Karyaku yang ke 15, ga kerasa ya... Alhamdulillah
Lanjutan cerita Laras ma Bintang, menceritakan kedua anak kembarnya. Si ceriwis Zara dan tentunya si pendiam Zayd, tak lupa dengan anak-anak dari saudara dan para sahabat Laras dan Bintang.
Di cerita ini ga lepas peran orang tuanya ya, karena peran Laras tentunya sangat penting untuk dunia Mafia nya.
Semoga karya ini, diterima dengan baik. Aamiin
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nike Julianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cerita Pertemuan Laras dan Komandan
"Ish ish ish... Beldosya syetali olan dewasya di syini, meleta inda dawab salam na Jala. Tata bu ustadah, masyuk nelata." ucap Zara memggeleng-gelengkan kepalanya, Laras mendengus kesal.
"Nelata itu... sepeti kadal, ular...
"Itu hewan melata, butan nelata. Masya onty El inda tau, syetolahna inda teletai ya." potong Zara kesal
"Ihhh... enak aja, sekolah onty selesai loh ya. Onty juga masuk ranking ko, huuu.." balas Ellora tak mau kalah, Laras dan Bintang hanya bisa menggelengkan kepala mereka. Zayd bisa dibuat kesal oleh Zara, dan Zara bisa dibuat kesal oleh Ellora.
Kan kan... Datang... Datang sudah bikin kesal, anak siapa sih??? Si El juga, ya ampuunnn... malah di ladenin.
"Kami sudah menjawabnya, telinga Zara aja yang kena tertutup. Jadi nggak denger bubun jawab salamnya Zara, nah loh... Ke tutupan apa?" balas Laras, membuat Zara berbalik dan kembali berlari ke pada neneknya.
"NENEK AJEEEEEEEEEN.... BUBUN BILAN JALA TESULUPAN!!" teriak putrinya, membuat Laras membulatkan kedua bola matanya
Ellora sudah tertawa, ia tak kepikiran bila Zara akan mengatakan hal itu.
"Waahh... Anak durukan, gue bilang apa.. tuh anak ngadu apa. Nggak bisa di biarin, kudu di kasih paham ini mah." saat Laras hendak berdiri
"BUBUN LARAAASS!!" Laras membatalkan niatnya, ia menghembuskan nafas kesal.
"Kenapa kamu bilang Zara tesulupan... eh, kesurupan?" tanya Ajeng, pura-pura marah.
"Dih, mana ada Laras bilang kaya gitu? Tanya anaknya coba, Laras bilang apa?" jawab Laras, menatap kesal putrinya yang ada dalam gendongan Ajeng.
"Bubun bilang apa?" tanya Ajeng
"Tadi bubun bilan, talo telina Jala tetutupan. Tan yan syuta tutupin telina, tata om Ten. Syetan budet, belalti Jala tesulupan don." jawab Zara memeluk leher Ajeng, yang membuat Ken langsung mendapatkan tatapan tajam dari semua orang.
GLEK
"A apa? A aku ga bilang apa-apa? Kapan om bilang kaya gitu? Jangan fitnah kamu Ra, nanti masuk neraka " ucap Ken, seraya susah payah menelan saliva nya. Zara langsung mendelik, neraka lagi...
"Jala bilan benel loh pah, tan watu itu papa pelnah celita Syetan budet. Yan watu ada belita, tentan olan teltablak teleta. Kata papa, itu olan yan teltablak na pasti telina na di tutup sama setan budet. Gitu papa bilan, hayo loohh." ucap Satriya, membuat Ken mati kutu
"Emang abang mah, selalu cerita yang nggak-nggak. Kalo nanti Zara malah makin ngaco gimana?" gerutu Laras
"Mana ada? Anak itu aja percayaan, padahal jenius. Tapi kalo ada orang ngomong, ga pernah di pikir lagi." ucap Ken, seraya berlari masuk ke kamarnya. Karena melihat Ajeng, yang sudah siap-siap melempar sendalnya.
Zara terkikik geli, melihat om nya lari ketakutan. Ajeng menciumi wajah Zara, karena gemas. Zara meminta turun, dan menghampiri Bintang.
Dengan senang hati, yayah nya mengulurkan tangan dan menerima pelukan dari princess nya
"To ada onty El, apa Ana juda itut?" Ellora mengangguk
"Ana masih bobo kayanya, nanti onty bangunin ya." Zara tersenyum dan mengangguk senang.
"Sudah sudah... Udah mau maghrib, sana masuk kamar. Bersihin badan, sama ganti bajunya. Tadi Zara, Zayd, Satriya sama Leon, habi lari-larikan di sana." ucap Raya
"Iya ibuu" keempat bocil itu langsung berlari, ke kamar mereka masing-masing.
.
.
