Janetta, gadis empat puluh tahun, berkarier sebagai auditor di lembaga pemerintahan. Bertahan tetap single hingga usia empat puluh karena ditinggalkan kekasihnya yang ditentang oleh orang tua Janetta. Pekerjaan yang membawanya mengelilingi Indonesia, sehingga tanpa diduga bertemu kembali dengan mantah kekasihnya yang sudah duda dua kali dan memiliki anak. Pertemuan yang kemudian berlanjut menghadirkan banyak peristiwa tidak menyenangkan bagi Janetta. Mungkinkah cintanya akan bersemi kembali atau rekan kerja yang telah lama menginginkan Janetta yang menjadi pemilik hati Janetta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arneetha.Rya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28
"Kamu pulang ke Manado secara tiba-tiba dan hanya dua hari, ada apa,Neta? Ada yang sakitkah?" tanya Antonio dengan cemas.
"Bukan. Orangtuaku dan adik-adikku sehat semua, puji Tuhan."ucapku.
"Kamu pulang karena merindukan keluargamu, ya? Harusnya kamu ambil cuti dong"
"Bukan juga. Aku ke Manado bersama Reyvan."
"Untuk apa Reyvan ke Manado? Kalian ada urusan pekerjaan? Mengapa pergi saat weekend?"
"Reyvan melamarku."
Antonio tersedak mendengar ucapanku. Dia memandangku dengan tatapan masa sih, koq bisa.
"Tolong jelaskan agar aku paham, Neta. Mengapa Reyvan tiba-tiba melamarmu, bukankah kamu selalu katakan jika Reyvan adalah sahabat bagimu."kata Antonio.
Aku menarik nafas dalam-dalam dan mengembuskannya dengan helaan yang menunjukkan kepasrahan.
"Mama Reyvan sakit keras dan ingin supaya Reyvan segera menikah secepat mungkin. Akulah satu-satunya pilihan Reyvan. Dia memohon dan meminta tolong padaku agar menyelamatkan mamanya. Aku tidak tega menolaknya, karena ini adalah demi mamanya. Lalu aku memberi syarat kalau Reyvan harus meminta ijin untuk menikah denganku secara langsung kepada orangtuaku. Aku yakin dan berharap, penolakan datang dari orangtuaku. Reyvan sangat hormat kepada orangtuanya, karena itu aku yakin dia akan menghormati keputusan orangtuaku meski sudah menolak lamarannya. Dan dia akan ikhlas melepasku dan memilih orang lain untuk dijadikan sebagai istrinya."
"Lalu ?" tanya Antonio penasaran.
"Lalu kenyataan tidak sesuai dengan harapanku. Orangtuaku menyetujui lamaran Reyvan."kataku sambil menutup wajahku dengan tanganku untuk menutupi tangisanku.
Antonio terlihat lunglai dalam duduknya. Tatapannya kosong dan kemudian dia berdiri dan menuju ke arah kaca jendela besar dan membuang pandangannya ke luar. Aku masih terisak dan aku tidak tahu mengapa aku harus sampai menangis begini dihadapan Antonio. Apa yang kuharapkan dari sikapku yang begini.
Antonio lalu duduk disampingku, meraih kepalaku dan memaksa aku untuk memandang wajahnya. Dan tanpa aba-aba, dia mencium bibirku dengan lembut. Di ruangan ini memang tidak ada siapa-siapa, tapi bisa saja penghuni lain datang tiba-tiba. Kuhindari ciuman Antonio yang begitu hangat dan melepaskan tangannya dari wajahku.
"Ini pantry, An, orang bisa lewat tiba-tiba,"kataku dan menundukkan tatapanku dari wajahnya.
Lalu tiba-tiba saja, dia menarik tanganku dan membawaku ke lantai tiga menuju kamarnya. Dengan tololnya aku mengikutinya dan masuk ke kamar Antonio. Dengan tetap memegang pergelangan tanganku, dia membuat aku duduk di sofa balkonnya.
"Aku tidak rela kamu menikah dengan Reyvan. Aku yakin kamu masih mencintai aku, Neta. Dan cintaku pun sangat besar kepadamu. Jangan, Neta, kumohon jangan menikah dengannya. Aku tidak ingin melepaskanmu lagi," pinta Antonio dengan memelas.
"Aku juga tidak ingin menikah dengan Reyvan. Tetapj aku sudah berjanji jika papa setuju, aku akan menikah dengannya. Dan kenyataannya orangtuaku setuju meski aku harus pindah keyakinan. Aku sendiri tidak paham kenapa orangtuaku menyetujuinya."
