"Hidup aja, ikutin kemana arus bawa lo. Teruskan aja, sampe capek sama semua dan tiba-tiba lo bangun dirumah mewah. Ucap gue yang waktu itu ga tau kalo gue bakalan bener-bener bangun dirumah mewah yang ngerubah semua alur hidup gue "- Lilac
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Razella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Get It
"Adek ngga mau nginep disini aja? Pasti capek kan perjalanannya?" Bu Aini menatap Jojo yang masih asik mengobrol dengan Rama dan Raja diatas karpet piknik yang tadi juga digelar. Acara masak dan makan bersama mereka sudah selesai. Jadilah kini hanya tinggal penghuni rumah yang masih duduk santai disana.
"Besok saya berangkat pagi."
"Ngga papa, dek. Berangkat dari sini aja. Kan kalo dari sini."
Lilac yang duduk berseberangan dengan pria itu hanya diam saja. Jika Jojo menjawab seperti itu, bisa jadi dia akan benar-benar menginap.
"Dia bakal nginep kok. Raja, bisa ikut saya ngga?" Lilac berdiri dari duduknya dan mengajak Raja untuk ikut bersama. Dengan itu, keduanya berjalan beriringan kedalam rumah. Ntah apa yang ingin wanita itu lakukan.
"Jo..."
Jojo menoleh saat Rama memanggil nya.
"Kenapa malah jarang kesini? Ini rumah kamu, Jo. Kamu harusnya ada disini dan ngga ngilang-ngilang gini. Kayak bang toyib aja."
Rama mengunyah kue putu miliknya sambil mencolek lengan Jojo. Sebenarnya ia sama saja dengan Raja. Usil jika menemukan mangsa. Hanya saja mereka tidak berani mengganggu Lilac karna wanita itu benar-benar membuat benteng pertahanan. Dan juga mereka takut kena marah.
"Saya harus selesaikan ini dulu. Baru bisa pulang kesini. Lagi pula saya juga ikut menjaga Lilac lewat Bori. Kami sering mengobrol lewat sana."
"Bori siapa?" Tanya Rama yang memang belum tau jika hiasan kucing dikamar Lilac diberi nama Bori.
"Hiasan kucing yang waktu itu saya taro dikamar dia. Sekarang saja saya bingung harus gimana. Saya...saya juga takut."
"Jo."
Baru saja menyelesaikan kata-katanya, terdengar suara Lilac dari balik arah tubuhnya. Wanita itu datang bersama Raja yang terlihat merengut. Ntah apa yang sudah mereka lakukan.
"Ayo tidur."
Brak...!!!
Suara itu berasal dari Raja yang baru saja menjatuhkan panci yang ia bawa. Niatnya untuk dibawa ke dapur dan dicuci. Namun yang membawa terlanjur shock saat mendengar Lilac mengajak Jojo untuk tidur bersama.
"Apa sih lo anjir. Ngapain pake dijatohin segala!!. Susah cok beresinnya anjir!!." Rama menjitak kepala sang kawan. Masalahnya panci yang ia tumpahkan berisi kelapa parut sisa membuat putu. Tentu saja isinya jadi berceceran kemana-mana.
"IH NON!!! JANGAN TIDUR SAMA JOJO IH!!"
Pekik anak itu sambil menghentakkan kakinya.
"Apa hak kamu? Ini urusan orang dewasa, kamu ngga usah ikut campur." Jawab Lilac dengan tenang. Sengaja ingin memancing keributan dan membuat Raja kesal. Kedua bocah itu terlalu pencemburu dan protektif padanya.
"Dih!!! Saya aja manggil dia adek?!?!?"
Lilac berdecak. Mau mengajak Jojo mengobrol secara langsung saja susah. Akhirnya, Lilac menarik Jojo agar berdiri dan langsung mengajaknya masuk ke kamar. Kamar nya sendiri. Selama perjalanan menuju kamar, bisa Lilac rasakan tangan Jojo yang balas menggenggam tangannya dengan erat.
"Apa mau kamu?"
Tanya pria itu saat melihat sebuah kasur lantai sudah digelar didalam kamarnya. Lengkap dengan selimut dan bantal tambahan yang ia ambil bersama Raja tadi.
"Mau lo tidur disini. Ayo masuk, tutup pintunya. Kita deeptalk."
Lilac sudah siap dengan duduk di atas kasurnya sendiri. Jangan lupakan Bori yang sudah stand by disamping pemikil kamar. Jojo menghela napas sebelum menutup pintu kamar dan mengunci nya.
"Kenapa nyuruh saya tidur disini? Kenapa ngga kamu aja yang tidur disini?"
"Ngga mau. Gue ngga mau tidur dibawah. Lo mau gue sakit lagi gara-gara tidur dibawah?"
