Sejak lahir, Jevan selalu di kelilingi oleh para perempuan. Ia tak pernah tahu dunia lain selain dunia yang di kenalkan oleh ibunya yang bekerja sebagai penari pertunjukan di sebuah kota yang terkenal dengan perjudian dan mendapat julukan The sin city.
Jevan terlihat sangat tampan sampai tak ada satupun perempuan yang mampu menolaknya, kecuali seorang gadis cuek yang berprofesi sebagai polisi. Jevan bertemu dengannya karena ia mengalami suatu hal yang tak lazim di hidupnya.
Peristiwa apakah yang telah di alami oleh Jevan? Ikuti ceritanya yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sitting Down Here, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 Keadilan untuk Jevan
Simone maju dan mulai membuka ikatan di lengan Jevan yang diikat ke lengan kursi. Yang pertama berhasil mengeluarkan suara justru adalah Louisa.
"Mrs.Simone, aku benar-benar minta maaf atas perbuatan ibuku. Aku sungguh merasa malu. Walau mereka telah menyakiti Jevan tapi Jevan selama ini tetap membela aku dan itu benar-benar membuatku tak bisa menunjukkan wajahku di depan Jevan lagi"
"Oh darling, ini bukan salahmu, kau tahu itu. Yang jelas ini salah mereka berdua. Sekarang, tolong tahan mereka dulu, aku perlu membawa Jevan ke rumah kami agar ia bisa beristirahat. Setelah itu aku akan berbicara kepada mereka"
"Baiklah, Mrs. Simone. Aku akan menahan mereka sebisa aku"
"Terima kasih, tunggu sebentar ya"
Simone kemudian membimbing Jevan menuju unit tempat mereka tinggal. Setelah memastikan Jevan beristirahat di kamarnya, Simone keluar sambil mengunci pintu rumahnya bukan untuk mengekang Jevan tetapi untuk mencegah Pixie dan Chelsea berbuat nekat dengan mendatangi Jevan. Simone merasa bersyukur ketika ia datang, Pixie dan Chelsea masih ada di sana. Wajah Chelsea mungkin terlihat bersalah, tetapi ekspresi Pixie yang menantang dan seolah tak bersalah membuat Simone jadi semakin emosi dan langsung menampar keduanya dengan keras.
"Kalian monster! Ceritakan padaku yang sebenarnya! Apa yang telah kalian lakukan kepada Jevan-ku!"
"Kami hanya membantu dia menjadi pria dewasa"
"Menjadi pria dewasa demi untuk memuaskan diri kalian, begitu kan maksudnya? Jawab aku, sejak kapan kalian begini?"
Baik Pixie ataupun Chelsea tak ada yang berani menjawab. Tapi akhirnya Pixie mau menjawab.
"Sudahlah Simone, itu sudah terjadi sejak 6 tahun yang lalu. Sekarang dia kan sudah dewasa dan sudah mahir dalam pekerjaannya. Tadi kami juga hanya ingin bernostalgia. Iya kan, Chelsea?"
Chelsea hanya diam, ia tak berani menjawab. Ia begitu malu mengakui perbuatannya di depan Louisa.
"Mama, aku benci padamu! Sudah jelas sekarang kenapa Jevan selalu menghindari mama! Ternyata ini sebabnya! Mempunyai ibu sebagai seorang PSK saja sudah memalukan, apalagi setelah aku mengetahui ini! Aku cinta Jevan, mama! Tapi sekarang aku malah merasa jijik pada diriku sendiri akibat perbuatan mama! Aku bahkan tak memiliki muka lagi untuk menemuinya! Kau telah menghancurkan hidupku!" Louisa lalu pergi dalam keadaan marah. Chelsea mencoba untuk memanggilnya dan mengejarnya, tapi tangan Simone menahan Chelsea untuk tetap tinggal.
"Mau kemana kau? Jangan coba-coba untuk melarikan diri!"
Chelsea kembali diam dan menunduk. Simone masih merasa emosi, tapi kali ini air mata mengalir deras di kedua pipinya.
