"Kenapa selalu gue yang harus ngertiin dia? Gue pacar elo Marvin! Lo sadar itu ga sih? Gue capek! Gue muak!" ucap Ranu pada kekasihnya dengan nada marah.
"Maafin gue, Ranu. Gue ga maksud buat ngerebut Kara dari elo" Zara menatap takut takut pada Ranu.
"Diem! Gue ga butuh omongan sampah elo ya" Ucap Ranu dengan nada tinggi.
.
.
.
"Shit! Mati aja elo sini Zara!" hardik Fatiyah setelah membaca ending cerita pendek tersebut.
Fatiyah mati terpanggang setelah membakar cerpen yang dia maki maki karena ending yang tak dia sukai. Dia tidak terima, tokoh kesayangannya, Ranu harus mati mengenaskan di akhir cerita. Tapi, siapa sangka kalau Fatiyah yang harusnya pergi ke alam baka malah merasuki tubuh Zara. Tokoh yang paling dia benci. Bagaimana kelanjutan kisahnya. Kita lihat saja. Apakah Fatiyah bisa menyelamatkan tokoh favoritnya dan mengubah takdir Ranu? Apakah dia malah terseret alur novel seperti yang seharusnya?
sorry guys, harus revisi judul dan cover soalnya bib...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Telo Ungu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22 Lengkara Menyesal
Lengkara terdiam sambil menatap serius ke arah Zara yang tertawa bahagia bersama dengan orang lain. Jarak Lengkara duduk dengan Zara hanya terpisah tiga bangku saja. Lengkara memperhatikan setiap gerak gerik dan ekspresi Zara dari awal Zara dan temannya duduk di kursi tersebut.
Tawa dan senyuman yang ditampilkan Zara membuat Lengkara betah sekali menontonnya lama lama. Semakin dipandang, entah kenapa cowok itu malah teringat dengan semua kenangan manis bersama Zara.
Pertemuan mereka yang tak sengaja di lorong dekat UKS. Pertemuan itu membuat Lengkara bisa masuk ke dalam hidup Zara. Lengkara awalnya hanya mengenal Zara dari cerita cerita Ranu, sepupunya. Ia hanya memperhatikan Zara dari kejauhan. Walaupun, mereka satu kelas tak ada satupun kesempatan untuknya berbicara atau sekadar tegur sapa dengan Zara. Seolah olah ada dinding tak kasat mata yang mencegah dirinya untuk terlibat dalam hidup Zara.
Zara yang manis, ceria, dan primadona Pelita Bangsa selalu sukses mencuri perhatian Lengkara. Sejak Zara mengklaim dirinya sebagai kekasihnya secara sepihak membuat Lengkara makin tertarik pada gadis itu. Hanya saja, perjanjian antara Ranu dan dirinya yang membuat Lengkara enggan untuk berdekatan dengan Zara.
Ada rasa segan dalam hatinya. Padahal Zara sangat baik sekali padanya. Ia sering membawakan bekal padanya. Selalu menghubungi dirinya lebih dulu. Berusaha mencari topik pembicaraan. Bertingkah selayaknya pacar yang memberi perhatian. Namun, lagi lagi jauh di lubuk hati Lengkara, dia merasa bersalah pada Zara.
Lengkara merasa tidak pantas menerima perhatian Zara. Lengkara tidak ingin Zara jatuh semakin jauh dalam lingkaran hidupnya. Makanya, Lengkara sering memasang batasan tak kasat mata pada gadis itu. Lengkara tidak ingin Zara semakin tersakiti kalau nantinya gadis itu tahu bahwa dirinya dan Ranu punya perjanjian.
Bagi Lengkara, cukup mengalihkan perhatian Zara padanya saja. Dengan begitu Ranu tidak akan lagi mencelakai Zara dan Marvin akan berpikir ribuan kali untuk mendekati Zara.
Entah mengapa seiring berjalannya waktu, Lengkara malah merasa makin menyesal. Menyesal telah berbohong pada Zara kalau bekalnya ia makan. Padahal Lengkara sering mengoper makanan yang di bawa Zara pada teman temannya. Lengkara hanya sekali makan bekal dari Zara.
Lengkara juga menyesal sudah bersikap dingin pada Zara. Ditambah akhir akhir ini Zara terlihat menghindarinya. Jujur, Lengkara mulai merasa kehilangan Zara. Lengkara rindu dengan segala perhatian kecil yang Zara berikan padanya.
"Kenapa?!" Lohan menyenggol bahu Lengkara. Lohan memperhatikan Lengkara dari ekor matanya. Terlihat sahabatnya itu hanya memasang ekspresi datar di wajahnya. Seperti orang bengong dan kosong. Hanya melihat ke depan. Sesekali tersenyum tipis. Lalu, kembali memasang muka datar.
