Sugih Ronggeng merupakan kisah terdahulu hingga kini yang tidak pernah usai (terkecuali). Nadia merupakan gadis cantik dari keluarga Kartaca yang ia ketahui bahwa dirinya merupakan cucu ke 7. Banyak kejadian yang tidak Nadia pahami, namun Nadia yakin, di ujung sana "pasti ada penawarnya".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RAYYA , isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dilema
"Sanddiiiii" Tak henti - henti Atik menangis sembari melihat kondisi anaknya yang sudah tidak bernyawa lagi.
Atik dan Surya ikhlas dengan apa yang sudah terjadi kepada anak bungsunya itu.
Atik dan Surya pun membawa mayat Sandi menuju ke kota.
Sandi pun di makamkan. Nadia sepupu Sandi yang melihat prosesi pemakaman Sandi merasa bersalah karena ide nya berkunjung ke desa Aden dan mengajak Sandi adalah petaka tersendiri untuk Sandi.
"Kenapa Bu, kenapa Ayah? Kenapa semua ini bisa terjadi? Sebetulnya apa yang sedang Ayah dan Ibu tutupi dari Neng?" Tanya Nadia kepada kedua orangtuanya.
Ayah Nadia yakni Amirudin menghela nafas sejenak dan mencoba menceritakan secara rinci kepada Nadia. Amirudin dan Arum menganggap bahwa Nadia berhak tahu silsilah keluarganya.
"Neng, Ua teu tiasa maafkeun Neng" (Neng, Ua tidak bisa memaafkan Neng) Ucap Atik kepada Nadia.
"Gara - gara Neng, Sandi teu ayaaaaaa" (Gara - gara Neng, Sandi sekarang sudah tiada) Timpal Atik kepada Nadia.
"Husssss, teu kenging kitu Neng" (Husss, tidak boleh begitu Neng) Jawab Surya suami Atik.
"Nanaon ge atos takdirna" (Apapun itu, sudah takdir) Timpal Surya.
Atik pun tidak menggubris pernyataan suaminya. Dirinya merasa terpukul karena di usia yang sudah tidak muda lagi mendapatkan musibah yang begitu besar. Selama ini tidak pernah sekalipun Atik mendapatkan masalah yang berkaitan dengan masa lalunya. Namun semenjak Nadia mengulik masa lalu keluarganya itu membuat arwah jahat kembali bangkit dan meneror keluarga Kartaca.
Sejak kepergian Sandi, baik Atik ataupun Arum sudah jarang berkomunikasi lagi, bahkan di ambang terputusnya silaturahmi.
2 Tahun sudah kematian Sandi berlalu, baik keluarga Atik ataupun keluarga Arum mendapati kedamaiannya masing - masing. Tidak terdengar bahkan tidak pernah mendapatkan teror apapun.
Usia Nadia saat ini 25 Tahun. Dan orangtua Nadia terus mendesak Nadia untuk segera mendapatkan pendamping. Arum dan Amirudin sudah sangat tua jika dilihat dari segi angka. Karena proses untuk mendapatkan Nadia sewaktu dulu, butuh puluhan tahun lamanya. Ya, Nadia lahir ketika usia Arum sudah mencapai 45 Tahun. Tentu saja ketika Nadia berusia 25 Tahun ini, Arum sudah terhitung sangat tua. Cita - cita Arum dan Amirudin tidak neko - neko, hanya ingin melihat Nadia bisa berkeluarga dan memiliki pasangan yang baik.
"Neng, sudah ada calon?" Tanya Arum kepada Nadia.
"Ibu, kenapa sih Ibu selalu bertanya tentang calon - calon dan calon?" Jawab Nadia dengan nada sedikit kesal.
"Neng, jangan seperti itu kepada Ibu. Ayah dan Ibu usianya sudah tidak muda lagi, jadi hal yang wajar kenapa Ibu bertanya seperti itu kepada Neng" Timpal Amirudin Ayahnya Nadia.
"Iya Ayah, Neng paham. Neng juga sedang mengusahakan untuk segera mendapatkan pendamping kok. Tapi rasa - rasanya siapa yang mau sama Neng? Neng saja sibuk dengan pekerjaan, ingin melanjutkan studi S2 juga" Jawab Nadia.
"Neng, tahu tidak? Neng benar - benar definisi buah yang jatuh tidak akan jauh dari pohonnya" Sahut Amirudin Ayahnya Nadia.
"Maksud Ayah?" Tanya Nadia.
"Iya Neng, Neng persis seperti Ibu. Dulu, Ibu pun sama seperti Neng saat ini yang ambisius dalam mengejar pendidikan dan karir. Ayah pun lumayan lama menunggu Ibu untuk siap di lamar" Jawab Amirudin.
"Nah kan, jangan bertanya terus kalo begitu. Jawabannya hanya satu. Neng belum dapat jodoh karena dulu pun Ibu jodohnya lama" Sahut Nadia.
Amirudin pun menutup percakapan tersebut dan merangkul Arum istrinya dan berbisik,
"Sabar nya Neng, mugia Gusti Allah nga enggalkeun masihan jodoh kangge Neng Nadia" (Sabar ya Neng, semoga Allah SWT segera memberikan jodoh untuk Neng Nadia) Ucap Amirudin.
"Aamiin Kang" Jawab Arum.
