NovelToon NovelToon
Switch World

Switch World

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Tokyo Revengers / Dunia Lain / Perperangan / Anime / Fantasi Isekai
Popularitas:770
Nilai: 5
Nama Author: Mz Arip

Dari dunia nyata menuju dunia lain, sedangkan dari dunia lain menuju dunia nyata?

Itulah yang dirasakan oleh seorang berandal bernama Arip Suhardjo dan seorang Peri kegelapan bernama Sabilia Von Kurayami dimana meski mereka adalah sosok nakal, mereka berkiblat ke arah yg berlawanan setelah mereka pindah dunia! Penasaran dengan kehidupan mereka di dunia yang berbeda? Ayo ikuti terus kisah Arip dan Sabilia!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mz Arip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14 - Tragedi

Sudah seminggu setelah kehilangan Arip. Ibu, Azizah, bahkan Nasha tidak mengetahui, sebenarnya Arip telah berpindah ke Alam lain. Akan tetapi, mereka tidak mengetahui akan hal itu. Di Sekolah, Nasha memang memiliki banyak teman. Dia punya geng. Jadi, ia tidak terlalu memikirkan akan Arip. Akan  tetapi, ia selalu memikirkan Arip kita melewati STM 5, yaitu STMnya Arip. Dan ketika ia berlatih kendo, ia juga selalu akan teringat pada Arip.

Sementara itu, Azizah pun juga merasa hidupnya hampa pada saat ini, dikarenakan tidak ada kakaknya. Kakaknya kadang menyebalkan. Akan tetapi, dia adalah salah satu orang paling terpenting dalam hidupnya.

Di Sekolah, tak jarang juga Azizah sering murung.

"Zah. Dipanggil Guru tuh!" kata temannya.

"Iya bu, kenapa?" tanya Azizah.

"Kenapa? Kamu ini niat belajar ga sih? Kamu Sekolah mau belajar atau murung?" tanya Guru.

"Be-belajar, Bu." kata Azizah.

"Fiuh. Ya sudah, saya maafkan perbuatanmu. Sekarang, jawab pertanyaan Ibu." perintah Guru.

Ya, begitulah Azizah. Ia kadang suka ditegur oleh Guru karena sering melamun memikirkan Arip yang menghilang entah kemana. Sementara itu, di Kantin, Azizah makan hanya sedikit-sedikit. Ia tidak nafsu makan, dikarenakan masih teringat akan kakaknya. Tak lama kemudian, Nasha datang dan menepuk pundak Azizah yang sedari tadi melamun.

"Ah, Kak Nasha ngagetin aja." kesal Azizah.

"Masih mikirin Kakak kamu ya?" tanya Nasha.

Azizah mengangguk.

"Sama, sebenarnya aku juga mikirin dia terus. Entah kemana dia menghilang. Menurut kamu, dia hilang kemana sih?" tanya Nasha.

"Entahlah. Tapi aku berharap, kalau kakak baik-baik aja. Aku berharap kakak masih hidup dan nanti kembali dalam keadaan sehat wal afiat, Kak Nasha. Omong-omong, kakak selama kendo gimana meski tanpa Kak Arip?" tanya Azizah.

"Sebenarnya, nafsuku dalam kendo mulai menghilang semenjak hilangnya Arip. Setiap kali aku duel, aku selalu aja inget sama si Arip. Tapi, aku coba untuk bangkit dari keterpurukan ini. Aku harus bisa! Dan kamu juga pasti bisa, Azizah!" kata Nasha menyemangati Azizah.

Sepulang Sekolah, pada saat Azizah pulang, ia tak sengaja mendengar percakapan Ibu dan dua pelanggannya.

"Jadi, sampai sekarang, Arip masih belum ditemukan, Bu?" tanya pelanggannya.

"Iya. Tim SAR bilang kalau Arip sudah mati. Tapi saya masih yakin kalau anak saya baik-baik aja, Pak." kata Ibu.

Pada saat Ibu menutup Warung makannya, Azizah bertanya kepada sang Ibu.

"Ibu masih kepikiran sama Kakak ya?" tanya Azizah.

Sebenarnya, pertanyaan itu sudah berulang kali ditanyakan ketika sang Ibu mendengar atau membahas mengenai Arip, Putra sulungnya. Jutaan kali ditanya oleh Azizah, dan jutaan kali dijawab oleh sang Ibu.

"Sebenarnya, udah ke berapa kali ibu mikirin Arip, lalu kamu nanya, dan ibu jawab?" tanya Ibu.

"Entahlah bu." kata Azizah.

Azizah kemudian mencoba untuk mengalihkan topik pembicaraan. Dimana, ia bertanya mengenai Nenek Azizah yang akan segera datang kesini dari Kampung menuju Kota.

"Oh iya bu, Nenek sama 'sepupu baru' aku kemana ya?" tanya Azizah.

Benar saja, Ibu serasa melupakan mengenai Arip.

"Oh Nenek. Ya, masih diperjalanan. Sabar aja. Nanti kamu juga tahu siapa sepupu baru kamu itu." kata Ibu.

