Apa aku salah menjadi orang ketiga dalam suatu hubungan yang tidak pernah terpikirkan oleh ku?
Evelyn, wanita dewasa yang tidak sengaja melakukan one night stand dengan seorang lelaki bernama Eden lebih muda 5 tahun dari nya, yang notabenenya adik dari sahabat nya bernama, Sonia.
Gila nya! pria itu sudah memiliki keluarga, bagaimana kah nasibnya setelah kejadian itu apa Eve akan meminta pertanggung jawaban pada lelaki yang sudah beristri atau memilih pergi.
Eve mengatakan dirinya sebagai orang ketiga Tapi tidak sedikit orang mengatakan dirinya bukanlah orang ketiga.
'Kamu bukanlah penghancur dalam hubunganku'
- ROBERTO ALEXANDER ADENGGA -
'Apa wanita seperti ku pantas bahagia diatas penderitaan orang lain'
- EVELYN ALDISSA DINATA -
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adelita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAGIAN 12
PUKUL 11.00
Sebentar lagi jam makan siang akan tiba, Eden buru-buru meninggalkan meja kerjanya melangkah mendekati Jeri yang asik serius dengan kerjaan nya.
" Jeri. " panggil Eden.
" Loh? Tuan mau kemana? " tanya Jeri sedikit kaget.
" Gue mau ke apartemen Mbak Nia dulu. " ucap Eden.
" Kalau ada yang cari gue bilang aja gue lagi terjun ke lapangan kerja. " sambung Eden meminta kunci mobil dari Jeri.
" Hati-hati dijalan Tuan. " ucap Jeri.
Eden melajukan mobilnya menuju warung makan terdekat dari biodata Eve, Eden sedikit tahu apa dan tidak kesukaan makanan wanita hamil itu.
Eden menghentikan mobilnya di warung makan favorit yang sering dikunjungi Eve.
" Mang, Soto lamongan nya 2 sama es teh nya dua di bungkus ya Mang. " ucap Eden.
" Siap Pak. " ucap si Mang penjual membuat pesanan Eden.
" Ini Pak. " ucap Mang penjual.
" Berapa semua Mang. " tanya Eden menerima plastik berisi makanan.
" 30 Ribu semuanya Pak. " ucap Mang Penjual.
Eden mengeluarkan uang seratusan dalam dompetnya menyerahkan pada lelaki itu.
" Ini Mang. " ucap Eden.
" Sebentar ya kembalian. " ucap Mang penjual.
Eden segera melenggang pergi dari sana si Mang penjual mengalihkan pandangan nya pada Eden yang pergi begitu saja.
" Loh Pak! kembalian uangnya! " teriak Mang penjual.
" Ambil saja Mang. " ucap Eden menghampiri Mang penjual itu.
" Alhamdulilah, makasih banyak Pak. " ucap Mang penjual.
Eden melanjutkan perjalanan nya sampai tibalah ia didepan apartemen kakaknya. tanpa mengetok Eden segera masuk.
Dingin dan gelap yang Eden rasakan, lelaki itu tidak mendengar suara-suara atau seperti ada tanda-tanda kehidupan di apartemen Kakaknya.
Dengan jantung yang berdegup kencang pikiran Eden sudah meluap kemana-mana ia hanya takut wanita hamil itu bertekad mengakhiri hidupnya.
Eden meletakan makanan nya di meja makan dapur ia mencari seluruh penjuru apartemen, tapi tidak ada hanya satu yang belum ia periksa. kamar wanita itu.
Eden sempat terdiam didepan pintu itu dan mengetuknya pelan tidak ada jawaban. Eden sampai menempelkan kupingnya ke dinding pintu memastikan sesuatu.
Beberapa kali lelaki itu mengetuk tidak ada sahutan, pikiran Eden semakin Kalut tanpa berpikir lagi Eden mendobrak pintu itu.
Rusak! biarkan saja toh yang penting Eden bisa melihat wajah wanita itu nantinya.
BRAK...
Samar-samar Eden mendengar suara tangisan yang teredam dari kamar mandi Eden melangkah pasti tepat saat didepan pintu yang tidak terkunci dan terbuka sedikit Eden mendorong pelan.
DEG...
Pemandangan yang hampir menyayat hati Eden jikalau lelaki itu terlambat sedikit saja...
" EVELYN! " teriak Eden dari ambang pintu.
Eve mengalihkan pandangan nya ke ambang pintu kamar mandi raut wajah wanita itu sudah tidak terbendung lagi.
DEG...
DEG...
DEG...
...✿ ✿ ✿ ✿...
DI SISI LAIN EVELYN.
Eve menggeliat dalam tidurnya di lirik jam menunjukan arah 09.00 wanita hamil itu kesiangan mungkin efek obat yang di minumnya.
Eve bergegas membersihkan tubuhnya setelah itu menuju dapur dan sarapan, masakan Sonia walaupun hanya 2 sampai 4 suap saja yang mampu diterima perutnya.
Eve memutuskan untuk bersih-bersih apartemen saja, ia tidak mau terbawa sedih yang berlarut-larut karena itu sudah pilihan nya kan? buat apa ia merenung lagi.
Belum sempat membersihkan apapun pintu apartemen berbunyi Eve berpikir Sonia kembali pulang mengambil sesuatu yang lupa.
Tanpa melihat dari monitor apartemen, Eve langsung membuka pintu.
" Ada ap-, oh Bella dan Bob? ada apa? " tanya Eve cukup tidak menyangka istri Eden datang kemari.
" Boleh kami masuk dulu. " ucap Bella.
"Ah ya. " Eve mempersilahkan kedua nya masuk.
