Qianlu adalah putri dari sebuah keluarga jenderal terpandang. Namun sayangnya hidupnya tidak bahagia, akibat dia sendiri, datangnya seorang selir dan juga anak nya membuat ibu nya tersingkir dan mengakibatkan sikapnya menjadi arogan.
"Jika seandainya aku bisa memutar waktu kembali, maka aku tidak mau menjadi seperti ini...." ujarnya ditengah ambang kematian.
"Dimana aku...."
"Qian! Lihatlah ayahmu sudah kembali!"
"Aku menjadi kecil?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nilam Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Buah Bibir
Qian tetap pada posisinya. Meksipun telinganya kembali mendengar suara yang memerintahkan nya mengambil hiasan rambut itu. "Hei! Apakah kau tuli? Ambilkan hiasan rambut tuan putri." Kali ini, Qian menoleh ke belakang. Terlihat anak yang cukup tinggi darinya dan sepertinya usia mereka tidak jauh berbeda.
"Kau bicara padaku?" Ucap Qian.
"Iya, hanya kau yang ada!" Balasnya.
"Apa kau minta tolong padaku?" Tanya Qian yang membuat anak perempuan itu tertawa.
"Minta tolong? Hahahaha, tentu saja.... Tentu saja tidak mungkin!" Jawabnya dengan angkuh.
"Baiklah....." Jawab Qian singkat.
"Aku ini seorang tuan putri, kau harus....."
"Hei!" Qian melanjutkan langkahnya tanpa mempedulikan suara yang memanggil nya.
"Dia kurang ajar sekali! Tidak sopan, kejar dia!" Ucapnya pada sosok disebelahnya.
"Hei, aku bilang berhenti! Berhenti, aku bilang kau....aaaaaaa...." Karena terburu-buru dia menginjak gaun nya sendiri dan membuat dia terjatuh.
"Tuan putri!" Pekik kedua pendamping mungilnya.
"Aduh, sakit..... Ibu! Ayah!" Pekik nya, Qian berbalik dan melihat Tuan putri angkuh itu terjatuh.
"Astaga putriku!" Terlihat seorang wanita langsung mendekat.
"Ibu, sakit...."
"Astaga, kenapa bisa terjatuh?"
"Ibu, sakit sekali.... Kakiku sepertinya terkilir."
"Tuan putri mengejar nya, tapi dia tidak mendengar!" Loh.... Seenaknya jari itu menunjuk pada Qian.
Sontak wanita itu melirik pada Qian. "Kenapa? Apa yang ia lakukan?"
"Dia tidak mengembalikan hiasan rambut ku..." Jawab putrinya. Astaga, baru saja Qian mendaratkan kaki disini, ia bertemu dengan orang yang bersikap seperti ini? Lagi?
"Kau mencuri hiasan rambut putriku! Iya!"
"Kenapa diam! Ayo bicara!" Ucapnya ketika melihat Qian hanya diam.
"Hei, apa kau tuli?"
"Periksa dia!" Titahnya pada pelayan, tapi Qian langsung mengelak.
"Kenapa kau mengelak?"
"Karena aku tidak melakukan nya."
"Dia bohong!"
"Aku tidak bohong....."
"Lihat di kakinya ibu, jepit rambut ku ada di kakinya!" Tentu saja teriakan itu menjadi pusat perhatian.
"Periksa dia! Cepat!" Tapi tubuh Qian seperti belut.
"Ini, lihatlah kakiku!"
"Astaga, tidak sopan sekali!" Qian mengangkat satu kakinya bergantian dengan cepat.
"Ibu lihat! Dia....."
"Apa yang terjadi?" Sedangkan Jun Hui yang sedang berada dengan tamu lain tampak penasaran dengan apa yang terjadi di sisi kanan.
"Tuan putri Shiba terjatuh karena mengejar pengambil hiasan rambut nya." Sontak orang-orang ikut kesana.
Jun Hui yang mendekat langsung terkejut ketika putrinya dipegangi oleh kedua pelayan. "Qian....."
"Ayah!"
"Ada apa ini? Kenapa memegangi putriku?" Jun Hui langsung mendekap tubuh putrinya.
"Ini putrimu? Katakan padanya untuk tidak membuat ulah dan mengembalikan hiasan rambut putriku."
