? Kenapa harus secepat ini? Ia bahkan sama sekali belum memulai. Kenapa Kaluna nya tidak bisa menunggu lebih lama lagi? Apa Kaluna sudah mulai bosan dengan dirinya?

Foto itu, Orion ingat sekarang. Foto itu ia ambil ketika beberapa hari setelah pernikahan mereka. Kaluna yang duduk termenung di taman belakang rumah mereka. Sama sekali tidak ada yang mengajak nya bicara, bahkan pekerja sekali pun. Orion bahkan menyuruh semua pekerja untuk mengabaikan Kaluna.

Tatapan Kaluna begitu kosong. Sama sekali tidak ada raut kebahagiaan di wajah nya. Ia hanya duduk termenung mencari kegiatan di sela waktu luangnya. Kaluna bahkan terlalu takut untuk meminta izin kepada Orion untuk pergi keluar.

Pernah sekali Kaluna nekat pergi keluar. Orion memarahi nya habis-habisan. Menarik paksa tangan nya agar cepat pulang ke rumah. Orion bahkan tidak peduli dengan tatapan orang di sekitar nya. Ingatan itu... Masih membekas sampai sekarang.

Sore itu Kaluna berjalan pelan di pinggir trotoar. Rasa bosan memaksa diri nya untuk keluar dari rumah yang menurut nya seperti penjara. Ia akan ke taman, itu tujuan diri nya keluar. Namun, sebelum keinginan itu terlaksana, cekalan kuat ia rasakan di pergelangan tangan nya.

Orion. Pria itu menatap nya dengan sorot kemarahan. Cekalan tangan nya semakin kuat sampai kukunya terasa menusuk kulit Kaluna. Kaluna hanya meringis pelan. Ia terlalu takut untuk mengaduh melihat bagaimana rahang tegas itu mengeras.

"Siapa yang suruh kamu untuk keluar rumah, Kaluna?" nada itu terdengar pelan namun tegas. Kaluna yang mendengar nya menelan ludah nya dengan susah payah.

"Orion... Sakit..." Kaluna melihat pergelangan tangan nya yang terlihat memerah. Melihat itu, Orion semakin memperkuat cengkraman nya. "Kamu pikir saya peduli?", ia mendekatkan wajahnya pada wajah Kaluna. "Lupa status kamu sekarang hm?", Kaluna yang mendengar nya hanya menggeleng. Ia terlalu takut untuk menjawab.

Melihat itu, Orion menarik Kaluna dengan kasar ke mobil mewah nya yang terparkir di samping trotoar. Langkah Kaluna terseret. Ia terlalu kesulitan untuk mengikuti langkah besar Orion. Orion tidak memperdulikan tatapan orang sekitar yang melihat nya. Pikirannya sekarang ia harus pulang ke rumah segera.

Sesampainya di rumah, Orion membawa Kaluna ke kamar mereka. Kaki nya beberapa kali menabrak anak tangga. Orion tidak memperdulikan keadaan Kaluna sekarang. Ia terlalu malas untuk melihat Kaluna.

BRAKKK!!!

Suara pintu yang di buka dengan kasar oleh Orion membuat Kaluna sontak terkejut. Ia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Orion tidak pernah main-main dengan perkataan atau tindakan nya. Dirinya hanya bisa berharap, semoga kali ini tidak ada luka lagi.

Karena luka sebelumnya di punggung nya masih belum kering. Tapi... Itu hanya harapan semata. Karena yang akan terjadi selanjutnya-

BRRUKKK!!! BUGH!

Tubuh Kaluna terhempas ke lantai. Belum sempat ia mencari pegangan, tangan kekar itu sudah duluan menarik rambut nya dan memasukkan kepala nya ke bathup. Air dingin itu mulai menyatu dengan kulit Kaluna. Rasa sakit di kepala dan dingin nya air seolah mendukung penderitaan Kaluna selanjutnya.

Orion tidak memperdulikan rontaan Kaluna. Bagaimana wajah gadis itu yang hampir kehabisan nafas. Dengan sekali gerakan ia memasukkan kembali kepala itu kedalam bathtub yang sudah penuh dengan air. Suara batuk Kaluna mulai terdengar. Wajah gadis itu yang memerah terlihat kontras dengan warna kulit nya yang pucat.

Bagi Kaluna ini adalah penyiksaan tanpa akhir. Nyawa yang sudah di ujung tanduk di paksa untuk kembali lagi ke tempat nya.

"Kamu istri saya, Kaluna! Seharusnya kamu patuh dengan perkataan saya! Bukan membangkang seperti ini!" Teriakan Orion menambah kesan takut tersendiri bagi Kaluna.

Namun, belum sempat Kaluna mencerna semuanya, tarikan itu datang lagi dan kepala nya harus terendam kembali. Tubuhnya mulai melemah. Pandangannya mulai memudar. Bibirnya terasa kelu sekarang.

"Orion... Ampun... Ini sakit sekali...", nada itu begitu pelan, nyaris seperti bisikan. Orion yang mendengarnya menyeringai kecil. Ia menarik tubuh Kaluna agar mendekat dengan dirinya. Tangan nya mulai mengusap lembut wajah Kaluna. Usapan itu begitu lembut. Senyuman Orion begitu menakutkan bagi Kaluna.

"Sakit? Bagian mana nya sayang?" Tanya Orion sambil membelai lembut rambut Kaluna. Kaluna yang mendapat perlakuan seperti itu bukannya senang tapi malah ketakutan. Ia terisak pelan.

"Ampun, Orion. Hiks! Sakit", ia mencoba menggambil oksigen sebanyak yang ia mampu. Namun ternyata begitu sulit. Oksigen itu seperti menjauh dari dirinya. Ruangan itu terasa pengap. Nafas Kaluna begitu sesak di buatnya.

Orion yang melihat nya hanya tertawa sinis. Baginya melihat wajah tersiksa Kaluna adalah kesenangan tersendiri bagi diri nya. Seperti ada kepuasan tersendiri bagi diri nya. Ketika melihat Kaluna yang tidak berdaya seperti ini.

Ia menatap mata Kaluna yang memancarkan kesedihan. Tatapan mata mereka beradu. Kaluna menatap sendu Orion. Ia terlalu lelah sekarang. Tubuh nya tidak bisa di ajak untuk kompromi.

Perlahan wajah Orion mendekat, untuk pertama kalinya Orion mencium bibir nya dengan lembut. Biasanya pria itu tidak pernah mencium bibir nya di sela kegiatan intim mereka. Tapi saat ini, Orion-

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!