"Selama ini aku percaya pada kalian, tapi lihat yang telah kalian lakukan! Aku pikir kita akan saling menjaga, tapi ternyata kalian malah menghancurkan hidup anakku. Sekarang aku mengerti kenapa ia selalu menghindari kalian, juga kenapa ia tak pernah mau menerima dua klien perempuan sekaligus. Ini semua gara-gara kalian. Coba bayangkan bagaimana jika Jevan adalah anak kalian dan mendapatkan perlakuan seperti ini dari para penari yang lain? Apakah kalian bisa terima?"
"Simone... "
"Jangan coba-coba untuk membela dirimu sendiri lagi, Pixie! Aku takkan mau dengar! Aku jijik melihat kalian! Tunggu saja, aku akan melaporkan kalian pada polisi dan aku akan menuntut kalian!"
"Ada apa ini? Kenapa kamu marah-marah, Simone? Aku tak pernah melihat kamu seperti ini sebelumnya"
Nino tiba-tiba muncul di antara mereka.
"Jadi kamu tak tahu tentang ini, Nino?"
"Tahu tentang apa, Simone? Aku tak mengerti apa maksudmu. Tolong ceritakan padaku yang sebenarnya"
"Mereka telah menodai anakku sejak umur 14 tahun dan sekarang ia menjadi trauma dan ketakutan tiap kali melihat mereka, para monster predator anak!"
"Simone, tolong jangan berlebihan... "
"Berlebihan katamu? Tunggu saja Nino, giliranmu akan tiba karena aku juga akan melaporkan kamu ke polisi dan menuntutmu! Aku seharusnya melakukan itu dari dulu, agar kalian semua bisa membusuk di penjara!"
"Jangan coba-coba untuk melakukan itu, Simone. Kau tau kan kalau aku kebal hukum"
"Iya, aku tau itu. Tapi aku tetap akan melakukannya walaupun itu sia-sia bagimu! Lihat saja nanti, Nino!"
Simone pergi meninggalkan mereka sambil membanting pintu rumah Chelsea dengan sangat keras. Nino kemudian memandang Pixie dan Chelsea secara bergantian.
"Yang telah kalian lakukan memang salah, seharusnya kalian saling menjaga. Tapi aku tetap akan melindungi kalian, Simone takkan bisa memenjarakan kalian asalkan kalian mau menurut denganku. Apakah kalian mengerti?"
"Iya, Nino" Pixie dan Chelsea menyahut berbarengan.
"Sekarang bereskan kekacauan ini. Kalau Simone kembali kesini dan berulah, kalian segera hubungi aku"
"Baik, Nino"
Nino kemudian memandangi wajah Pixie dan Chelsea yang memar.
"Simone tadi menampar kalian dengan keras ya?"
Pixie dan Chelsea mengangguk.
"Pantas saja wajah kalian terlihat kacau. Kompres dengan es atau apalah itu agar memarnya hilang. Besok kalau ada klien yang ingin booking kalian, aku ingin memar di wajah kalian sudah hilang"
"Kami akan usahakan, Nino"
Setelah itu Nino pergi sambil menggerutu karena kesal kepada Pixie, Chelsea, dan juga Simone yang di anggapnya sudah membuat kekacauan sehingga menghambat kelancaran bisnis yang baginya sudah di bangun dengan susah payah.
***
Keesokan harinya, Simone melaporkan Pixie dan Chelsea kepada polisi. Jevan ikut bersamanya. Tetapi tanggapan polisi justru terkesan meremehkan karena pekerjaan Jevan jadi mereka merasa laporan Simone sia-sia dan hanya membuang waktu mereka.
"Aku sedang mencari keadilan untuk anakku dan hanya ini reaksi kalian? Memangnya kalian tak bisa menangkap mereka?"
"Maaf, tapi kami tak bisa menangkap seseorang tanpa bukti yang jelas, ma'am. Dan kalian butuh pengacara yang hebat untuk membantu kalian. Itu juga jika ada yang mau membantu kalian karena kasus ini sudah lama terjadi"
"Baiklah, kami akan mencari pengacara hebat yang akan membela kami! Tunggu saja!"
