Hidup Aina seperti diselimuti kabut yang tebal saat menemukan kenyataan kalau Fatar, lelaki yang dicintainya selama 7 tahun ini meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil. Namun Fatar tak sendiri, ada seorang wanita bersamanya. Wanita tanpa identitas namun menggunakan anting-anting yang sama persis dengan yang diberikan Fatar padanya. Aina tak terima Fatar pergi tanpa penjelasan.
Sampai akhirnya, Bian muncul sebagai lelaki yang misterius. Yang mengejar Aina dengan sejuta pesonanya. Aina yang rapuh mencoba menerima Bian. Sampai akhirnya ia tahu siapa Bian yang sebenarnya. Aina menyesal karena Bian adalah penyebab hidupnya berada dalam kabut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan Cemburu
"Apa yang kamu lakukan di sini, Aina?" tanya Arya saat turun dari mobil Honda BRV miliknya.
"Eh pak Arya."
"Aku kan sudah bilang panggil Arya saja." kata Arya membuat Aina tersenyum.
"Baiklah kakak."
"Nah gitu dong." Arya menjadi senang. "Mau pulang? Ayo aku antar."
"Rumahku jauh, kak. Lagi pula kita tak searah."
"Tak masalah sih."
"Kita minum kopi saja ya, kak. Kebetulan aku baru dapat bonus dari bos."
"Kebetulan aku mau ke cafe langganan aku. Kita ke sana saja?"
Aina mengangguk. Pikirannya sedang kalut. Emir tak tahu kapan pulang ke rumah. Sedangkan ibu Tita jarang ngobrol panjang dengan dengan Aina karena perempuan itu tidurnya setiap jam 8 malam.
Mereka pun pergi ke cafe langganan Arya. Polisi tampan itu menunjukan beberapa menu yang terkenal di cafe ini dan Aina pun mengikuti apa yang Arya mau.
"Kamu sudah mencari tahu kebenarannya?" tanya Arya.
Aina mengangguk. "Mereka memang sudah lama selingkuh. Bahkan hubungan mereka di dukung oleh kakaknya Fatar. Yang aku sesali, orang tuaku, kakakku bahkan sahabat baikku tahu tentang pernikahan Fatar dan Wilma namun mereka semua menyembunyikannya dariku."
"Itulah sebabnya kamu mengganti nomormu? Kamu pun pergi dari rumah?" tanya Arya.
"Ya. Semuanya sangat menyakiti hatiku."
Arya mengangguk. "Aku mengerti dengan apa yang kamu rasakan. Oh ya, Wilma itu adalah anak salah satu pengusaha asal Korea. Jadi Wilma dari keluarga berada. Memang yang sangat aneh, kenapa ketika meninggal, keluarganya tak ada satupun yang datang? Apakah dia bermasalah dengan keluarganya itu juga yang aku tahu."
Aina menarik napas panjang. "Aku dibuat mereka semua menjadi gila."
"Ai, kalau kamu butuh sesuatu, jangan segan-segan untuk meminta pertolongan padaku."
Aina hanya mengangguk. Arya memperhatikan cincin yang melingkar di jari Aina. "Kamu belum melepaskan cincin pertunangan mu?" tanya nya hati-hati. Takut jika menyinggung Aina.
Aina menatap cincin pernikahannya dengan Emir. "Ini adalah bentuk kegilaan ku akibat perbuatan mereka."
"Maksudnya?"
"Jangan ditanya karena aku sendiri tak bisa menjelaskannya padamu, kak."
Arya pun menutup mulutnya. Ia kemudian mengalihkan pembicaraan ke pekerjaan Aina.
*********
Pukul 7 lewat 10 menit, Arya mengantarkan Aina ke rumahnya. Sebenarnya Aina meminta Arya berhenti di sebuah tempat kost yang tak jauh dari rumahnya. Aina tak ingin ada yang tahu tempat tinggalnya.
"Kamu tinggal di sini?" tanya Arya.
"Iya."
"Ternyata tak begitu jauh dari tempat kerjamu, ya?"
"Iya. Terima kasih ya sudah mengantar aku."
Arya masuk kembali ke dalam mobilnya. Ia melambaikan tangan kepada Aina sebelum menjalankan mobilnya lagi.
Setelah mobil Arya menghilang dibalik tikungan, Aina pun berjalan menuju ke rumahnya. Ia terkejut melihat Emir yang sudah menunggunya di depan pagar.
"Kenapa tak memintanya mengantarkan ke sini?" tanya Emir.
"Aku tak mau kalau dia tahu tempat tinggal ku dan memberitahukan kepada orang tuaku. Lagi pula, kakak kan bilang nggak boleh ada yang tahu kalau kita suami istri."
"Hanya di kantor saja."
Aina melihat wajah Emir sedikit cemberut. "Aku tak akan berkhianat dengan Arya. Aku tetap bisa menjaga diriku sebagai wanita yang bersuami." kata Aina. Ia melangkah masuk. Entah mengapa Aina sedikit kesal melihat Emir yang sepertinya curiga padanya. Ia jadi ingat dengan Fatar yang sangat posesif padanya, namun ternyata dibalik semua itu ia menyimpan perempuan lain.
Emir mengikuti langkah Aina. Ia dapat melihat wajah Aina yang nampak cemberut.
Aina tak menemukan mertuanya di ruang tamu. Mungkin ibu mertuanya itu sudah tidur. Ia pun masuk ke kamar. Melepaskan sepatunya dan menggantinya dengan sandal. Ia juga mengambil handuk dan baju ganti lalu keluar kamar lagi untuk mandi.
"Aina....!" panggil Emir.
"Aku mau mandi." kata Aina sambil terus melangkah. Emir menahan langkahnya. Wajah cowok itu terlihat menahan sesuatu.
