Cinta yang terhalang restu dan rasa cinta yang amat besar pada kekasihnya membuat Alea Queenara Pradipta mau menuruti ide gila dari sang kekasih, Xander Alvaro Bagaskara. Mereka sepakat untuk melakukan hubungan suami istri di luar nikah agar Alea hamil dan orangtua mereka mau merestui hubungan mereka.
Namun di saat Alea benar-benar hamil, tiba-tiba Xander menghilang begitu saja. Bertemu lagi lima tahun kemudian, tetapi Xander telah menikah.
Lalu bagaimana nasib Alea dan anaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marica, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Romi
"Mami," panggil Axelio.
Alea berada di ruang makan, duduk berhadapan dengan laptop. Perempuan itu sedang memeriksa pekerjaannya lantas menoleh ke asal suara, melihat Axelio datang menghampirinya. "Ada apa Axel? Axel laper?"
Axelio menggeleng lantas menarik kursi di samping kursi yang Alea dudukki. Alea yang melihat itu membantu Axelio.
"Axel ingin bicara serius sama Mami," ucap Axelio setelah duduk di kursinya, kedua tangannya dilipat di atas meja.
"Oh iya." Alea menutup laptopnya, lantas menopang dagu dengan tangannya. "Axel mau bicara apa sama Mami?" Wajah bocah itu sangat lucu meskipun dalam mode serius atau dingin sekalipun.
"Benar Mami sama papi belum menikah saat Axelio ada di perut Mami?" tanya Axelio.
Ekspresi wajah Alea berubah seketika, senyuman yang menghiasi wajahnya luntur seketika. Jujur Alea terkejut dengan pertanyaan yang Axelio lantaran. Bagaimana bisa bocah empat tahun melontarkan pertanyaan seperti itu.
"Axel sudah tahu kenapa maminya Mohan mengatakan aku ini anak haram, juga kenapa om Kevin mengatakan Mami perempuan murahan," ujar Axelio. "Itu karena Mami sama papi belum menikah saat Axel ada di perut Mami. Axel benar, 'kan?"
"Axel, Mami tidak tahu bagaimana caranya kau bisa memahami situasi ini. Tapi … Axel, kau masih anak-anak. Jangan mengurusi masalah orang dewasa, okey. Urusan Mami sama papi, itu akan menjadi urusan Mami. "Sekarang lebih baik Axel siap-siap. Kita jalan-jalan yuk!" ajak Alea bermaksud untuk menghentikan obrolan mereka.
"Okey, Mami." Axelio menunjukkan jarinya yang membentuk huruf O.
Alea membantu Axelio turun dari kursi, membiarkan bocah itu untuk bersiap. Senyumnya membingkai di wajahnya melihat Axelio. Beruntung dirinya diberikan anak yang begitu pintar seperti Axelio, meskipun terkadang merepotkan dengan pertanyaan-pertanyaan di luar logika anak usia empat tahun.
"Terima kasih, Xander, kau sudah menghadirkan anak yang begitu pintar seperti Axelio," batin Alea.
Tidak ingin membuat Axelio menunggu, Alea juga menyudahi pekerjaannya, beranjak dari tempat itu, mengayunkan langkah menuju kamarnya sendiri. Alea membuka wardrobe, memilih salah satu baju di sana. Jumpsuit lengan dan celana pendek, dengan motif garis-garis berwarna biru dan putih menjadi pilihan Alea.
Setelah memakainya, Alea berdiri di depan meja rias. Menyisir rambutnya yang panjang bergelombang dan membiarkannya tergerai. Wajahnya ia poles dengan make-up tipis.
Alea keluar dari kamar, pandangannya menemukan Axelio sedang duduk dengan memangku satu kaki dan kedua tangannya dilipat di dada. Penampilan Axelio begitu memukau, kaos berwarna putih dibalut dengan kemeja berwarna hitam yang sengaja tidak dikancing, dipadukan dengan celana cargo warna hitam yang panjangnya sampai mata kaki. Yang membuat Alea tercengang adalah, bocah itu memakai topi berwarna hitam dan juga masker warna senada.
"Axelio, kenapa pakai masker? Kau sakit, Nak?" Alea meletakan tas ke atas meja lantas duduk di samping Axelio, menempelkan punggung tangannya ke kening Axelio, memeriksa suhu tubuh bocah itu.
"No, Mami. Axelio baik-baik saja." Axelio menjauhkan tangan Alea yang berada di wajahnya.
"Lalu kenapa pakai masker?" tanya Alea.
"Axel tidak mau ada yang mengenali Axel. Wajah Axel mirip sekali dengan Papi," jawab Axelio.
"Jangan ngada-ngada, Axelio. Kau anak papi, bagaimana tidak mirip dengannya," ujar Alea.
"Axel tidak mau ada yang menghina, Mami. Mengatai Mami perempuan murahan karena hamil di luar nikah," ucap Axelio. "Ingat pertemuan Mami sama teman Mami di taman waktu itu, bukan?"
"Ck, Axel …." Alea memeluk Axelio. "Mami minta maaf."
"For?"
"Mami sudah nyusahin Axel."
"No, Mami. You are the best."