Simone lalu pergi dengan perasaan kesal sambil menggandeng Jevan.
"Mommy tunggu! Kurasa kita perlu bicara"
Di depan kantor polisi terdapat taman kecil dengan beberapa bangku. Jevan kemudian membimbing Simone untuk duduk di sana.
"Mommy, aku hargai semua perbuatan mommy padaku. Tapi aku baik-baik saja sekarang, jadi mommy tak perlu lapor polisi lagi. Apalagi mommy tadi lihat sendiri kan tanggapan mereka atas laporan yang mommy buat?"
"Iya mommy tau, Jevan. Tapi mommy tetap harus menghukum kedua predator anak itu agar mereka kapok dan tidak mengulangi perbuatan mereka terhadap kamu ataupun anak-anak yang lain."
"Tapi biaya untuk pengacara itu sangat mahal, mommy. Kita takkan sanggup untuk membayarnya"
Seorang wanita yang duduk tak jauh dari Jevan dan Simone lalu mendatangi mereka.
"Maaf jika aku menyela pembicaraan kalian. Tapi aku tak sengaja mendengarkan tadi dan anda membicarakan tentang pelaku predator anak. Apakah saya tak salah dengar?"
"Iya, anda tak salah dengar"
"Anak anda benar, nyonya. Biaya untuk pengacara memang sangat mahal, tapi kalian bisa mencoba untuk meminta bantuan kepada Lembaga Bantuan Hukum untuk meminta pengacara pro bono"
"Apa itu pengacara pro bono?"
"Itu adalah pengacara yang mau membela kliennya secara gratis atau tanpa bayaran"
"Benarkah ada pengacara seperti itu?"
"Tentu saja ada. Aku akan memberi tahu kalian alamatnya agar kalian bisa datang ke sana"
"Terima kasih banyak, kami sangat menghargai bantuan anda. Kalau boleh tahu, siapa nama anda?"
"Namaku Kyra Smith. Tak perlu berterima kasih padaku, karena jika aku jadi kau aku juga akan melaporkan para predator itu ke polisi. Hal itu tidak bisa di biarkan agar tak ada lagi yang menjadi korban."
'Anda benar, nyonya Smith"
"Panggil aku Kyra. Ini dia alamatnya. Sebaiknya kalian segera kesana. Aku doakan semoga kalian menang dan mereka segera di tangkap"
"Kami harap juga begitu, Kyra. Sekali lagi Terima kasih"
***
Setelah tiba di Lembaga Bantuan Hukum, oleh bagian resepsionis tempat tersebut Jevan dan Simone kemudian di perkenalkan kepada pimpinan mereka yang bernama Bryan Steele.
"Terima kasih telah menerima kami, Mr. Steele"
"Tentu saja, tugas kami kan memang untuk membantu anda. Tunggu sebentar, saya akan memanggil seorang pengacara di sini yang menurut saya cocok untuk kasus ini karena dia pernah menangani kasus predator anak"
Bryan Steele kemudian meminta sekretarisnya untuk memanggil pengacara yang di maksud. Pengacara tersebut ternyata adalah seorang perempuan keturunan Afro-Amerika.
"Kenalkan, ini Corey Hamilton. Dia adalah seorang pekerja keras yang tangguh dan dia tidak suka kata kalah"
"Benar sekali, dan aku takkan menyerah sampai kita berhasil menangkap para predator itu. Aku punya beberapa rencana, tapi kalau kalian punya masukan yang lain dengan senang hati aku akan mendengarnya"
"Untuk saat ini, lebih baik kami dengar rencana darimu dulu, Corey"
"Baik, Mrs. Williams"
"Panggil aku Simone"
"Baik, Simone"
Simone memandang Jevan sambil menggenggam tangannya. Ia merasa tenang setelah bertemu dengan Bryan dan Corey. Ia sungguh berharap mereka akan berhasil memenangkan kasus ini demi Jevan.