Lilac merebahkan tubuhnya menghadap Jojo. Entah kenapa bayang-bayang ciuman mereka didapur tadi berputar dikepala Lilac. Bahkan wanita itu kini malah salah fokus pada bisep lengan Jojo.
"Lo mau gue introgasi." Ucap Lilac dengan santai. Jojo yang mendengarnya tentu saja menganggukkan kepala seolah mengerti. Pria itu ikut merebahkan tubuhnya dan menjadikan lengannya sebagai bantal. Padahal Lilac sudah memberikan bantal. Pria aneh.
"Silahkan." Jawabnya santai. Jojo balik menatap Lilac. Melihat wanita itu kini tengah memainkan Bori.
"Lo kerja dimilter?" Tanya Lilac pelan. Sebenarnya hal ini yang ingin ia tanyakan sejak kehadiran pria itu tadi.
"Kamu bisa menyimpulkan seperti itu."
"Jangan-jangan lo ngga pernah kesini karna lo kerja itu? Lo sibuk dong kalo gitu? Terus yang jaga ibu sama adek gue siapa?" Lilac bangun dan duduk diatas kasur.
"Bilang sebenarnya apa yang kamu mau. Saya ngga bisa nebak, Isadora."
"Gue pingin dimanja." Ucap Lilac bangun dan malah berdiri diatas kasur. Wanita itu benar-benar membuktikan bahwa ia bukan tipe orang yang mengungkapkan apa yang ia inginkan dengan kode-kode rumit ala wanita. Lilac merentangkan tangannya sambil menatap datar kearah Jojo.
"Kamu mau saya peluk."
Wanita itu menganggukkan kepala. Jojo yang tadinya rebahan ikut bangun dengan berat hati. Padahal dirinya sudah merasa nyaman merebahkan tubuhnya walau hanya sebentar. Pria itu ikut bangun dan menghampiri Lilac. Dengan pelan ia peluk yang lebih tua, menumpukan kepalanya didada Lilac yang kini posisinya lebih tinggi.
"Mana jiwa independent women kamu itu? Bukannya kamu yang sering bilang kalau kamu ngga musah luluh sama orang lain?" Tanya si pria sambil mengusap punggung Lilac dengan lembut.
"Gue juga pingin dimanja. Gue ngga mau lo malah ngejauhin gue dan ngusir gue dari sini." Lilac balas memeluk kepala Jojo dan menumpukan dagunya dipucuk kepala si pria.
"Saya ngga akan ninggalin kamu. Percaya kan sama saya?" Lilac melepas pelukannya untuk menatap pria itu. Satu-satunya yang bisa ia perhatikan dengan seksama hanyalah mata pria itu. Matanya teduh, bukan mata yang terlihat tajam. Itu yang Lilac lihat.
"Tapi gue ngga janji sama lo."
"Mau cerita sesuatu? Kamu belum cerita ke saya keadaan kamu kemaren ditempat kerja."
Lilac mengangguk dan kembali merebahkan tubuhnya diatas kasur. Jojo yang melihatnya terkekeh. Ia yakin jika wanita itu pasti tidak sadar apa yang ia lakukan saat ini. Lihatlah bagaimana Lilac tidur miring dengan tangan menumpu kepala menghadap kearahnya.
Maka dengan begitulah Jojo tanpa ragu naik keatas kasur dan tidur menghadap Lilac. Dan benar saja, wanita itu masih diam seakan Jojo menghipnotisnya.
"Mau peluk?" Tanya Lilac saat sadar binar dimata pria itu meredup. Sepertinya ia sudah mengantuk.
"Mau."
Lilac membetulkan letak posisi bantal dan menyuruh Jojo untuk menidurkan diri disana. Barulah Lilac mengulurkan lengan kananya melewati bahu Jojo dan menempelkan pipinya dipundak yang lebih muda. Bisa Lilac rasakan hembusan napas Jojo yang mengenai lengannya. Tubuh ria itu ternyata terlalu besar untuk lengan pendeknya.
"Lo capek ngga jagain gue? Lo jagain gue dari siapa sih, Jo?''
"Saya besok harus berangkat pagi. Kasi ucapan terimakasih kesaya karna udah ajarin kamu bikin kue putu."
"Ngga bisa ya kalo lo disini aja? Berangkat dari sini. Orang-orang rasanya seneng banget lo ada disini tadi."
"Cepet bilang. Saya mau tidur."
"Makasih udah ngajarin bikin kue putu. Selamat tidur."
Setelah itu tak ada lagi suara diantara keduanya. Jojo benar-benar tidur dan meninggalkan Lilac yang kini sibuk memperhatikannya dari samping.
"Makasih, adek." Bisiknya dan mulai memejamkan mata. Berharap bisa bangun esok dengan Jojo yang masih berada dipelukannya.
...