"Kamu masih cinta sama aku kan, Neta. Lupakan janjimu, batalkan pernikahanmu dengannya. Ayo kita bersama lagi. Kita ulangi dari awal. Kali ini aku nggak akan menyerah sampai kita berdua bisa bersama secara sah,"
"Tidak bisa, An. Kamu sudah tahu persis perasaanku. Cuma kamu yang ada dihatiku hingga detik ini, tapi aku tidak mau menjilat ludahku sendiri. Bagiku janji adalah hutang, sama seperti janjiku dulu padamu. Tidak akan mengisi hatiku dengan orang lain."
Aku menatap Antonio dengan tatapan marah dan mengingatkan dia bahwa dialah yang mengingkari janji setianya padaku. Dengan mudah dia meninggalkan aku dan menikah dengan orang lain. Aku sedikit tersentak, jangan-jangan secara tidak sadar aku memang ingin membalas dendam pada Antonio.
Antonio berdiri dan menyandarkan diri membelakangi aku pada pagar balkon dan memandang bulan purnama yang bulat sempurna di angkasa.
"Aku sadar aku bersalah padamu, tapi kamu nggak seharusnya melakukan ini untuk membalasku. Kamu tidak harus menjadi jahat untuk menyakiti aku, Jane."katanya tanpa menoleh padaku.
Aku terdiam dan berdiri untuk kembali ke kamarku.
"Aku balik, An,"
Namun belum melewati pintu yang menuju balkon, Antonio menarik tanganku, memelukku dengan spontan dan menangis.
"Aku sayang kamu, Jane. Sangat mencintai dan menginginkanmu. Hatiku sakit menerima kenyataan ini."
Antonio semakin erat memelukku dan aku pun mengelus punggungnya dan ikut menangis.
"Maafkan aku, sesungguhnya aku tidak merencanakan semua ini. Bukan maksudku membuat semua ini terjadi."kataku terisak.
Mendengar aku terisak-isak, Antonio melepas pelukannya, menghapus airmataku dengan jemarinya lalu menghapus sendiri airmatanya. Dia menatapku begitu dalam dan penuh cinta, membuat hati bergetar. Dan tentu saja, dia kembali mendaratkan ciumannya ke bibirku. Ah, Antonio, aku sudah menjadi calon istri orang lain, kamu nggak berhak melakukan ini. Dan aku salah mengijinkanmu melakukannya.
Alih-alih mendorong dan menolak Antonio, tubuhku justru merespon sebaliknya. Kubalas ciumannya lebih intens dan menautkan kedua tanganku di lehernya. Antonio lalu mengangkat kedua kakiku dengan tangannya dan menggendongku. Dia mengangkat tubuhku dengan lembut dan membaringkanku di ranjangnya dengan penuh kelembutan.
Nafas kami saling memburu. Dia menatap mataku dan aku hanyut dalam lautan penuh cinta yang ada di matanya. Tanpa kusadari tubuh Antonio telah berada di atas tubuhku yang sudah polos tanpa sehelai benang di bagian atas. Kurasakan dibawah sana, bagian Antonio yang mengeras. Aku merasa berada di awan, melambung dalam gelombang penuh kehangatan dari tubuh dan ciuman Antonio. Haruskah aku menyerahkan semua pada Antonio? Aku mencintai dan menginginkan Antonio menyatu denganku. Tapi aku sudah menjadi calon istri Reyvan. Ini salah.
Bagian terdalam dari nuraniku menjerit dan aku menghentikan Antonio dengan lembut.
"Cukup, An. Aku tidak bisa melakukan ini."
Kupegang kedua pipi Antonio dan kutatap matanya dalam-dalam. Antonio yang di tengah gelora panas tergugu dan menghentikan gempurannya karena yah pasti karena dia menyayangiku. Aku tahu Antonio tidak akan melakukan apapun atas tubuhku jika aku tidak mengijinkannya.
"Maafkan aku, An. Sungguh aku tidak bisa. Setiap kali aku ingin menyerahkan semuanya padamu, hatiku sakit karena membayangkanmu dengan istri-istrimu. Aku pun sangat mencintaimu, tapi aku belum bisa menyayangimu seperti dahulu," ucapku sambil mengelus pipinya.
Antonio menempelkan wajahnya ke dadaku yang polos, memeluk tubuhku dan kurasakan hangatnya pelukannya. Tubuhnya masih panas oleh gelora naluri kelelakiannya. Kubiarkan dia berada di atas tubuhku sampai tertidur.