Ditinggalkan oleh sang ayah sejak kecil,membuat hidup seorang Galencia Pramudya penuh dengan luka.Hidup serba kekurangan namun tak pernah ia mengeluh.
Hinaan dan bullyan di sekolahnya seolah menjadi makanannya setiap hari,keadaan memaksanya untuk tumbuh menjadi gadis yang kuat.
Dari sekian banyak mimpinya,namun hanya satu yang paling ingin ia raih yaitu sebuah Kebahagiaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R²_Chair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IAB 12
..."Aku tidak berani bermimpi menjadi seorang Putri karena mimpiku hanyalah menjadi manusia yang selayaknya di hargai dan di cintai "...
...~ Galencia Pramudya ~...
...****************...
Cia kembali menatap keningnya,lukanya cukup dalam,tadi di UKS hanya di bersihkan dan di obati seadanya saja.Ia menutup lukanya dengan plester supaya tidak terlalu terlihat ia menutupinya dengan poni.Cia berjalan menuju rumahnya,terlihat sang bunda sedang berada di dapur.
"Assalamualaikum bun" Salamnya kemudian mencium tangan sang bunda
"Waalaikumsalam,sudah pulang nak?"
"Iya bun,Cia ke kamar dulu ya bun" Ucapnya membuat bunda tersenyum dan mengangguk.Cia bisa bernafas lega karena sang bunda tidak menaruh curiga,Cia duduk di atas kasur.Ia mengeluarkan hp nya.Lama ia menatap hp sang kaka "Maafkan Cia bang tidak bisa menjaga amanah dari abang " Lirihnya.Sakit,sedih,kecewa,takut bercampur jadi satu.Cia kemudian bangkit dan masuk ke kamar mandi.
Lima belas menit kemudian ia keluar dari kamar mandi,Cia memakai bathrobe nya dan membungkus rambut panjangnya dengan handuk.Cia berjalan ke arah nakas dan mengambil kotak P3K,ia duduk di karpet dan membuka kotaknya.
Lama ia menatap cermin yang ia pegang,luka di keningnya mulai membengkak.Sakit dan perih sudah pasti,dan sekarang kembali terasa sedikit pusing.Luka yang jika di jahit mungkin akan sampai 2 atau 3 jahitan namun Cia hanya memberinya obat merah.Cia meringis saat membersihkan lukanya,darah masih saja keluar membuat Cia mengganti beberapa kali kasanya.
Pintu terbuka membuat Cia dan orang yang membukanya kaget.Cia diam mematung saat sang kaka nya menatap ke arahnya.
Dirga begitu tidak sabar menunggu sore datang,rencananya ia dan Arga akan mengajak Cia ke mall untuk jalan-jalan sekalian membeli hp untuk sang adik.Ia begitu exited,ini pertama kalinya ia membawa seorang gadis jalan-jalan apalagi gadis itu orang yang ia sayang.Dirga terus memencet klakson mobilnya saat mobil di depan menghalangi jalannya.
Tiba di rumah Dirga dan Arga masuk kedalam rumah bersamaan karena kebetulan keduanya tiba bersama."Assalamualaikum " Salam keduanya kemudian mencium tangan Bunda "Adek udah balik bun?" Tanya Arga sambil memeluk lengan sang bunda.Dibanding Dirga,Arga lebih mengekspresikan sikap manjanya pada sang bunda.Mungkin karena Arga tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu,membuatnya ingin selalu di manja oleh ibu barunya.
"Udah bang,sekarang lagi di kamar " Jawab bunda mengusap kepala sang anak sambung.
"Ya sudah,kita ke kamar adek dulu.Kita udah janji mau ajak adek jalan sama beli hp " Ucap Dirga membuat bunda tersenyum
"Tapi jangan yang mahal-mahal ya bang"
"Bunda sama adek tuh aneh banget sih orang tuh kalo mau di belanjain,minta tuh yang harganya mahal,paling bagus dan banyak.Lah ini minta yang murah " Ujar Arga membuat bunda terkekeh
"Karena bunda tau sifat adik kamu,dia tidak akan mau menerima pemberian orang apalagi barangnya mahal.Kalaupun dia mau menerima,itu pun berasa punya bebam berat karena harus menjaganya dengan sangat hati-hati "
Dirga dan Arga tersenyum faham "Ok siap Bunda! bunda mau titip sesuatu?"
"Gak usah bang,Bunda titip adek aja ya bang "
"Ya sudah,kita ke atas dulu ya bun".