" Ada apa Bel? semua baik-baik saja kan? " tanya Eve.
" Apa Eden sering datang kesini? atau dia sering ketemu Mbak Sonia? " tanya Bella.
" Ada beberapa kali dia ketemu ke kantor Sonia. " ucap Eve terpaksa berbohong.
" Kalau kalian ketemu gak sengaja, kasih tahu ya buat pulang kerumah. sudah 3 hari dia gak pernah pulang. kasihan Bob kangen sama Daddy Nya. " ucap Bella sedih.
" Ah, ya nanti gue kasih tahu. " ucap Eve merasa tidak enak.
" Apalagi Bobby sering banget mimpi-in Daddy-nya. " ucap Bella.
" Nanti kasih tahu Dad ya, Tante suluh pulang. " ucap Bobby menunduk sendu.
" Iya, nanti tante kasih tahu Daddy nya, jangan sedih terus ya. " ucap Eve mengelus lembut kepala Bobby.
" Kita pulang dulu ya Mbak. " ucap Bella berpamitan.
" Y-ya hati-hati dijalan. " ucap Eve pandangan matanya tidak sengaja menatap perut Bella yang mulai menyembul.
Tanpa sadar Eve mengelus perutnya pelan. Setelah kepergian Bella dan Bobby. Eve menuju kamarnya cukup lama wanita itu merenung terduduk di atas kasur.
Eve menuju meja riasnya menatap keadaan tubuhnya terutama perutnya yang mulai terlihat menyembul keluar. Eve melirik ke samping kiri dan kanannya pandangan nya jatuh pada cutter kecil yang memang ia letakan disana.
Eve menatap lekat cutter itu, tidak mungkin Eve membiarkan Eden akan bertanggung jawab padanya apalagi Bella sedang hamil dan Bobby masih kecil. Eve tidak sanggup hati harus merebut kasih sayang seorang ayah hanya karena keegoisan nya.
Apa ini jalan yang tepat baginya? untuk mengakhiri semua kisahnya?! Eve tidak akan membiarkan Eden bertanggung jawab pada kehamilan nya. tapi bagaimana? Eden terlalu keras kepala dan kukuh pada pendirian nya .
Mungkin ini satu-satunya jalan yang Eve pilih, demi kebaikan dan kebahagiaan semua orang.
" Kalau gue mati, apa semua masalah gue bakalan selesai? apa Eden senang kalau gue mati? Kalau gue ke luar kota gue pasti bakal ketemu sama dia lagi dong. " ujar Eve merasa putus asa.
Eve mengacak rambutnya frustasi, ini semua gara-gara kehamilan nya! andaikan ia tidak hamil dan obat perangsang mungkin dia tidak akan bernasib seperti ini.
" Gue harus mati aja, biar semua masalah gue cepat selesai dan Eden tidak akan meminta tanggung jawab lagi. dan semuanya bakalan selesai. "
" Eden juga gak akan tinggalin Bella dan anaknya lagi kalau gue mati. " pikir Eve lirih air mata wanita hamil itu mulai meluruh seiring ucapan nya.
" Tapi kalau gue mati, anak gue bakalan mati dong. sama aja gue bunuh dia. " ucap Eve mengelus perutnya.
" Sonia dan Dewa, pasti bakalan marah sama gue, kalau tahu gue bakalan mati. "
Dengan tekat yang gigih, Eve mengambil Cutter itu menuju wastafel kamar mandi, sebelum itu ia mengunci kamar nya terlebih dahulu dan menutup pintu kamar mandi.
Di depan kaca Eve sudah bersiap menggoreskan Cutter di kulit putih mulusnya. sambil menahan tangisan nya dan bibir bawahnya gemetar guna menahan isakan yang semakin menjadi.
" Gak apa-apa, gue bisa kok. gue kuat melewati semua ini sebentar lagi gue bakal ketemu Ayah dan Bunda di atas sana. gue gak mau jadi orang jahat mengambil kebahagiaan orang lain. " ucap Eve men sugesti dirinya.
" Cukup gue yang dikecewakan, cukup kebahagiaan gue yang di rampas. " lirih Eve sambil bersiap menggoreskan Cutter itu di urat nadinya dengan tangan gemetaran.
Belum sempat ujung Cutter menyentuh urat nadinya hanya menempel di kulitnya suara seseorang menyadarkannya, wanita hamil itu.
" EVELYN! "
Eve spontan menolah mendapati Eden yang kini tengah berdiri di ambang pintu tak jauh darinya dengan tatapan tajam mengarah padanya, rahang lelaki itu terlihat mengeras.
Eden melangkah besar menghampiri Eve ditariknya Cutter itu dengan kasar dari tangan Eve dilemparnya kearah lain. dengan kasar Eden menarik tangan Eve menuju kamar membuat langkah Eve terseret-seret.
" Mau ngapain lo tadi Mbak? " tanya Eden yang masih memegang tangan Eve lebih tepatnya mencengkram pelan.
" K-kok lo bisa masuk? pintu kan sudah gue kunci? lo-lo kok bisa ada disini sih? " tanya Eve tidak mengindahkan pertanyaan Eden.
" Jawab pertanyaan gue Mbak? lo mau ngapain tadi hah?! " sentak Eden menatap semakin tajam wanita hamil dihadapannya.
" GUE MAU BUNUH DIRI PUAS LO! " teriak Eve di depan wajah Eden.
" BUAT APA LO BUNUH DIRI ANJING! LO MAU BUNUH ANAK GUE?! " bentak Eden mencengkram rahang Eve.
" IYA GUE MAU DIA MATI! BIAR GUE MATI SAMA-SAMA DIA! " sahut Eve semakin berani.