Mata yang awalnya terpejam itu kini mulai mengerjap pelan. Bias cahaya yang masuk lewat jendela membuat si penghuni terganggu. Tidurnya terusik seiring dengan suara kicau burung yang kembali menjadi melodi penyambut pagi. Lilac membuka matanya saat cahaya matahari dirasa makin silau. Wanita itu terdiam sejenak sebelum menoleh ke samping. Mencari pria yang semalam tidur dalam pelukannya dengan tenang.
"Jojo, anjing."
Pagi yang indah dengan diawali kata-kata umpatan Lilac untuk Jojo. Wanita itu melirik Bori yang kini kembali ketempatnya semula. Dan secarik kertas yang diselipkan dibawahnya. Lilac ambil secarik kertas itu dan membacanya
'Jangan sampai telat.'
Hanya itu yang tertulis disana, dan Lilac anggap itu adalah ucapan selamat pagi. Maka dengan begitu, Lilac segera turun dari kasurnya dan menyiapkan diri untuk berangkat ke kantor. Padahal semalam pria itu terlihat tidur pulas. Seakan ia tidak ingin segera bangun untuk kegiatan. Tapi nyatanya pagi ini ia sudah ditinggalkan sendirian dikamar. Benar-benar.
"Raja mana?"
Tanya Lilac saat tak menemukan Raja. Disana hanya ada Rama dan bu Aini yang sedang memasakan sarapan. Dimeja makan sudah ada beberapa pendamping sarapan seperti buah dan biskuit.
"Masih dibelakang, non. Nona gimana tidurnya semalam? Nyenyak?" Tanya Rama dengan wajah sumringah. Lilac yang melihatnya tentu saya mengerutkan kening sekilas.
"Kenapa muka kamu keliatan happy banget? Kamu abis menang lotre?" Lilac mendudukkan dirinya dikursi meja makan. Sepertinya hari ini ia hanya akan melihat Rama dan bu Aini menyiapkan makanan. Ia malas membantu. Ingat, hanya hari ini.
"Ah itu perasaan nona aja kali. Saya biasa aja tuh. Saya kan emang biasanya ya begini. Green flag, ya ngga?"
Rama memainkan alisnya sambil menatap Lilac dengan tatapan jahil. Yang lebih muda tentu saja hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum simpul.
"Ngga usah deh, dek. Yang itu bawa nanti aja."
Lilac menolehkan kepalanya ke belakang saat mendengar langkah dan suara Raja mendekat. Dan benar saja, tak lama kemudian anak itu masuk kedalam dapur diikuti Jojo dibelakangnya. Pria itu terlihat hanya menggunakan celana training dan kaos oblong biasa. Padahal semalam dia bilang harus bangun pagi karna ada kegiatan. Lilac mengatupkan bibirnya rapat-rapat walau hatinya berisik. Sangat berisik hingga ia tak sadar telah memanyunkan bibirnya. Mencebik karna tubuh pria itu makin terlihat gagah hanya dengan kaos oblong biasa.
"Adek ayo sarapan aja dulu yuk. Itu biar taro disitu aja."
Jojo meletakkan dua kantong plastik berisi belanjaan yang ia bawa didekat kulkas. Rupanya pria itu masih belum melepas topengnya saat berada dirumah ini. Bisa Jojo lihat kini Lilac mulai menyuapkan buah pepaya yang sudah dipotong kedalam mulutnya. Wanita yang sebentar lagi berumur dua puluh enam itu terlihat begitu anggun dengan seragam kerjanya. Perlahan Jojo mendekat dan mengecup pelan pucuk kepalanya.
"Jangan makan banyak-banyak. Kamu belum makan nasi, Isadora."
"Hm." Lilac hanya berdehem dan menyingkirkan piring berisi buah potong itu dari hadapannya. Sepertinya sudah bisa menurut pada Jojo.
"Nanti non mau berangkat sama siapa? Sama saya ama Raja atau mau sama Jojo aja?" Tanya Rama sambil menyodorkan piring nasi goreng kearah Lilac.
"Sama Jojo."
Jawaban yang ia berikan sukses membuat ketiga orang lain disana menyunggingkan senyum meledek. Sedangkan yang disebut namanya hanya melirik sekilas. Jojo sebenarnya sudah menduga kalau Lilac tak akan menyiakan kehadirannya selama disini. Pria itu yakin kalau Lilac akan bermanja padanya. Jangan salah, Jojo bisa melihat betapa inginnya tubuh itu dimanja. Wanita kuat seperti Lilac bukan tak mungkin butuh tempat untuk bercerita dan menumpahkan keluh kesahnya. Dan Jojo yakin, ia bisa melancarkan aksinya setelah ini.
"Adek ngga papa kan nganter nona?" Tanya bu Aini memastikan. Karna dilihatnya Lilac juga seperti masih acuh tak acuh pada pria termuda. Makanya ia was-was keduanya akan terkena masalah saat ditinggalkan berdua.
