NovelToon NovelToon
Apel : Sebuah Kecantikan Dari Kesederhanaan

Apel : Sebuah Kecantikan Dari Kesederhanaan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta Terlarang / Beda Usia / Persahabatan / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: AppleRyu

Ryu dan Ringa pernah berjanji untuk menikah di masa depan. Namun, hubungan mereka terhalang karena dianggap tabu oleh orangtua Ringa?

Ryu yang selalu mencintai apel dan Ringa yang selalu mencintai apa yang dicintai Ryu.

Perjalanan kisah cinta mereka menembus ruang dan waktu, untuk menggapai keinginan mereka berdua demi mewujudkan mimpi yang pernah mereka bangun bersama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AppleRyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14 : Tentang Ringa

Hari itu, Abang Ryu terbangun dari komanya. Aku sangat senang dan bahagia melihat Abang Ryu bangun dari komanya setelah dua bulan lamanya.

Aku dan Hana bergantian menemani Abang Ryu di rumah sakit, lalu kejadian malam itu tidak pernah aku lupakan.

Aku dan Hana bertengkar, Hana menamparku dan Abang Ryu membelaku. Aku benar-benar terkejut karena Hana menamparku secara tiba-tiba saat kami berdebat.

Saat itu, setelah menerima tamparan dari Hana, rasa sakitnya bukan hanya di pipiku yang memerah, tetapi juga di hatiku yang terasa seperti dihancurkan. Aku tidak pernah menyangka bahwa Hana bisa menjadi sekeras ini, meskipun aku tahu bahwa dia sangat mencintai Abang Ryu. Aku berdiri terpaku, tidak mampu berkata apa-apa. Pikiranku melayang-layang, mengingat kembali semua kenangan bersama abang Ryu, dan perasaanku yang tak pernah benar-benar padam untuknya.

Aku mengerti mengapa Hana marah. Aku datang ke sini dengan niat baik, ingin memastikan bahwa Abang Ryu baik-baik saja setelah kecelakaan itu. Namun, kehadiranku malah membuat segalanya semakin rumit. Hana dan Abang Ryu memang sudah bersama, dan aku seharusnya bisa menerima itu. Tapi, rasa cinta dan kekhawatiranku pada Ryu selalu menarikku kembali padanya, seolah-olah ada ikatan yang tak bisa diputuskan.

Aku menatap Hana yang berjalan menjauh dengan air mata di wajahnya. Aku bisa merasakan betapa sakitnya perasaannya. Dia yang selalu ada di samping Abang Ryu, melalui masa-masa sulit dan mendukungnya tanpa henti. Dia merasa dikhianati, dan mungkin aku memang menjadi alasan ketidakstabilan ini. Tetapi, aku juga merasakan hak untuk peduli pada Abang Ryu, karena dia masih menjadi bagian besar dalam hidupku.

"Ringa, kenapa kamu harus datang ke sini? Ryu sudah punya aku. Kamu tidak seharusnya ada di sini."

Kata-kata Hana terus terngiang di kepalaku. Apakah benar aku tidak seharusnya ada di sini? Apakah aku hanya menambah beban bagi Abang Ryu dan Hana? Aku merasakan dilema yang begitu berat, antara keinginan untuk berada di sisi Abang Ryu dan kenyataan bahwa dia sudah memiliki Hana.

Saat Hana berbalik dan berjalan menjauh, meninggalkan aku dan Abang Ryu dalam keheningan yang menyakitkan, aku mencoba mengumpulkan kekuatanku. Aku tahu aku harus berbicara dengan Abang Ryu, tetapi bibirku terasa terkunci. Aku takut kata-kataku akan semakin memperburuk keadaan. Namun, aku juga tidak bisa diam saja.

Aku melangkah perlahan menuju tempat tidur Ryu, mencoba mencari keberanian untuk berbicara. "Bang, aku minta maaf jika kehadiranku membuat segalanya semakin sulit. Aku hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja. Aku tidak pernah bermaksud untuk mengganggu hubunganmu dengan Hana."