Sementara itu, Nek Salimah dan Zahra masih dalam perjalanan menuju Kota. Beberapa jam kemudian, mereka akhirnya sampai di Kota dan kini, mereka akan mencari Rumah Azizah.

"Akhirnya, sampai juga kita di Jakarta. Nah, disini nih, cucu-cucu Nenek tinggal. Ibu mereka bekerja sebagai pengelola Warung makan. Warung makan mereka itu ga pernah sepi. Kayak orang pake penglaris. Tapi, Nenek mendidik dengan keras agar sukses dengan usaha mereka sendiri." kata Nek Salimah.

"Nek, kalau boleh tahu, Nenek punya berapa cucu?" tanya Zahra.

"Dua. Satu cowok, satu cewek. Yang cowok namanya Arip. Dia itu bersekolah di STM. Sekolah Teknik Menengah. Cita-cita dia itu seorang insinyur mesin. Kalau yang cowok namanya Azizah. Jago taekwondo!" kata Nek Salimah.

Tak lama kemudian, pada saat mereka ingin mencari taksi, mereka malah melihat ada komplotan Preman yang sedang memalak seorang wanita.

"TOLONG! TOLONG! JAMBRET!"

Zahra dan Nek Salimah mendengar teriakan itu.

"Nek, aku kesana dulu ya! Kasihan dia!" kata Zahra.

"Eh mau kemana? TUNGGU AZIZAH! TUNGGU!"

Zahra dengan cepat menghampiri perempuan itu untuk ditolong. Zahra mengeluarkan kekuatan telekinesisnya hingga beberapa preman itu terpental.

"AAARGGHH!"

Kejadian itu, tak sengaja dilihat oleh seseorang yang sedang berjalan. Melihat itu, orang itu langsung menelpon seseorang. Ternyata, orang itu berasal dari geng Mafia yang ternyata mengincar telekinesis milik Zahra. Ya, gengnya Yanwar dari geng Mafia bernama Killer Mamba.

"Ada apa?" tanya Yanwar.

"Bos, aku melihatnya bos! Ada gadis dengan telekinesis atau apalah itu yang kemarin sempat dibahas."

Mendengar itu, Yanwar langsung kaget.

"Hahaha... Akhirnya ketemu juga! Dimana?" tanya Yanwar.

Setelah anak buahnya memberi tahu lokasi dimana Zahra berada, Yanwar mengerahkan anak buahnya untuk menangkap Zahra.

"Cepat tangkap gadis dengan ciri-ciri ini. Berambut ungu, berkulit putih cerah, dan dia memiliki telekinesis. Di lokasi yang sudah disebutkan. Mengerti kalian?" tanya Yanwar.

"SIAP MENGERTI!"

Setelah mengerti, anak buah Yanwar kemudian langsung pergi ke lokasi itu. Sesampainya disana, anak buah Yanwar langsung mencari keberadaan Zahra. Di posisi Zahra, setelah selesai menolong korban jambret itu, Zahra langsung menghampiri Nek Salimah.

"Maaf ya, Nek. Aku ga sengaja keluarin kekuatan aku. Aku aslinya cuma mau nolongin cewe itu tapi malah kelepasan." kata Zahra.

"Gapapa. Yang penting, korban itu selamat. Yaudah, ayo kita cari rumah mereka." ajak Nek Salimah.

Mereka kemudian mencari keberadaan Rumah cucu-cucu Nek Salimah. Tak lama kemudian, mereka dicegah oleh seseorang.

"Kamu perempuan berambut ungu itu ya?" tanya mereka.

"Iya? Kenapa memangnya?" tanya Zahra.

"Kau adalah pemilik kemampuan telekinesis itu. Akhirnya aku menemukanmu juga. Ikutlah dengan kami, gadis berambut ungu." perintahnya.

Melihat hal itu, Nek Salimah mencoba untuk melindungi Zahra.

"Saya tidak akan biarkan kalian menyentuh Cucuku!" kata Nek Salimah mencoba melindunginya.

Akan tetapi, Nek Salimah gagal melindungi Zahra.

"Pergi tua bangka." kesal mereka.

Zahra akhirnya tersudutkan oleh mereka.

"Ikutlah dengan kami." katanya.

Zahra secara spontan kemudian mengeluarkan ilmu telekinesisnya dan menghempaskan mereka.

"Sialan. Ga terima gw."

Dan pada akhirnya, Zahra harus bertarung melawan para gangster itu.

"BUGH! BUGH! BUGH!"

Meski Zahra tidak pandai bela diri, ia hanya menghindari serangan mereka yang menggunakan senjata tajam. Entah beruntung atau lincah, ia hanya menghindar saja.

"Gila nih cewek. Susah banget dikalahin!"

"Sialan lo! HIYAAAAH!"

Dan disaat-saat itu, Zahra menggunakan ilmu telekinesisnya, lalu menyerang mereka satu persatu hingga mereka terjatuh.

"AARGHH! GUE GA AKAN KALAH DARI CEWEK KAYAK LO!"

Anggota Mafia Yanwar kemudian menyerang dengan senjata api.

"MATI LO!"

