NovelToon NovelToon
SEKEPING HATI UNTUK SAHABAT

SEKEPING HATI UNTUK SAHABAT

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Anggun

Gue sebenarnya suka sama Lo, Lo mau gak jadi pacar gue?

Mata Zea terbelalak rasa bahagia tak terkira saat mendengar ucapan Fero
Namun hanya seketika rasa bahagia itu hilang saat mendengar kelanjutan ucapan Fero
Kira-kira kalau gue ngomong begitu diterima apa gak ya sama Shena?"
"Hah, Shena?"
"Iya gue suka sama Shena, Ze. Gue mau jadiin dia pacar gue. Gimana menurut Lo?"
Zea menelan salivanya dengan susah payah. Lagi-lagi dia tertipu dengan ucapan sahabatnya yang selalu menggantung itu.
Zea gadis cantik berhidung mancung yang mencintai sahabatnya sendiri. suatu hari dia pernah tidak sengaja mengucapkan perasaannya tapi malah ditertawakan oleh Fero.
Sahabat tetaplah akan menjadi sahabat tidak pernah berubah menjadi cinta. itu yang selalu Fero usapkan pada Zea
Fero yang tidak peka terhadap perasaan Zea malah berusaha mengejar cinta Shena

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SAHABAT 14

Berhubung gadis yang ada di video masih dalam proses penjemputan dari pihak sekolah, saya minta Pak Bima dan istri untuk menunggu sebentar lagi “Kata pak Ridwan, dia sedikit menyesal kerena membuat orang sepenting Bima harus menunggu.

Shena memang tidak sekolah dan sekarang pak Ridwan sedang mengutus beberapa anggota OSIS untuk menjemput gadis itu agar bisa memberi penjelasan atas video yang beredar.

Tadi kata ketua OSIS mereka sedang OTW ke sekolah

Bima dan Rianda mengangguk, mereka siap menunggu penjelasan Shena tentang fitnah yang telah dia perbuat.

“Silahkan minum dulu pak” pak Ridwan meletakkan nampan berisi tiga gelas teh beserta sepiring kecil brownis yang telah diantarkan bu Lian. Paling tidak mereka menyuguhkan minuman untuk tamu penting yang tak terduga ini.

Rianda mengangguk “Terima kasih Pak”

Sementara Fero dan Bima menyandarkan punggung mereka ke sofa, tidak berminat sama sekali untuk mencicipi brownis dan teh tersebut.

Pintu ruangan BK itu terbuka, Eros sang ketua OSIS masuk dan di belakangnya ada Shena. Gadis itu masih memakai piyama tidur, sepertinya dia tidak sempat berganti baju saat di jempur Eros tadi.

“Nah, ini dia yang namanya Shena,” kata pak Ridwan, meminta Shena untuk duduk.

“Sekarang kita mulai saja ya. Saya minta kamu” tunjuk pak Ridwan kepada Shena. “Buktikan kalau memang Fero pernah melecehkan kamu”

Shena menelan ludah dengan susah payah, dia hanya menunduk tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

Semenit, dua menit sampai sepuluh menit berlalu, Shena belum juga membuka suara.

“Shena?” tegur pak Ridwan “Kenapa diam? Ceritakan semuanya. Tadi saya sudah mendengar cerita versi Fero, sekarang saya mau mendengar cerita versi kamu seperti apa.”

Pintu ruangan BK itu kembali terbuka, kini kepala sekolah masuk. Ia terlihat tergesa-gesa karena baru saja sampai di sekolah dan mendapat kabar jika ada Bima di ruang BK.

Sedangkan Shena masih menunduk, dia tak berani mengangkat kepalanya. Mulutnya seperti terkunci tak bisa bicara.

“Lo mau kasih kesan kalau lo lagi trauma, iya?” tanya Fero sinis, dia tahu semanipulatif apa Shena ini. “Lo mau ngerusak nama gue kan? Lo bisa ngelakuin hal buruk kayak gini. Sifat sama muka lo sama. Sama-sama buruk! Entah kesambet setan mana gue pernah suka sama lo. Najis!”

