Karya ini dibuat dari hasil pemikiran Author dan hanya Rilis di Noveltoon.
Mohon maaf apabila ada kesamaan tempat dan nama karakter dalam cerita.
Pernah melihat tempat makan yang selalu ramai pengunjung?
Apa yang ada dalam benak kalian?
👉🏻 Rasa yang enak?
👉🏻 Viral?
👉🏻 Murah?
👉🏻 Instagrammable?
👉🏻 Pesugihan?
Jaman sekarang jarang sekali orang akan berpikir bahwa warung atau tempat makan tersebut memakai ilmu pesugihan khususnya untuk anak-anak muda yang kekinian.
Tempat ramai akan dengan cepat menjadi viral jadi mereka hanya beranggapan bahwa makanan ditempat tersebut lagi tren.
Apa masih ada yang menggunakan pesugihan?
Ada!!! mungkin hanya segelintir orang saja dan niat nya hanya untuk menarik pelanggan agar makan ditempat tersebut.
Ingat!!!
Saya tidak mengajak kalian untuk mempercayai hal seperti ini dan bagi yang tidak percaya mohon hormati orang yang memiliki kelebihan untuk hal spritual baik di dunia online maupun real.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pitriyani Calam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nasehat Untuk Jeje
Penasaran. Itulah saat ini yang membuat mereka bertanya-tanya, kenapa harus pindah tempat? Ada apa dengan Mutiara?.
Jeje melunasi pembayaran untuk temannya. "Guys, semua nya makan dengan santai ya. Berhubung aku ada kepentingan mendadak dan harus pulang lebih awal, kalian tenang saja kali ini aku kasih bebas makan sesuka nya asal dihabiskan dan nggak berlebihan. OKE" Jeje menginterupsi teman-teman
"Siap Jeje cantik, terima kasih ya" ucap semua
Jeje yang dipanggil cantik tentu saja sangat senang atas pujian.
"Aaahhh jadi nggak mau pulang deh, sayang banget-banget sama semua. Love you guys" Jeje jingkrak-jingkrak gemulai
"Astaghfirullah Jeje" tegur Mutiara
"Hehe, maaf kak kelepasan" Jeje centil
"Rio bawa mobil, kak" Rio
"Jeje, Sutan dan Rio satu mobil. Nur dan Kalisa sama kakak, ikuti mobil kakak ya" Mutiara mengarahkan
Mobil
"Sebenarnya ada apa sih?" Sutan penasaran sejak tadi
"Mana tau" sahut Jeje sibuk memakai bedak
"Pas Jeje nunjuk pak Min, kak Mutiara jadi aneh" Rio mengingat sedikit reaksi Mutiara sebelumnya dan sesudah melihat pak Min
"Jeje selalu di salahkan" Jeje jutek
Sutan dan Rio hanya saling pandang.
Untung sayang nih sama bocah jadi-jadian. Batin Sutan
Kalau bukan karena orangtua mu teman nyokap lelah juga bergaul dengan makhluk setengah matang seperti Jeje. Gumam Rio
"Jeje sudah cantik" Jeje gembira melihat hasil makeup nya
"Je" panggil Sutan serius
"Apa sayang" Jeje menjawab dengan mata di kedip-kedipkan
"Bisa nggak jadi laki tulen" Sutan masih mode serius
"Jeje nyaman seperti ini, sudah udah deh ya jangan paksa-paksa Jeje." Jeje memukul bahu Sutan
"Kamu tuh tampan loh, Je" Rio menimpali dan berbicara jujur apa adanya
"Cantik, Yo" ralat Jeje
"Kamu laki, Je. Cantik dari mana nya coba, Cakep iya" Rio melirik Jeje
"Nggak perlu di bahas" Jeje ngambek
"Kasihan umi loh" pancing Sutan menaik turunkan alisnya melihat Rio
"Ihh apa sih, udah jangan bikin Jeje sedih. Umi sama abi juga nggak masalah kok" Jeje sedih
"Menurut mu, tapi hati mereka nggak ada yang tau, Je" Rio mulai memprovokasi
"Misal ya nih ya, usia umi dan abi nggak panjang lalu keadaan mu masih seperti ini. Bayangkan deh" Sutan menakut-nakuti
"Usia umi dan abi panjang umur" Jeje menghentakkan kaki nya
"Aamiin, itu harapan semua anak. Tetapi rencana Allah nggak ada yang bisa menebaknya apa yang akan terjadi detik ini" Rio tersenyum kecil ke arah Sutan
"Jeje nggak suka bahas beginian, bahas yang lain aja dong" Jeje menahan tangis
"Kamu pikirkan baik-baik. masa ulang tahun terus tapi nggak ada perubahan dari kamu" Sutan
Jeje terdiam memikirkan semua ucapan Rio dan Sutan. Sampai di salah satu cafe semuanya masuk ke dalam dan memesan minum terlebih dahulu.