"Gapapa" sahut Lohan pelan. "Dih, kayak cewek aja lu. Ditanya kenapa jawabnya gapapa. Elo diem aja kayak santan kara. Dari tadi diem diem mulu. Padahal Gaga udah heboh banget ngegosipnya. Ini lagi makanan ga di makan. Kenapa tuh? Lagi kangen ya bekal dari Zara. Makanya ga nafsu makan" goda Lohan sambil menarik turunkan alisnya.
"Fokus aja makan atau elo dengerin itu cerita Gaga. Orang keras kepala emang susah dibilangin. Biarin aja Lohan. Nanti ngomong ngomong sendiri kalau udah sadar. Itupun kalau masih punya otak sama empati" celetuk Hisbi penuh sindirian.
"Bacot! Ga usah nyindir nyindir. Ngomong aja langsung Depa muka gue. Apa maksud elo Bi ngomong gitu. Jangan macam macam!" sentak Lengkara dengan nada tinggi.
Lohan menatap Lengkara dan Hisbi bergantian. Begitupun teman temannya yang lainnya. Tumben ketua dan tangan kanannya tampak tidak akur.
"Santai bos. Gue cuma nanya doang nih. Kenapa malah aduh mekanik begini. Udah udah ga usah berantem" kata Lohan mencoba menghalau konflik antara Lengkara dan Hisbi.
"Daripada cuma liatin terus dari tadi. Tapi, ga ada aksi, mending samperin kalau emang ada yang mau diomongin. Pantengin aja terus. Dipikir bakalan bisa telepati apa" celetuk Hisbi.
"Lagi bahas apa sih wey. Gue ga ngerti ngerti dari tadi" tanya Gaga.
"Biasa lagi bahas orang yang egonya selangit. Mau nyamperin tapi ketahan ego" cetus Hisbi dengan senyuman sinis.
"Dah, otak gue makin buntu. Kalau main teka teki gini. Emang Lengkara lagi ngeliat siapa emang?" tanya Gaga polos.
"Udah jangan diperpanjang. Bentar lagi bel masuk. Ini kalian mau cabut atau ke kelas aja" Lohan memperhatikan satu persatu wajah temannya dengan tatapan serius.
"Gue ke kelas duluan. Pergi dulu guys" ucap Hisbi tiba tiba. Padahal bel masuk belum berbunyi.
"Lho, lho, lho, mau kemana Bi, buru buru banget" Lohan berusaha mencegah Hisbi. Namun, temannya itu sudah berlalu pergi tak mengindahkan ucapannya.
Semua temannya menatap Lohan penuh tanda tanya. Lohan hanya membalas dengan tatapan bingungnya. Mereka semua tak ada yang berani bertanya pada Lengkara tentang sikap aneh Hisbi.
"Gue cabut duluan" pamit Lengkara tanpa menunggu respon yang lainnya.
"Anj** kenapa semua orang hari ini pada sensi gini dah. Kurang uang jajan apa gimana" keluh Gaga pada teman teman lainnya.
"Tau ah, pusing gue ngadepin mereka berdua. Udah biarin aja. Ntar baikan sendiri. Ga usah ikut campur. Ntar malah kena imbasnya. Kalau makin runyam, baru kita tanya tanyain mereka berdua" celetuk salah satu teman Lohan.
Mereka pun menyetujui ucapan temannya itu. Lebih baik mereka diam dulu. Jangan ikut campur. Mereka tidak mau menjadi sasaran amukan dua orang paling penting dan berkuasa di club motor ini.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Zara!" panggil Hisbi dari kejauhan.
Zara menoleh ke sumber suara. "Kenapa Bi?" tanya Zara kepo. Tumben sekali teman Lengkara ini memanggilnya. Ditambah cowok itu datang sendirian menghampirinya. Makin mencurigakan. Padahal Hisbi sama temen temannya ini udah seperti paket skincare yang ga bisa dibeli satuan. Alias sering bersama, kemana mana pasti bareng Lengkara dan Lohan.
Kenapa sekarang dia sendirian aja. "Gue mau ngomong sesuatu sama elo penting. Tapi ga disini. Pulang sekolah nanti temuin gue di cafe depan sekolah. Jangan sampai lupa ya, Zara" ucap Hisbi dengan mantap dan errrr tatapan lembut pada Zara.
"Ha?" Zara masih loading mencerna ucapan Hisbi. Hisbi tersenyum tipis melihat respon Zara. "Udah ga usah terlalu dipikirin. Pokoknya inget ya, tunggu gue di cafe depan" kata Hisbi mengingatkan Zara lagi sambil menepuk nepuk kepala Zara pelan.
"Oh oke oke"