Selesai Aina mandi, Emir menyusulnya ke kamar.
"Ai, aku minta maaf kalau perkataanku tadi menyingung kamu." kata Emir. Wajahnya terlihat menyesal.
Aina menatap Emir. "Kak, dulu Fatar begitu posesif padaku. Dia akan cemburu saat melihat aku dekat dengan cowok manapun juga. Aku merasa disayang, disanjung, dicintai dengan amat sangat. Namun lihatlah, apa yang terjadi? Aku justru ditipu mentah-mentah dengan semua sikap romantisnya itu. Jujur aku trauma jika ada lelaki yang terlihat begitu sayang padaku."
Emir tiba-tiba memeluk Aina. "Maafkan aku, Ai. Aku cemburu karena Arya itu lelaki yang gagah, tampan dan memiliki pekerjaan yang baik."
Aina melepaskan pelukan Emir. "Kak, jangan dulu menaruh harapan yang tinggi padaku. Aku tak mau menyakitimu yang sudah begitu baik mau menikah dengan aku. Satu yang harus kakak tahu, aku tak akan pernah berselingkuh dengan siapapun selama kita masih ada dalam ikatan suci ini."
Emir memegang wajah Aina dengan kedua tangannya. "Aku janji akan bersikap biasa padamu, Ai. Maafkan aku yang sepertinya tak mempercayai kamu."
Aina dapat melihat bagaimana wajah Emir yang menyesal. Ia membalas dengan memegang pipi Emir. "Sudahlah kak. Kita jangan bahas ini lagi ya? Kakak sudah makan?"
"Sudah tadi bersama ibu." Emir bernapas lega melihat senyum di wajah Aina.
"Aku juga sudah kenyang. Tadi Arya mengajak aku minum kopi dan makan kue."
Emir membelai pipi Aina dengan punggung tangannya. "Harus makan nasi nanti kamu sakit."
"Aku sudah terbiasa tidak makan malam."
Emir memeluk Aina sekali lagi. Ia mencium puncak kepala istrinya berulang kali. Setelah pelukannya terlepas, Emir justru mencium.bibir istrinya itu. Aina membalas ciuman Emir.
"Boleh?" tanya Emir dengan suara parau.
"Aku kan istri kakak. Bolehlah."
Emir langsung membuka kancing piyama milik Aina. Keduanya pun larut dalam kemesraan sebagai suami dan istri.
***********
Jam kerja selesai. Aina pun segera membereskan meja kerjanya dan bersiap untuk pergi.
"Aina, ayo pulang!' ajak Elsa.
"Ayo!" keduanya melangkah bersama menuju ke tangga. Kalau jam pulang seperti ini, lift yang jumlahnya hanya dua itu dikhususkan untuk mereka yang ada di lantai atas.
"Aina, ada yang titip salam ke kamu." ujar Elsa saat keduanya menuruni tangga.
"Siapa lagi?"
"Juan. Kepala gudang yang duda itu. Orangnya tampan dan terlihat gagah Usianya juga baru 31 tahun."
"Mba nggak bilang kalau aku ini sudah menikah?"
"Ada. Tapi semua lelaki di kantor ini tak percaya. Soalnya kamu masih muda, karena terlihat masih kayak anak SMA."
Aina tertawa. "Masa sih? Usiaku sudah 23 tahun. Bentar lagi mau 24. Aku memang lulus SMA saat usiaku belum genap 17 tahun."
"Kamu memang terlihat sangat muda, Ai. Kulitmu mulus, tanganmu juga halus. Kayak tangan orang yang nggak pernah bekerja."
"Mba bilang aja ke mereka. Aku sudah ada yang punya."
Keduanya pun sampai di lobby. Mereka mengisi absen dengan menggunakan sidik jari.
Aina kaget saat melihat Arya ada di sana. "Kak Arya..."
"Hai.....!" sapa Arya yang kali ini tak menggunakan seragam.
"Ada apa ke sini?"
"Membawa laporan kasus perkelahian antar sopir perusahaan. Lusa sudah mau di sidang."
"Oh, susah ketemu dengan ibu bos?"
"Sudah."
Elsa berbisik. "Siapa dia?"
"Temanku." jawab Aina.
"Ayo aku antar pulang." ajak Arya.
"Ya, kalian pulanglah bersama." kata Elsa lalu meninggalkan mereka.
"Aku nggak mau merepotkan kakak. Lagi pula aku masih mau ke suatu tempat."
"Nggak masalah. Aku antar."
"Jangan, kak."
"Aku sudah off kok." Arya menarik pelan tangan Aina. Terpaksa perempuan itu mengikutinya.
Dengan sopan, Arya membukan pintu mobil bagi Aina. Emir yang kebetulan sedang bertugas, melihat semua itu. Tangannya terkepal dan hatinya menjadi panas.
***********
"Bagaimana? Kamu sudah mendapatkan identitas polisi itu?" tanya seseorang dari balik telepon.
"Iya. Dia polisi yang mendapatkan penghargaan karena berhasil mengamankan bom dan para teroris saat itu."
"Dia sudah punya pacar atau istri?"
"Dia belum menikah, tuan. Dan saat ini dia belum punya pacar."
"Singkirkan polisi itu. Aku tak mau dia mengacaukan semuanya. Apalagi dia selalu mencari informasi terkait Wilma Gunawan. Kalau perlu, habisi dia. Awasi juga Emir."
.***********
Siapakah itu?
krn mgkn sbnrnya Hamid, Wilma dan Emir adlh saudara seayah...
smoga brharap Emir GK trmsuk dlm lingkaran orang jht yg mo ancurin kluarga kmu ai.....smoga....