Waktu berlalu, kini semua orang berkumpul di ruang makan. Karena akan makan malam bersama, Bayu keluarga komandan Lukman pun sudah ikut bergabung. Ajeng dan yang lain terkejut, karena seorang komandan polisi. Bertamu ke rumahnya, apalagi dia juga membawa anak dan istrinya. Tambah kaget lagi, saat komandan Lukman terlihat menghormati Laras.
Meski beberapa orang di sana bingung, dengan adanya komandan Lukman. Namun mereka menahan pertanyaan mereka, menunggu sampai selesai makan malam.
Setelah selesai makan malam, mereka bercengkrama sebentar. Setelah beberapa saat, Raya dan Nuri diminta masuk kamar oleh Ajeng. Mereka pun pamit pada komandan Lukman dan istrinya.
"Jadi sebelumnya maaf, bagaimana komandan Lukman bisa bertemu dan mengenal putri saya?" tanya Ajeng, Lukman menatap Laras. Laras pun akhirnya mengangguk, karena bagaimana pun tetap akan terungkap juga.
"Ehem.. panggil saja, saya Lukman nyonya. Awal mula pertemuan kami itu..." Lukman menatap sang istri, sang istri tersenyum. Lagipula kejadian itu, sudah berlalu 2 tahun yang lalu. Istrinya sudah baik-baik saja, ia juga sudah melakukan konseling dan terapy pada seorang psikiater.
Oya.. anak-anak, tentu sudah di ungsikan ke ruang bermain. Termasuk dengan anak dari Lukman, yang berusia 10 tahun dan 7 tahun.
"Oh ya nak Lukman, panggil saya mama. Jangan nyonya dong, bossy banget rasanya." tegur Ajeng pelan, Lukman mengangguk.
"Semuanya berawal dari rekan kerja saya, yang berkhianat. Selain berkhianat, dia juga menyukai istri saya. Dan tanpa saya tau, ternyata pria itu sudah menyukai istri saya sejak lama. Sejak masih duduk di bangku SMA, tak ada yang menyangka bila rekan saya adalah... pria yang selalu memakai kacamata tebal dan terlihat culun. Maaf, bukan maksud saya menghina penampilannya. Hanya saja saat itu memang seperti itu. Tentang perasaannya, tak ada yang tau. Termasuk istri saya, Violet." Lukman menghembuskan nafasnya pelan, ia menggenggam erat tangan sang istri.
"Singkat cerita, b*jingan itu menjebak istri saya. Dia mengirim pesan padanya, dengan dalih.. bila saya, tengah membutuhkan bantuannya. Istri saya saat itu, yang tengah mengandung buah hati kami yang ketiga. Langsung mempercayai apa kata rekan saya, ia mendatangi alamat yang di maksud."
"Sesampainya di sana, istri saya langsung di bekap. Dia... h-hampir...
"Ay.... ingat ga waktu bubun ijin ke kota, untuk mencari makanan untuk Amber dan yang lainnya." Bintang mengingat, saat itu makanan anak pungut Laras habis. Sedangkan anak buahnya, yang harus mencari. Laras tugaskan untuk melakukan hal lain, sehingga membuat Laras turun gunung.
Bintang mengangguk, Laras yang tau Lukman tak sanggup bercerita. Ia pun mengambil alih, karena saat itu dia yang ada di tempat kejadian.
"Saat itu Laras menemui seseorang, yang menjual makanan Amber dan lainya. Di dekat rumah, yang sudah tak terpakai. Dan saat sedang menunggu, Laras mendengar suara teriakan minta tolong. Tak keras, namun jelas. Awalnya Laras kira itu adalah penunggu rumah tersebut, hampir saja Laras lari karena takut. Namun tak lama, terdengar suara tamparan dan juga bentakan. Dari situ Laras tau, bila yang meminta tolong adalah manusia. Kalian tentu tau, bagaimana sifat Laras. Laras langsung berlari dan mendobrak pintu, sampai pintu terbuka dan terdengar suara bedebum. Laras melihat... kak Violet sudah hampir telanjang dan b*jingan itu, hampir sja menggauli kak Violet. Tanpa pemanasan, karena tak ada termos. Laras segera berlari dan menendang pria gila itu, ia pun langsung jatuh terjengkang tubuhnya, dan Laras menghajar habis pria itu." terlihat Violet menahan nafas, namun sudah tidak panik seperti di awal
...****************...
Jangan lupa like, komen, gift dan vote nya❤️❤️
...Happy Reading All...
saya suka saya suka.. yukkss thorr ta kasih kopi biar begadang malam ne up lagi 🥰🥰🥰
kbyang dong d bwah ada buaya yg nungguin????mngkn tu blsn yg stmpal buat orng jht ky dia....mskpn hkumannya d gnti,mniml dia udh tkut dluan....
lanjutttt,,,,