Shena tercekat, menyesal karena sudah bermain-main dengan Fero.

Brak!

Tiba-tiba Bima menggebrak meja dan membuat yang ada di sana terkejut semua, termasuk Fero. Pak Ridwan bahkan melonjak dari tempat duduknya, saking terkejutnya.

“Ngomong!” bentak Bima sambil menatap Shena dengan tatapan nyalang. “Jangan buang-buang waktu saya!”

Dengan susah payah Shena mengangkat wajahnya, dia tidak ada pilihan selain mengaku jika yang dikatakan di video itu semua dusta.

“Ma-maaf. Saya Cuma main-main, gak tahu kalau ada yang ngrekam terus nyebarin apa yang saya bilang,” ucap Shena pelan.

Terdengar dengusan kasar dari mulut Bima. Pria itu sepertinya menahan emosi. “Kamu pikir dengan bilang maaf semuanya bakal selesai?”

“Sa-saya akan bikin video klarifikasi kalau yang saya katakan di video viral itu semuanya bohong.” Kini Shena sudah berlutut.

“Video klarifikasi?” tiba-tiba Bima terkekeh, kekehannya membuat Shena merinding.

Gadis itu tahu kalau Bima terkekeh bukan karena senang.

“Saya setuju dengan Shena pak Bima. Lebih baik dia membuat video klarifikasi.” Kepala sekolah ikut bersuara karena suasana ruang BK itu tak lagi kondusif. Sedikit saja Shena salah bicara, maka meledaklah bapak singa.

Bima merapatkan bibir, berpikir keras kira-kira apa hukuman yang pantas untuk Shena yang tekah memfitnah Fero. Sebenarnya dia tidak setuju Shena membuat klarifikasi. Karena apa? Karena nanti pasti ada yang berpikir kalau Shena dipaksa membuat video klarifikasi tersebut, apalagi saat tahu siapa orang tua Fero.

Tapi, setelah dipikir-pikir, apa salahnya mencoba. Mana tahu apa yang dia pikirkan tidak terjadi.

“Oke, saya tunggu video klarifikasinya. Tapi, saya gak mau dengar komentar yang bilang kamu dipaksa membuat video klarifikasi. Kalau saya dengar ada yang berkomentar seperti itu siap-siap saja” ancam Bima dengan tatapan sinis.

Shena mengangguk cepat, ia ingin segera pergi dari pria mengerikan itu.

Bima berdiri sambil menggenggam tangan Rianda, mengajak istrinya untuk pergi. “tolong selesaikan pak, saya tunggu kabar baiknya” Ucap Bima kepada kepala sekolah.

Pria berkacamata tebal itu mengangguk. Memangnya apa yang bisa di lakukan selain mengangguk.

...ΩΩΩΩΩΩ...

“Fero!”

Pemuda tampan dengan gaya urakan itu menoleh ke belakang, ia melihat Zea berjalan mendekatinya.

“Ya Ze?”

“Lo mau kemana? Sudah selesai masalahnya?” tanya Zea

Fero mengangguk. “Gue mau pulang.”

Zea terkejut dan kembali bertanya. “lo di skors?”

“Gak kok, tadi Papi suruh gue pulang sebentar.”

“Oh, syukur deh. Ya sudah, pulang sana.”

“Kok ngusir?”

“lah kan lo memang mau pulang. Ya sudah, sih pulang saja”

Fero terkekeh. “Ikut yuk Ze”

“Dih, apa gue ikut”

“Gue takut dihajar papi Ze. Kalau ada lo papi gak akan berani macam-macam”

Zea mengernyit. “Kenapa gak berani? Emangnya gue ini siapa?”

“Ya paling tidak papi gak akan menghajar gue di depan lo, Ze.”

“Ck! Ogah ah, males gue, biarin saja om Bima ngehajar lo, siapa suruh lo terlibat sama itu cewek”

Fero menghela napas. Sepertinya dia memang harus menyiapkan diri jikan memang ayahnya itu menghajarnya.