Salah satu dari mereka kemudian mencoba menghentikan aksinya karena perintah Yanwar adalah menangkap Zahra hidup-hidup.

"WOI LU GILA YA? KATA BOS HARUS BAWA CEWE ITU HIDUP-HIDUP!"

"PERSETAN! Yang penting dia mampus!"

Anak buah Yanwar kemudian melepaskan tembakan pada Zahra.

"DOR!"

Akan tetapi, tembakannya meleset dan mengenai Nek Salimah.

"AAARRGGGHH!"

"Ck! Sialan!"

Ia mencoba menembak Zahra untuk kedua kalinya. Akan tetapi, rekannya kali ini menghentikan aksinya dan menyuruhnya untuk pergi. Lagi dan lagi, ia ngotot untuk membunuh Zahra.

"MATI LO CEWEK SIALAN!" kesalnya.

Zahra kemudian memakai telekinesisnya dan membuatnya terhempas.

"BUGH!"

Setelah menyerang Zahra kemudian pergi menghampiri Nek Salimah untuk memastikan apakah Nek Salimah baik-baik saja.

"Nek, Nek, Nek Salimah, Nenek kenapa, Nek?" tanya Zahra.

Zahra berinisiatif untuk membawa Nek Salimah ke Rumah sakit. Akan tetapi, peluru itu ternyata menancap pada jantung Nek Salimah. Sehingga, nyawanya tak akan mampu bertahan lebih lama lagi.

"Nek, ayo kita ke Rumah sakit, Nek. Kita obatin luka Nenek ya..." kata Zahra.

"Engga usah, Zahra... Nenek... Udah ga sanggup lagi. Ma-maafin Nenek ya..." kata Nek Salimah.

"Nek, ga boleh ngomong kayak gitu. Ayo kita ke Rumah sakit. Nenek masih bisa diobatin kok." kata Zahra.

Nek Salimah menggelengkan kepalanya.

"Udah, Cu, udah... Sampaikan kematian ini, pada anak dan cucu-cucu Nenek ya, Zahra..."

Dan itulah pesan terakhir dari Nek Salimah. Dan Nek Salimah pun menghembuskan nafas terakhirnya lalu meninggal.

Pada akhirnya, Zahra membawa kembali Nek Salimah ke kampung. Keesokan harinya, jenazah Nek Salimah dimakamkan di pemakaman umum.

"Yang sabar ya, Zahra. Saya harap kamu tabah dan menerima kematian Nenek baru kamu. Saya dan beberapa warga juga mengucapkan turut berduka cita pada almarhumah nenek."

Tak lama kemudian, Ibu Arip dan Azizah datang dan langsung memeluk batu nisan sang Nenek sambil menangis.

"Hiks... Hiks... Hiks... Ibu..." tangisnya.

"Nenek... Kenapa Nenek ninggalin aku? Bukannya Nenek mau ngunjungin Rumah aku sama sepupu baru, Nenek?" tanya Azizah.

Mendengar itu, Zahra langsung merasa terpanggil.

"Iya itu aku." kata Zahra.

Azizah menoleh ke arah Zahra.

"Perkenalkan Ibu dan Adik, nama saya Zahra. Saya adalah cucu dari Nenek Salimah. Saya ditemukan oleh Beliau di jalan lalu beliau menolong saya." kata Zahra memperkenalkan dirinya.

"O-Oh... Begitu ya.." kata Azizah.

Reflek, Azizah kemudian memeluk Zahra. Zahra membalasnya dengan pelukan dan mengelus punggungnya, demi bisa meredakan kesedihannya.

Semenjak saat itu, Rumah Nek Salimah dijual oleh Ibu Arip. Dan Zahra kini tinggal di Kota bersama dengan Azizah dan Ibu Arip.

"Selamat datang di Rumah Ibu ya, Zahra. Anggap aja Rumah sendiri." kata Ibu.

Azizah kemudian menarik tangan Zahra untuk membawanya masuk ke dalam untuk memperkenalkan kamar baru Zahra. Ya, Azizah membawa Zahra ke kamar tidur Arip, kakaknya.

"Kamar siapa ini?" tanya Zahra.

"Kamar Kak Zahra lah. Masuk aja udah. Mulai sekarang, kakak jadi kakak baruku, Kak! Selamat menikmati kamarnya!" kata Azizah kemudian menutup pintu dari luar membiarkan 'kakak barunya' itu untuk beradaptasi di kamarnya.

"Kakak baru ya?" tanya Zahra yang mencerna maksud Azizah.

Dan inilah titik awal dari kehidupan Zahra di Keluarga Arip meski Zahra tidak tahu siapa itu Arip dan dari mana asalnya dia.

Bersambung

1
Harbinger
keren mas R novelnya
Andra Rafiansyah: thanks kawan
total 1 replies
Kakashi Hatake
Mantap jiwa!
Andra Rafiansyah: widih ada Guru Kakashi. Ajak Narutonya dong biar ramaikan novel saya hahahha
Andra Rafiansyah: widih ada Guru Kakashi. Ajak Narutonya dong biar ramaikan novel saya hahahha
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!