Ciara Tamara, hanya memiliki sahabat yang dirinya punya. bukan tanpa alasan ia berpikir seperti itu Cia cukup berhutang budi terhadap orang tua sahabat nya Daliya Karimatun Nisa.
apapun akan Ciara lakukan demi kebahagiaan sahabatnya sekali pun ia harus berpindah agama, menaruh dirinya sebagai istri kedua untuk sahabat Suaminya Keenan Algazi Ustman.
Demi permintaan Daliya yang mengalami sakit kanker otak selama bertahun-tahun Cia harus rela mengorbankan kebahagiaan untuk diberikan kepada Gus Azi yang terpaksa menikahinya demi permintaan terakhir Daliya sebelum wanita itu pergi untuk selamanya.
Daliya ingin memberikan keluarga yang utuh untuk suaminya, cuman Ciara saja lah yang bisa memenuhi keinginannya walaupun dirinya terkesan egois Cia rela melakukan nya dengan ikhlas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adelita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AMS-13
" Hanya didalam kamar saja, tidak boleh keluar kamar. pintu nya sudah saya kunci dan kamu tidak akan bisa menemukan kuncinya. " jawaban Gus Azi membuat Cia semakin dongkol.
Cia mendengus kesal dan mendelik tajam pada lelaki yang sudah memejamkan matanya seolah tidak bersalah apapun. Cia melangkah kakinya menuju kasur ia merebahkan tubuhnya disebelah Gus Azi.
" Pokoknya, Gus Azi gak boleh ya lewatin batas saat tidur. palingan aku juga gak bisa tidur nyenyak. " ucap Cia entah lelaki itu dengar atau tidak.
Dalam hati Cia berdoa semoga tidurnya tidak seperti ulat bulu kalau bisa dalam keadaan tidur ia menendang pantat Gus Azi sampai jatuh. beberapa menit berlalu terdengar suara dengkuran halus yang keluar dari bibir Cia, wanita itu sudah masuk kedalam bunga tidurnya.
Gus Azi yang hanya memejamkan matanya tidak ada tanda-tanda ia mengantuk menatap kearah Cia yang begitu keras kepala dan gengsian. eh ujung-ujungnya malahan dia duluan yang tertidur nyenyak.
Tanpa sadar Gus Azi menyunggingkan senyuman samarnya. barulah ia memasuki alam tidurnya.
...✿ ✿ ✿ ✿...
Hari pertama berstatus sebagai suami istri, tidak ada perubahan yang terjadi dalam hidup Cia, rasanya dirinya tetap seperti seorang single. sejak pagi dirinya ditinggal Gus Azi karena lelaki itu harus menemui Daliya menemani istri tercintanya disana lalu lanjut bekerja sampai malam hari.
Cia tidak masalah, selagi lelaki itu tidak menuntut apapun padanya. sedangkan Cia ia sibuk memilah beberapa buku-buku siswa dan siswinya, pekerjaan sampingan Cia adalah seorang guru disalah satu panti asuhan.
Alasan nya, Cia hanya sekedar membantu anak-anak disana yang tidak mendapatkan pembelajaran ilmu yang lebih baik karena keterbatasan biaya dan kebutuhan lainnya. sebagai seorang yatim piatu yang pernah Cia rasakan.
Hati Cia tersentuh, melihat anak-anak kecil yang begitu menginginkan sekolah namun tidak mampu karena keterbatasan biaya dan juga kesehatan mereka. Cia berinsiatif menjadi guru pembimbing mereka.
Cia juga menyewa 2 guru, salah satunya guru bahasa asing dan guru terjemahan yang di khusus kan untuk mengajari anak yang mengalami keterbatasan pendengaran dan keterbatasan melihat.
Sedangkan Cia hanya mengajari semampu dan sebagaimana diajarkan basic pada anak-anak kecil umumnya untuk sekedar tahu cara membaca baik dan benar, pengetahuan alam, ilmu berhitung, dan sejarah.
Semua Cia lakukan tanpa diberi uang sepeser apapun, Cia sangat ikhlas membantunya ia teringat dulu masa kecilnya saat di panti asuhan seperti apa. karena banyak nya anak-anak di sana hanya beberapa anak saja yang mampu disekolahkan lewat donasi yang diberikan.
Cia memanfaatkan waktunya sekalian, sayang sekali bukan S1 nya tidak digunakan untuk mengajar. semenjak bisnisnya semakin berkembang Cia tidak pernah satu pun melamar ditempat pekerjaan karena baginya usahanya saja sudah cukup.
Tidak ada yang tahu mengenai pekerjaan sampingan nya, termasuk Daliya tidak Cia beritahu. setelah pekerjaan nya selesai mengajar dan mengajak anak-anak mengobrol bermain bersama Cia berpamitan.
" Halo Assalamualaikum. " ucap Gus Azi diseberang sana.
" Wa-walaikumsalam, ada apa Gus? " tanya Cia cukup gagu saat mengucapkannya.
" Kamu dimana? " tanya Gus Azi diseberang telepon.
" Aku di butik kenapa? " tanya Cia berbohong.
" Bisa temani Daliya? saya ada sedikit urusan pekerjaan. " ucap Gus Azi.
" Ya sudah, aku kesana sekarang. " ucap Cia mematikan sambungan teleponnya.
Cia melajukan mobilnya menyusuri jalanan matanya tidak sengaja tertuju toko buah, Cia memutuskan membeli beberapa buah-buahan kesukaan Daliya. Cia ingin meminta maaf pada Daliya atas sikapnya semalam sedikit keterlaluan.
