Pelakor Itu Adik Ipar Ku. ( Ipar Adalah Maut Bagi Rumah Tangga Ku ).

Setelah melihat adegan panas yang di lakukan kaka iparnya, membuat Alexsa berlalu meninggalkan kamar sang kaka ipar, dengan expresi wajah yang sangat murka, apa lagi Glen yang sangat menikmati setiap tubuh sang istri. Membuat Alexsa semakin membenci Azhara yang sudah berstatus sebagai kaka iparnya itu.

Hal wajar bagi sepasang suami istri melakukan hal ranjang, dan mengapa Alexsa yang hanya berstatus sebagai adik ipar tidak rela jika Glen menyentuh istrinya. Ada rasa cemburu di hati wanita muda itu, dan sangat membenci Azhara yang telah melakukan hal intim pada Glen, pria yang sudah membuatnya jatuh sangat dalam ke sebuah ikatan yang terlarang.

Hikssss,,, hikssss,,,, "Kenapa, kenapa harus dengan nya ka, 'Glen? Kenapa?" hiks,,,, hiks,,,, tangisan Alexsa pun seketika pecah, saat mengingat betapa bahagianya wajah Glen saat menggempur wanitanya di bawah kungkungan nya. Hal itu semakin tersirat jelas di ingatan Alexsa.

Brakkkkk,,,,, suara barang-barang yang berjatuhan di dalam kamar wanita muda itu, yang melampiaskan kekesalan, emosi nya pada barang-barang yang ada di dalam kamar nya saat ini.

"Awas saja kau Azhara, aku akan merebut apa yang kamu dapatkan dari ka Glen! dan apa yang aku tidak dapatkan dari Ronal!" senyum nya pun seketika mengembang dengan siratan jahat nya.

"Sayang apa kau lelah?" tanya pria gagah yang sudah berhasil membuat tubuh seorang wanita remuk setelah menikmati indahnya sebuah cinta.

"Hah, aku tak menyangka jika kau begitu buas Glen!" kesal Azhara. Yang mendpaatkan serangan yang begitu mendadak.

"Sebaiknya kau bangkit dari tidurmu, aku ingin membersihkan tubuhku yang sudah lengket ini!" kesal nya. Dan lagsung mendorong pelan tubuh pria yang sudah berstatus sebagai suaminya itu.

Glen yang terdorong karena ulah sang istri langsung bangkit dari tidurnya, dan mengangkat tubuh sang istri menuju kamar mandi, untuk membersihkan tubuh mereka berdua.

Sementara Azhara yang mendapat perlakuan romantis dari pria yang saat ini sudah mengangkat tubuhnya hanya bisa mendengus kesal, karena ulah pria itu.

☆☆☆☆☆

Hari-hari sudah berlalu begitu cepat. Di mana saat ini Glen sedang mengurus sebuah tender proyek besar yang baru saja di menangkan nya dengan sang sekretaris nya yang bernama Jakson.

Glen dan Jakson baru saja tiba di sebuah Negara besar yang ada di luar negri. Di mana sebuah proyek yang akan di rintisnya dari nol hingga selesai dengan sempurna, apa lagi proyek itu sudah di percayakan tuan Narendra William ke pada kuasa pria tampan, jenius, muda dan smart itu.

Tin,,,, tin,,,, sebuah klakson mobil mewah yang baru saja tiba di sebuah bandara Internasional.

"Selamat siang tuan muda Glen!" sapa seorang pria tampan, brewokan, tinggi, bertubuh kekar dan memiliki wajah khas bule.

"Siang juga!" jawab dingin Glen. Yang sudah mengenal Carlos, supir pribadi tuan besar William.

"Silahkan masuk tuan!" pinta Carlos. Yang sudah membuka pintu mobil terlebih dahulu, agar Glen dan rekan nya dapat masuk ke dalam mobil yang di kemudinya.

Tampa basa-basi lagi Glen dan Jakson segera masuk ke dalam mobil yang di mana Carlos sebagai supir pribadi mereka, yang akan mengantar mereka ke apartemen khusus yang sudah di siapkan tuan William.