"Ngga papa, bu. Ayo berangkat kalo udah selesai."
Jojo langsung beranjak dari duduknya dan keluar lebih dulu. Sedangkan yang diajak bicara malah mengambil beberapa buah per dan memasukkannya kedalam tas kerja.
"Saya berangkat dulu semua." Lilac mencium sekilas pipi bu Aini lalu benar-benar keluar dari dapur. Wanita itu berjalan santai sambil memperhatikan Jojo yang terlihat sedang menyiapkan mobil untuk kendaraan mereka hari ini. Namun Lilac dibuat mengernyit saat tanpa sengaja ia melihat benda tajam yang dibawa anak itu.
"Ngapain lo bawa itu?" Tanya Lilac saat ia sudah berada didekat mobil dan berdiri berhadapan dengan Jojo.
"Saya militer. Salah kalau saya bawa senjata buat perlindungan diri?" Tanya nya sarkas.
Sedangkan Lilac menatap Jojo dengan tatapan yang tak bisa pria itu artikan. Dan Jojo hanya bisa menghela napas saat ia melihat Lilac masuk begitu saja kedalam mobil. Sungguh wanita itu susah ditebak, batin Jojo.
"Abis ini berenti di toko dulu. Gue pingin beli roti." Ucap yang lebih tua saat Jojo sudah siap menjalankan mobil menuju kota.
"Tidur kalau masih ngantuk."
Jojo mulai menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Lilac yang melihatnya malah merotasi bola matanya.
"Kenapa nyuruh tidur? Ini masih pagi dan gue rasa ngga etis udah cantik-cantik malah tidur."
"Kamu semalam keliatan ngga tenang pas tidur. Kehadiran saya mengganggu kamu?" Tanya Jojo saat melihat Lilac malah menyamankan diri dikursinya.
"Ngga. Gue ngga nyaman. Soalnya baru pertama kali tidur sama cowok selain sama adek gue. Apalagi lo orang asing." Sanggahnya sambil mengeluarkan buah per yang tadi sempat ia bawa. Lilac meletakkan buah itu didasbor mobil.
"Makan. Lo belom sarapan. Tapi kalo udah sarapan tetep makan. Gue ngga mau tau."
Jojo tanpa bantahan memakan buah itu dengan tenang. Diam-diam Lilac yang melihatnya tersenyum tipis.
"Ayo ngobrol. Gue ngga suka sepi."
"Kamu juga begini sama Rama dan Raja?" Lilac terlihat berpikir sebelum menjawab pertanyaan Jojo. Jelas saja pria itu dibuat gemas. Eh?
"Ngga juga. Mereka seringnya ngebacot berdua. Gue cuma dengerin doang. Baru kalo udah mereka depat dan malah berisik baru gue tegur."
"'Jangan suka ngobrol sama orang asing. Kecuali kamu punya firasat kalo mereka memang orang baik."
"Lo orang asing." Jojo terkekeh. Ah, sejak kapan kekehan itu terdengar begitu candu ditelinga Lilac.
"Iya. Tapi gimana perasaan kamu waktu sama saya?"
"Lo aneh, lo nyebelin, lo ngga bisa ditebak, lo selalu semau nya sendiri." Lilac meninju lengan Jojo karna terlampau kesal. Sedangkan yang ditinju hanya tertawa. Wanita disampingnya ini, ah, Jojo berharap bisa menjalankan rencananya seperti yang telah ia siapkan.
"Isadora." Lilac menjawab dengan deheman sambil sibuk memperhatikan jalan dari samping jendela jendela Jojo.
"Hari tolong jangan kerja dulu ya? Saya mau kasi tau kamu sesuatu."
Dan mendengar perkataan itu saja sudah berhasil membuat Lilac diam. Gadis itu tak menjawab dan malah menyandarkan tubuhnya dengan nyaman disandaran kursi. Rambutnya yang awalnya terurai kini diikat asal diikuti dengan jas kantornya yang ia lepas. Menyisakan Kemeja putih yang melingkupi tubuh kecilnya.
"Bilang kalo udah sampe toko rotinya."
Dan itu adalah kalimat yang wanita itu ucapkan sebelum tidur. Jojo yang melihatnya tersenyum. Apapun yang wanita itu pikirkan saat ini ia tak peduli. Sebentar lagi semuanya akan ia jelaskan pada si pujaan hati. Tak ingin membuat Lilac bingung terlalu lama lagi. Tak ingin wanita itu dengan nekat mengambil jalannya sendiri nanti. Saat sudah yakin Lilac benar-benar terlelap, Jojo mengusap rambutnya dengan penuh sayang. Berharap apapun yang terjadi setelah hari ini berlalu, Lilac akan tetap sama.