“Ya sudah deh kalau memang lo gak mau nemenin gue” Kata Fero sesedih mungkin, ia masih berharap Zea mau ikut dengannya.

Zea sebenarnya kasihan dengan Fero, tapi dia tak bisa ikut campur urusan bapak dan anak itu, lagi pula kalau Bima menghajar Fero itu lebih bagus, biar Fero jera.

“Good luck ya, Fer. Semoga lo gak babak belur”

Fero mendelik tajam “Kalau gue babak belur terus gue koit, lo bakalan kehilangan crush lo”

“Dih, siapa juga yang crush-in lo, pede banget”

Fero tak membalas ucapan Zea, ia hanya memeletkan lidahnya lalu pergi.

Zea memegang dadanya, jantungnya berdebar kencang.

...ΩΩΩΩΩΩ...

Alih-alih pulang sendirian Fero malah membawa Namdo ikut dengannya.

Tadi Fero sengaja bilang sama Nando kalau motornya mogok, jadi dia meminta Nando menjemput dan mengantarnya pulang. Padahal, motor dia itu sengaja dia titipkan ke bengkel pinggir jalan dan memberi tukang bengkel itu dua ratus ribu, katanya titip bentar, tapi awas jangan sampai diapa-apakan

‘Jangan pulang dulu Ndo. Temenin gue ketemu bokap gue”

Nando berdecak kesal, dia tadi hanya ijin ke toilet pada bu Mutia guru matematika. Kalau sampai Nando tidak muncul sampai jam pelajaran bu Mutia selesai, tamat sudah riwayatnya.

“Gak bisa Fer. Lo tahu sendiri bu Mutia kayak apa, mati gue kalau sampai bolos pelajaran dia”

“Ck! Lo tadi ijin ke toilet kan?”

Nando mengangguk, dia sedikit curiga pada Fero, biasanya Fero selalu mengeluarkan ide gila yang membuat dia pusing kepala.

“Nah lo sekalian saja pura-pura muntaber, jadi pergi ke rumah sakit.”

Itu kan bener tebakan Nando “Ah, gila lo, Fer. Kalau sampai bu Mutia pergi ke UKS terus tanya ke dokter Hana, bagaimana? Kena gue Fer”

Fero memiting leher Nando, dan menyeret paksa sahabatnya itu. “Urusan Dokter Hana biar gue yang urus. Lo tenag saja, aman pokoknya”

“Nggak, gak gue gak mau. Kalau lo memang mau ngurus dokter Hana urus sekarang di depan Gue”

Fero memutar bola matanya malas, ia mengeluarkan ponsel di saku celananya dan menelepon dokter Hana.

“Haloo dok? Saya Fero kelas 11 IPS 1”

Terdengar suara sahutan dari seberang telepon sana. “Ya? Ada apa ya?”

“Ini dok teman saya yang namanya Nando tadi kena muntaber. Karena terlalu panik saya langsung bawa nando ke rumah sakit. Saya lupa kalau di sekolah kita ada UKS. Gak apa-apa kan dok?

“Oh, ya. Gak apa-apa sekarang keadaan teman kamu bagaimana? Atau masih muntah-muntah?”

“Teman saya sudah ditangani sama dokter disini Dok. Sudah gak muntah lagi kok"

“Oh ya sudah semoga cepat sembuh ya”

Fero mengangguk senang meskipuk Doketr Hana tidak melihat. “Oya, Dok nanti kalau ada guru tanya soal Nando ke Dokter bilang saja Nando langsung di bawa ke rumah sakit ya Dok”

“Oke-oke”

“Terima kasih Dokter Hana”

“sama-sama"

Panggilan telepon berakhir dan membuat Fero tersenyum lebar

“See, aman sentosa kan?”

Nando menghela napas, tidak ada lagi harapannya kembali ke sekolah.

“Ayo temenin gue”

Mau tidak mau nando menenamni Fero untuk bertemu Bima.

1
ZeNa
🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!