Alea mengulas senyum lantas mencium kening Axelio, matanya basah karena haru.
"Don't cry, Mami." Axelio mengusap air mata di sudut mata maminya.
"Mami tidak menangis." Alea juga mengusap air mata di sudut matanya untuk sendiri. "Ayo kita pergi sekarang. Karena hari ini Axel jadi anak baik, Mami akan belikan Axel mainan."
"Two toy?"
"One toy, Axelio."
"Baiklah."
"Good, Boy." Alea mengacak-acak rambut Axelio.
Keduanya lantas keluar dari apartemen, berjalan kaki sambil bergandengan tangan. Letak pusat perbelanjaan berseberangan langsung dengan gedung apartemen tempat tinggal mereka. Keduanya memutuskan untuk berjalan kaki, menyeberangi jembatan penyeberangan.
Tidak butuh waktu lama mereka sampai di pusat perbelanjaan. Karena waktu sudah malam, Alea mengajak Axelio lebih dulu ke restauran untuk makan malam. Putranya meminta makanan khas negeri sakura, Alea langsung menyetujuinya.
Keduanya pergi ke restoran yang menyajikan makanan dari negeri sakura. Kedatangan mereka disambut oleh salah satu pegawai di restoran itu.
"Meja untuk dua orang ya," pinta Alea.
"Baik," sahutnya ramah. "Silahkan ikut saya, Nyonya!" ucap salah satu pegawai di restoran itu. Mereka diarahkan ke meja untuk dua orang.
"Kau mau apa, Axel?" tanya Alea sembari membuka buku menu.
"I want Sushi, Ramen, Strawberi juice, and cheesecake," jawab Axelio.
"Banyak sekali. Yakin bisa habis?" tanya Alea disambut anggukkan oleh Axelio. "Baiklah." Alea menberikan buku menu kepada pegawai di sampingnya. "Berikan makanan yang anak saya sebut masing-masing dua porsi, kecuali Sushi, berikan satu porsi saja."
"Baik, Nyonya. Ditunggu pesanannya!" balas pegawai itu.
Sambil menunggu pesanannya datang, Alea mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat itu. Tidak sengaja Alea melihat Romi. Sepertinya ayahnya baru saja selesai pertemuan.
Kangen? Jelas
Anak mana yang tidak merasa rindu dengan ayahnya. Apalagi hubungan mereka sangat dekat sebelumya.
Saat tengah memerhatikan ayahnya, tiba-tiba Axelio berlari ke arah Romi. Mata Alea terbelalak lantas beranjak dari tempat duduknya untuk menyusul Axelio.
"Axelio," panggil Alea.
"Kakek."
Alea berhenti beberapa langkah di belakang Axelio, terkejut mendengar Axelio memanggil Romi dengan sebutan kakek. Hatinya was-was, menanti reaksi Romi. Jantung Alea berdetak sangat kencang saat Romi mulai berbalik. Napasnya seolah tercekat saat pandangannya bertemu langsung dengan Romi.
"Kakek."
Pandangan Romi turun saat mendengar anak kecil memanggilnya dengan sebutan kakek. Saat itu Axelio tidak sedang memakai maskernya, memperlihatkan wajah Xander yang melekat pada wajah anak itu. Romi langsung mengetahui jika bocah di depannya anak dari Alea, itu berarti bocah itu adalah cucunya. Namun kebencian akan keluarga Bagaskara membuat Romi menutup mata hatinya.
"Jangan panggil aku kakek! Aku bukan kakekmu!" larang Romi.
"Siapa juga yang mau punya kakek angkuh sepertimu," balas Axelio dingin.
"Axel, watch your mouth," tegur Alea.
"Apa kau tidak bisa mengajari anakmu sopan santun?' tegur Romi pada Alea. Nada bicaranya menunjukkan jika dirinya marah.
"Maafkan aku, Pa--- maksud saya maafkan saya, Tuan," koreksi Alea.
"Jangan marahi Mami Axel!" tegur Axel sembari berkacak pinggang seolah sedang menantang Romi.
Seketika kejadian itu menjadi pusat perhatian pengunjung restoran lain. Mereka saling bicara sambil berisik-bisik. Suasana sudah tidak kondusif, hingga manager restoran itu menegur mereka.
"Maaf, jika kalian ada masalah pribadi tolong selesaikan di luar! Perdebatan kalian bisa mengganggu pengunjung lain," tegur manager itu.
Alea mengangguk, "Maafkan kami sebelumnya. Axel, ayo kita kembali ke meja."
"Sebentar, Mami," cegah Axelio lantas mengarahkan pandangannya ke arah manager restoran. "Maaf Uncle, Axel tidak ingin membuat keributan. Axel hanya ingin memberikan dompetnya yang jatuh. Tapi dia yang marah hanya karena Axel memanggilnya kakek." Axelio mengulurkan tangannya, menunjukkan dompet milik Romi yang ia ambil saat Romi tidak sengaja menjatuhkannya.
Semua orang langsung melihat ke arah Romi, jelas dengan tatapan tidak suka.
astaga kapan dapat karma dia
penasaran dengan ortu Xander saat tau ada cucu nya
pasti seru