"Jeje, sayang kenapa?" tanya Kalisa memeluk dari samping
"Marah sama kalian" Jeje sedih
"Emang kami berbuat apa sampai Jeje marah?" tanya Mutiara
"Lebih tepatnya Jeje marah dengan Sutan dan Rio. Jeje nggak suka sama kalian, Jeje mau pulang" Jeje ngambek
"Hey, tenang dulu" Nur dan Kalisa mencoba menenangkan Jeje
"Jeje mau pulang" teriak Jeje
Sutan dan Rio menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sedangkan Nur serta Kalisa menatap dengan tatapan tajam ke arah kedua laki-laki itu.
"Jelaskan sama kakak, kenapa Jeje marah?" tanya Mutiara dengan lembut
Lalu Jeje menceritakan kejadian yang ada di mobil, perdebatan yang pasti nya tidak disukai oleh Jeje.
"Nggak ada yang salah dari ucapan Rio dan Sutan" Mutiara berbicara dengan santai
"Tapi..." ucapan Jeje terhenti karena di tatap Mutiara
"Jeje sayang, dengarin kakak ya. Harusnya Jeje berterima kasih dengan Rio dan juga Sutan sebab mereka sayang sama Jeje, semua yang dibilang keduanya hal positif. Mereka ingin melihat Jeje seutuhnya. Coba Jeje bayangkan jika suatu saat Nur, Kalisa, Sutan serta Rio menikah dan memiliki keluarga tetapi Jeje masih seperti ini. Mereka pasti berat meninggalkan Jeje, maka dari itu sebelum semua nya menggapai cita-cita masing-masing mereka ingin melihat Jeje yang gagah berani menghadapi apapun" tutur Mutiara dengan suara yang begitu lembut sampai Rio terpesona
"Jeje bingung merubahnya" Jeje jujur
"Perlahan. Bisa karena terbiasa, oke" Mutiara mengelus bahu Jeje
"SEMANGAT JEJE" teriak Nur dan Kalisa tersenyum tulus
"Orang cerdas akan mencerna semua nasehat baik yang diberikan oleh siapapun, orang bodoh akan terus bersuara untuk menunjukan bahwa sebenarnya dirinya bodoh bukan semakin cerdas" Mutiara
"Terima kasih kakak, Jeje sayang kakak" Jeje memeluk Mutiara
"Sekarang kakak mau bertanya, apa kalian sering makan mie ayam becek itu?" Mutiara mulai berbicara serius
"Ya lumayan, karena itu mie ayam yang sesuai dengan kantong kami" Sutan menjawab
"Aku penasaran sejak tadi" timpal Rio menatap Mutiara
Cantik! Seperti bidadari. Batin Rio tersenyum melihat Mutiara
"Kakak nggak ingin kalian mempercayai apa yang kakak lihat di kedai itu. percaya apa nggak itu tergantung diri masing-masing" Mutiara diam sejenak melihat ke teman-teman adiknya
Mutiara menjelaskan ada Jin yang memberikan rasa nikmat disetiap mie yang di makan pengunjung serta membuat pembeli ingin terus balik lagi.
"Mau lagi, mau lagi dong" Nur
"Momogi" Jeje terkikik pelan
"Rasa jagung bakar" timpal Nur
"Coklat lebih nikmat" Kalisa
"Tambah nikmat sekali makan 2" Sutan ketawa
"Hust, kalian ini di ajak bicara serius kok bercanda" Mutiara kesal
"Maaf kak, suka reflek kelepasan" Nur
"Padahal ya kak, setau kami anak-anak pak Min tuh yang perempuan guru agama di SD apa gitu lalu anak bungsu nya kuliah jurusan agama juga masa iya pakai pesugihan, nggak masuk akal sih" pikir Rio
"Masuknya ke dalam perut lalu keluar nya di wc" Jeje nyambar seperti api
"Jorok nih bocah" Sutan menjitak kepala Jeje
"SAKIT SUTAN" teriak Jeje menjewer telinga Sutan
"Stop" ucap Mutiara "Tobat kakak jalan sama kalian semua" Mutiara nyerah kalau setiap hari ketemu anak-anak random
"Sini Jeje puk, puk." Jeje mendekati Mutiara
"Cari kesempatan" ledek Nur
"Diam, lagi usaha ini" Jeje
"Usaha apa?" Kalisa
"Supaya kak Mutiara mau sama Rio" Jeje santai
Rio terkejut namanya di bawa-bawa Jeje. Begitu juga dengan Mutiara bingung.
Ya kali aku sama brondong anak SMA, apa kata dunia. Batin Mutiara
"Mohon bersabar ini ujian" Nur
"Ujian ngapain sabar tinggal nyontek aja" Sutan
"Iya deh raja nyontek" Kalisa tertawa
"Mau nggak, kak?" tanya Jeje
"Mau apa?" tanya balik Mutiara
"Tuh sama brondong peyot yang bernama Rio" Jeje tertawa ngakak
Bersambung...
...🥭Happy Reading🥭...
Huum pak Min memang harusnya didekatkan dengan agamanya lagi pesantren salah satu solusinya, disana banyak orang gak bikin ketakutan yg dirumah.