KLEK...
Cia membuka pintu dan mendapati Gus Azi bersama Daliya, Cia berjalan santai masuk kedalam tanpa mengatakan sepatah katapun.
" Cia, kesini. " panggil Daliya merentangkan tangan nya.
Cia yang tidak paham menuruti ucapan Daliya dan membalas pelukan wanita itu.
" Maaf ya atas sikap ku kemarin padamu. " ucap Daliya terdengar penyesalan dari nada bicaranya.
" A-aku juga minta maaf Aya. " balas Cia yang tidak bakalan kepikiran Daliya akan meminta maaf duluan.
" Apa yang kalina bicarakan? sepertinya aku tinggalan sesuatu. " tanya Gus Azi menimpali.
" Tidak Mas, bukan apa-apa ini masalah perempuan. " jawab Daliya cepat.
" Kalau begitu aku pergi dulu, jaga dirimu sayang. " Ucap Gus Azi mencium kening Daliya.
" Hati-hati dijalan Mas, kabarin kalau sudah sampai disana. " ucap Daliya menyalami Gus Azi.
Sedangkan Cia, wanita itu tampak santai saja seolah tidak perduli yang dilakukan pasutri dihadapannya. baginya ponsel lebih menarik. Gus Azi juga tidak mengatakan apapun padanya dan langsung pergi begitu saja.
Tanpa sadar Cia menatap nanar kepergian Gus Azi yang melenggang melewatinya tanpa meliriknya sedikitpun, sedikit ada rasa sesak di dadanya namun Cia tepis. toh buat apa juga Cia ambil hati resiko nya menikahi suami orang.
" Cia. " panggil Daliya.
" Apa? " tanya Cia tampak ogah.
" Bagaimana malam pertama kalian? berjalan lancar? " tanya Daliya blak-blakan.
" Kau serius menanyakan itu padaku sekarang? " tanya Cia tidak habis pikir.
" Ya, emang apa salahnya? " ucap Daliya bingung.
" Huh, kau tahu kita menikah tidak saling mencintai kan. jadi kau salah besar jika bertanya itu padaku. " balas Cia.
" Apa kau lupa perjanjian kita? " tanya Daliya melirik tajam.
" Lupa? apa kau pernah mengajukan perjanjian padaku Nyonya Daliya Karimatun Nisa? " balas Cia berdecih kesal.
" Oke, baiklah. aku memang belum mengatakan perjanjian diantara kita. tapi secara garis besar kau sudah tahu kan maksud dan tujuan ku menyuruhmu menikahi suamiku. " ucap Daliya.
" Ya, aku paham. " jawab Cia sekena nya.
" Kalau gitu, biar ku perjelas lagi. status mu hanya istri kedua disini, kau berhak tidur bersama suami ku melebihi apapun. tapi jangan kau rebut kasih sayang dia untuk ku, perhatian nya dan jangan kau rebut hatinya dariku. biar kan hati dan jiwa nya untuku. " jelas Daliya.
" Tapi, jika aku sudah tidak ada lagi. kau berhak memilikinya. kau bebas ingin melanjutkan pernikahan kalian atau tidak, tapi satu hal tolong berikan kehadiran seorang anak di sisi suami ku entah aku sudah tidak ada atau Tuhan masih memberiku umur panjang. " sambung Daliya.
" Sampai aku melahirkan saja bukan? semuanya selesai kan. " tanya Cia memperjelas.
" Ya, kau sanggup kan Cia? " tanya Daliya berharap.
" Mau tidak mau aku sanggup Daliya. walaupun harus ada hati yang dikorbankan dalam permainanmu. " sambung Cia dalam hati.
" Baguslah, kau harus ingat posisimu Cia. " ucap Daliya memperingati.
" Kau tenang saja, Gus Azi akan tetap memilihmu karena kau yang dicintai nya bukan aku. " ucap Cia tersenyum.
Entah senyuman kecewa atau senyuman tulus yang terpancar di sudut bibir wanita itu.
" Oh ya, kau harus ingat. jika suami mu meminta haknya berikan! jagan pernah kau menolaknya. sama saja kamu durhaka pada suami mu nanti dan tidak mendapatkan surganya. "
" Ya, kalau aku sudah punya suami nanti. " jawab Cia.
" Jangan pura-pura bodoh Cia! sekarang kau sudah punya suami! suami mu meminta atau tidak seharusnya kau yang berinsiatif duluan. " ucap Daliya terkesan memaksa.
" Kau sepertinya sangat amat memaksa ku untuk berhubungan dengan suami mu. " jawab Cia frontal.
" Kau tidak takut, suami mu kecantol pada tubuhku dan melupakan mu! " tanya Cia sarkas.
" Tidak! aku percaya pada suami ku Cia! dia bukan orang seperti itu. " balas Daliya percaya diri.
" Ya, percaya dirimu sangat kuat Daliya. " jawab Cia memutar bola matanya malas.
PUKUL 11.30.
Pintu ruangan terbuka, menampilkan seorang lelaki berperawakan tinggi besar dan rahang tegas, siapa lagi kalau bukan Gus Azi.
bahagia selalu buat gua Azi, mba CIA dan keluarga 🤲🤲🤲🥰
udh qu kasih kopi nih,,,/Rose/
makin penasaran kan aku sama ceritanya,,,