Tak berselang berapa lama, akhirnya mobil yang di tumpangi Glen dan Jakson sudah sampai di depan sebuah apartemen yang begitu mewah, besar, dan menjulang tinggi.

"Silah kan tuan!" ucap Carlos. Setelah keluar dari kursi kemudia dan sedikit berlari memutari mobil untuk membuka pintu tuan muda Glen Alexsander dan Jakson Great.

Dengan langkah tegapnya Glen dan Jakson sudah keluar dari dalam mobil, dan berjalan tegap ke arah apartemen yang akan menjadi tempat tinggal mereka selama satu bulan itu. Proyek yang harus di tangani sendiri oleh Glen. Karena proyek itu bukan lah sembarang proyek, akan banyak ke untungan bagi ke dua belah pihak, apa lagi Glen yang akan menanganinya sampai tender itu selesai.

"Tuan William!" ucap Glen. Dengan expresi wajah yang sedikit terkejut, namun dirinya sedikit bisa mengontrol keterkejutan nya. Apa lagi tuan William sangat jarang bisa di ajak bertemu, namun dengan sendirinya orang terkaya itu sudah ada di dalam apart yang akan di tempati kedua pria tampan itu.

"Bagaimana perjalanan nya Nak Glen, nak Jakson! Apa kabar kalian baik?" tanya tuan Narendra William. Yang sedang duduk manis di sofa yang ada di ruang tamu apart itu, dengan di temani sebuah koran yang setiap paginya akan selalu dia baca, tidak lupa juga tuan William membawa sang istri di sana.

"Puji Tuhan kabar kami baik tuan!" ucap Glen dan Jakson berbarengan. Dan sembari menyalam tangan ke dua orang tua itu.

"Om, panggil aku om dan panggil lah istriku dengan sebutan tante!" pinta Narendra. Pada kedua pemuda yang usianya sama dengan usia anak tunggalnya Leon William.

"Baiklah Om!" ucap mereka berbarengan.

"Silahkan duduk nak Glen, nak Jakson!" sela nyonya Naura. Orang tua dari Leon dan istri dari tuan Narendra.

Dengan cepat kedua pria muda itu langsung duduk di sofa sebelah pria parubaya itu.

"Sebentar tante buatkan teh untuk kalian, apa lagi perjalanan berapa jam itu tidak cepat. Aku rasa dengan meminum teh hangat akan mengurangi angin jahat yang masuk ke tubuh!" Naura pun segera melangkah melangkah menuju dapur yang ada di apar itu, untuk membuat beberapa gelas teh hangat untuk kedua pemuda yang baru saja tiba di negara besar yang ada di luar negri.

Setelah kepergian wanita parubaya itu ke dapur, tuan Narendra William mengajak ke dua pria muda itu untuk sekedar berbincang-bincang hangat. Karena sudah sejak lama pria itu tidak bertemu dengan anak muda yang selalu menjadi tangan kanannya dalam mengurus sebuah perusahaan besar di negara kelahiran nya itu.

"Bagaimana perkembangan perusahaan yang kamu pegang, 'Nak?" tanya Narendra. Pada Glen yang sedari tadi hanya menyunggingkan sebuah senyuman hangatnya.

"Puji Tuhan semuanya lancar Om! Dan perusahaan semakin berkembang pesat, banyak di antara nya yang semakin memakai jasa dari perusahaan kita untuk menangani beberapa proyek besar!" jelasnya. Yang mengingat betapa besarnya sekarang penghasilan perusahaan semenjak dirinya terjun secara langsung ke lapangan, sangat jarang seorang CEO mau terjun langsung ke lapangan. Kebanyakan akan menyuruh sekretaris atau orang kepercayaan nya, sangat berbeda dengan pria muda satu ini, dia akan selalu mengawasi semua proyek besar yang menjadi tanggung jawab nya.

"Syukurlah, om bangga dengan kamu nak!" dengan menepuk pundak pemuda tampan itu, Narendra merasa tidak salah dalam memilih putra dari sahabat nya itu, untuk mengurus perusahaan miliknya selama Leon melanjutkan pendidikan nya di London.