"Qian tidak mengambil nya." Jawab Qian.
"Maaf, sepertinya ada kesalahpahaman. Putriku tidak mungkin melakukan nya."
"Kalau begitu kenapa putrimu itu diam saja dan terus memberontak! Kalau dia tidak bersalah!" Jun Hui menatap wajah putrinya.
"Karena Anda tidak bicara yang sopan padaku. Tidak bicara lembut, padahal aku seusia putri anda juga. Aku tidak mengambil nya, hiasan rambut itu jatuh di hadapanku. Itu dia! Warnanya yang hijau memerlukan ketelitian dalam mencari nya, selain itu dia terjatuh karena mengejar ku. Apa aku salah, aku tidak mengambil kan nya karena dia tidak meminta tolong padaku. Dia juga berteriak memanggil ku ayah. Padahal, jarak kami dekat."
"Selendang gaun nya terlalu panjang, jadi terinjak sendiri." Setelah mendengar penjelasan putrinya, Jun Hui mengambil hiasan rambut itu.
"Ini hiasan rambut putri Anda. Alangkah baiknya jika mendengarkan kedua belah pihak. Apalagi, ini anak-anak."
"Ayo Qian....."
"Apa kau tidak tau siapa aku?"
"Saya mengenal Anda. Dan tentunya orang-orang juga begitu. Tapi, sebagai seorang menantu dari sebuah kerajaan, akan lebih baik jika bicara yang santun dan lembut pada orang lain. Tanpa melihat kedudukannya." Jun Hui melanjutkan langkahnya dan tentunya ada bisik-bisik dari kejadian ini.
"Ayah!" Panggil Shiba.
"Suamiku, putri kita....."
"Ganti pakaiannya dan juga katakan padanya untuk bersikap yang baik. Kenapa kau lakukan itu Shiba? Kita sedang bertamu, ayah melihatnya... Kenapa kau bersikap seperti itu?"
"Suamiku......" Pria itu mengangkat tangannya agar istrinya diam lebih dulu.
"Aku bicara pada putri kita. Kau tidak perlu ikut campur dulu. Tadi kau sudah ikut campur istriku, dan lihatlah hasilnya. Semoga saja wajahku masih ditatap oleh kaisar xang dan keluarga nya setelah ini."
Melihat kedua orang tuanya jadi berdebat dari dia juga ikut disalahkan, putri Shiba kesal pada Qian. 'Awas saja dia... Aku akan balas!'
**************
"Apa ayah marah?" Tanya Qian setelah mereka tiba di sebuah taman dengan ayunan.
"Tidak, kenapa bicara begitu?" Jun Hui mendudukkan putrinya di ayunan itu.
"Karena ayah diam saja." Jun Hui tersenyum lembut, dia mengelus lembut pipi putrinya.
"Karena putri ayah melakukan hal yang benar." Ucap Jun Hui.
"Aku berusaha sopan. Tapi dia terus saja menyalahkan ku dan memotong pembicaraanku. Bukankah kita tidak boleh berdebat dengan orang seperti itu ayah?" Jun Hui mengangguk, dia merasa bangga pada putrinya.
"Ayah bangga padamu. Jika ini menjadi permasalahan, maka kita akan pulang. Kita tidak perlu berada di tempat yang tidak menghargai orang lain."
"Tapi aku yakin tidak akan. Ayah terkenal disini!" Alis Jun Hui terangkat mendengar nya.
"Terkenal?" Qian mengangguk mantap.
"Iya, karena ayah sibuk bicara dengan mereka dan melupakan aku sejenak." Jawab Qian, Jun Hui langsung tertawa kecil dan mengayunkan ayunan yang membuat Qian tertawa riang.
"Sungguh?"
"Iya, semua orang membicarakan nya."
"Apa dia seorang tuan putri?"
"Aku rasa tidak!"
"Wah, aku jadi penasaran..... rasanya pesta penobatan dipercepat saja. Bukan begitu teman?" Ucapnya seraya menatap teman nya yang sedang memanah.
"Aku tidak tertarik dengan urusan pertengkaran tuan putri." Ucapnya.
"Tapi lawan nya bukan tuan putri, dan bukankah itu menarik?"
Bersambung.......
jangan lupa like komen dan favorit serta hadiah nya ya terimakasih banyak 🥰 🙏 🙏