Dirga dan Arga langsung membuka pintu kamar Cia dengan senyum merekah namun senyum itu seketika luntur saat melihat Cia yang duduk di atas karpet dengan kotak p3k nya,tak lupa beberapa kapas dan kasa dengan darah yang menempel tercecer di atas karpet.Wajah Dirga berubah dingin,dengan langkah besar ia masuk dan menghampiri Cia.
Ia berjongkok di depan Cia dan mengangkat dagu Cia yang menunduk "Liat Abang!",dada Cia berdebar begitu kencang mendengar suara dingin sang abang.
Arga memeriksa kasa-kasa yang terdapat darah dan mengumpulkannya."Adek kenapa?" .
Dirga melotot saat melihat luka di kening Cia yang dalam dan mulai membengkak "Ini kenapa?" ,Cia diam dan hanya bisa menggeleng.Ia sangat takut,bahkan matanya pun terpejam karena tak kuasa melihat wajah sang kaka yang terlihat marah.Arga mendekati Cia,kaki nya tak sengaja membentur kaki Cia membuat Cia meringis membuat Dirga dan Arga kaget.
Dirga melepaskan tangannya dari dagu Cia dan kemudian memeriksa kaki Cia,Cia menahannya membuat Dirga semakin curiga."DIEM!" tanpa sadar dirga membentak Cia.Dirga memeriksa kaki Cia,pergelangan kaki Cia terlihat memar dan merah tulang keringnya pun terlihat tergores cukup banyak . "Ini kenapa?" Tanya Dirga,namun lagi-lagi Cia menggeleng "JAWAB DEK !" Bentak Dirga membuat Cia tersentak dan menangis.
"Bang!" Arga tak tega melihat sang asik ketakutan,ia memeluk sang adik "Tenang dek,ayo bilang kamu kenapa?"
Teriakan Dirga membuat bunda dan Adrian yang baru saja pulang terkejut,mereka berdua buru-buru naik ke atas dan masuk ke kamar Cia yang pintunya terbuka.Betapa kagetnya bunda melihat keadaan di dalam,buru-buru ia menghampiri sang anak.
"Ada apa bang? Kenapa teriak-teriak sih?" Adrian kemudian mendekat,betapa kagetnya ia melihat keadaan sang anak bungsu "Adek kenapa nak? " Adrian memeriksa kening Cia.
"Buka! Abang yakin bukan hanya ini luka nya "
"Maksud bang Dirga apa?" Bunda tidak mengerti maksud Dirga,luka? Luka apa? Memangnya anaknya kenapa?.
"Mau buka sendiri atau abang yang paksa "
Ancaman dirga membuat Cia semakin takut. Dengan tangan gemetar Cia membuka bathrobe nya,dan hanya menyisakan tanktop dan celana pendeknya.Betapa kagetnya semua saat melihat tubuh Cia yang penuh dengan lebam.Bunda sampai menjerit,sedangkan papa dan Arga menutup mulutnya.
Dirga wajahnya sudah merah padam,amarahnya sudah di puncak ubun-ubun.Tangannya mengepal erat hingga buku-bukunya memutih.
"Siapa yang lakuin ini sama kamu?" Adrian dan Arga menatap Dirga,mereka tau jika suara Dirga seperti ini tandanya Dirga sedang di puncak amarah.Adrian harus meredakannya agar Dirga tidak melampaui batas yang membuat Cia semakin ketakutan.
"Sabar bang!"
Dirga mengusap wajahnya kasar,ia melihat sang adik yang menangis ketakutan di pelukan Arga membuatnya tersadar.Ia mengatur napasnya dan mencoba meredakan emosinya.
"Nak bilang sama bunda,siapa yang melakukan ini sama kamu?" Bunda mencoba merayu sang anak agar mau berbicara jujur.Namun Cia masih terdiam.
Dira berdiri dan membuka lemari sang adik,ia mengambil baju tidur sang adik.Dirga memakaikannya pada Cia di bantu bunda "Ga siapkan mobil kita ke rumah sakit "
Semua setuju,ini tidak bisa di biarkan.Cia harus mendapatkan perawatan."Cia gak mau bang,di obati di rumah saja" Cia menatap Dirga yang sedang mengancingkan bajunya.
"Ini perintah,bukan pilihan!" Suara Dirga sama sekali tidak berubah,dingin! Membuat Cia tidak berani bersuara lagi.Bunda di bantu pelayan menyiapkan tas dan memasukan beberapa potong baju untuk Cia setelah sebelumnya mengeringkan rambut Cia.Arga langsung menyiapkan mobil bersama sang sopir.
Dirga bersiap memangku Cia namun gerakan tangannya terhenti saat melihat hp yang tergeletak di atas kasur,dadanya kembali mendidih saat melihat banyak goresan di hp nya.Layarnya pun terlihat sedikit retak."Ini juga ulah mereka?"
Cia menunduk takut,tak ada jalan lain selain jujur.Toh ia sudah tak bisa menyembunyikan lagi apapun dari keluarganya.Cia hanya mengangguk sebagai jawaban,membuat bunda kembali menangis.Ternyata sang anak selama ini tidak baik-baik saja.Sang anak menyembunyikan semuanya dari nya,dan entah sejak kapan.
Dirga membuang napasnya kasar,dengan sekali hentakan ia memangku Cia dan membawanya keluar yang di ikuti bunda.Dirga masuk kedalam mobil sambil memangku Cia,ia sama sekali tidak membiarkan Cia untun turun.Arga hanya berdecak dan cemberut melihat kakanya yang mulai posesif pada sang adik bungsu.
"Kamu kenapa?" Dirga melihat sang adik yang duduk di depan kemudi merasa aneh saat melihat wajah Arga yang cemberut.
"Kenapa gak paek supir sih bang,kan gue jadi gak bisa deket adek "
"Gak usah banyak protes,cepet maju ga"
Arga memutar matanya jengah namun tak lama ia pun melajukan mobilnya di susul mobil sang ayah di belakangnya.Cia mendengar perdebatan kedua kakanya hanya bisa tersenyum tipis,kepalanya kembali pusing badannya pun terasa lemas.
Dirga merasakan sesuatu yang aneh,ia mengecek kening Cia betapa kagetnya saat merasakan kulit pada kening sang adik begitu panas.Ia langsung mengecek tangan dan leher Cia "Dek,kamu demam" Terlihat jelas wajah panik Dirga.
"Bang kepala Cia pusing terus ngantuk juga,cia boleh bobo " Suaranya begitu lemah membuat Arga ikut panik.
"Dek,kuat dong! Bertahan ya,bentar lagi nyampe " Namun Arga tak mendapat jawaban apapun,ia melihat Cia dari kaca dan ternyata cia sudah memejamkan matanya membuat Arga semakin menancap gas modilnya "Anj!macet banget sih" .Sore ini jalanan terlihat macet karena memang waktunya pulang kerja.
Arga terus memencet klakson mobilnya "Awas Woy! Anj,minggir lo pada!"
"Berisik Ga" Dirga kesal dengan kelakuan sang adik yang malah teriak-teriak di jalan.Ia tau Arga panik namun tidak harus sampai teriak-teriak apalagi ini di jalan raya.
Dirga berjalan dengan langkah besar,ia membopong Cia yang masih memejamkan matanya.Ia menerobos kerumunan orang dan langsung masuk ke ruang IGD,ia membaringkan Cia "Periksa adik saya!".
Wajah gantengnya menghipnotis para perawat di ruangan tersebut namun saat mendengar nada dinginnya membuat mereka langsung tersadar "Ba_baik Pak"
Dirga dan Arga berdiri di sisi ranjang Cia dan enggan menjauh hingga seorang dokter datang "Periksa dengan detail " Kemudian Dirga menjelaskan semuanya membuat sang dokter wanita tersenyum manis mengangguk faham "Saya ingin hasilnya segera dan jangan sampai ada kesalahan yang membuat adik saya semakin sakit" Dirga sama sekali tidak tertari dengan senyuman sang dokter yang nampak ingin menarik perhatiannya.
"Gak usah senyum dok,abang gue gak akan mempan.Cuma adik gue yang bisa menarik perhatian kita " Ucapan Arga membuat dokter tersebut malu dan langsung menjauhi Dirga dan segera memeriksa Cia.Seorang perawat senior menghampiri keduanya "Mohon maaf silahkan bapa tunggu di luar,mari pak saya antar "
Dengan terpaksa Dirga dan Arga mengikuti perawat senior tersebut dan duduk di luar bersama kedua orangtuanya.Dirga mendekati bundanya yang terus menangis di pelukan sang papa,ia berjongkok dan mengusap tangan sang bunda "Bunda jangan nangis terus,adek pasti baik-baik saja "
"Adek pasti kesakitan dan ketakutan bang,bunda udah gagal.Gak bisa jaga Cia"
"Ini bukan salah bunda,Dirga janji akan cari tau semuanya"
Adrian dan Arga setuju,mereka harus mencari tau apa yang sebenarnya terjadi.Luka-luka pada tubuh Cia bukan seperti kecelakaan tapi seperti yang di sengaja.Dirga berjanji jika dugaannya benar maka jangan harap ia akan melepaskan orang itu.
...🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁...
jangan lama up nya kk /Drool/