Abang Ryu menatapku dengan mata yang penuh dengan kebingungan dan rasa bersalah. "Ringa, aku mengerti. Aku tahu kamu peduli padaku. Tapi, kita harus menemukan cara untuk menyelesaikan ini tanpa menyakiti satu sama lain."

Aku mengangguk, merasa sedikit lega bahwa Abang Ryu tidak marah padaku. "Aku tidak akan pergi sampai aku yakin kamu benar-benar baik-baik saja. Aku hanya butuh waktu untuk melihat bahwa kamu pulih. Setelah itu, aku akan pulang ke Surabaya."

Ryu menghela napas panjang, tampak berpikir keras. "Kamu tahu, aku juga tidak ingin kamu pergi dengan perasaan bersalah atau tidak puas. Kita harus bicara lebih banyak tentang ini, mencari cara agar semuanya bisa berjalan dengan baik."

Aku tersenyum tipis, merasa sedikit lebih baik. "Terima kasih, Bang. Aku tahu ini tidak mudah bagi kita semua. Tapi, aku percaya bahwa kita bisa menemukan jalan keluarnya."

Aku duduk di samping tempat tidur Abang Ryu, memegang tangannya dengan lembut. "Aku tidak pernah ingin membuat segalanya sulit. Aku hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja, karena kamu adalah cinta pertamaku dan kamu adalah bagian penting dalam hidupku. Meskipun sekarang kamu sudah bersama Hana, rasa cinta dan rasa sayang itu tidak akan pernah hilang."

Ryu menatapku dengan mata yang berbjnar penuh rasa terima kasih. "Aku tahu, Ringa. Aku tahu."

Malam itu, kami berbicara panjang lebar. Kami membicarakan masa lalu, tentang kenangan-kenangan yang pernah kami bagi, tentang perasaan yang masih tersisa. Aku bisa merasakan bahwa meskipun kami bukan pasangan yang sah, ada ikatan yang tetap menghubungkan kami. Ikatan yang tidak bisa disatukan, karena takdir yang harus memisahkan hubungan kami.

Aku menyadari bahwa kehadiranku memang membawa ketidaknyamanan bagi Hana. Tetapi, aku juga merasa bahwa aku berhak untuk mengetahui keadaan Abang Ryu. Aku berhak untuk memastikan bahwa dia baik-baik saja. Dan meskipun Hana marah padaku, aku berharap dia bisa mengerti bahwa rasa peduliku pada Abang Ryu bukan untuk merusak hubungan mereka, tetapi murni karena aku masih mencintai Abang Ryu dengan sepenuh hati.

Semakin lama kami berbicara, semakin aku merasa lega. Aku bisa merasakan beban yang sedikit demi sedikit terangkat dari hatiku. Aku tahu perjalanan ini masih panjang, dan mungkin akan ada banyak halangan di depan. Tetapi, aku percaya bahwa dengan komunikasi yang baik, kami bisa melewati semua ini.

Pada akhirnya, aku tahu bahwa keputusan ada di tangan Abang Ryu. Aku harus bisa menerima apapun yang dia pilih. Jika dia memilih Hana, aku harus belajar melepaskannya dengan ikhlas. Jika dia masih memiliki perasaan padaku, kami harus menemukan cara untuk meyakinkan orangtuaku, bahwa hubunganku dan Abang Ryu adalah cinta yang suci. Yang terpenting, aku ingin Abang Ryu bahagia, apapun yang terjadi.

Aku menatap Abang Ryu sekali lagi, dan berkata dengan lembut, "Bang, aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku akan selalu ada untukmu, sebagai seseorang yang selalu mendoakan dan mendukungmu. Aku tidak akan pergi sampai aku yakin kamu benar-benar baik-baik saja."

Abang Ryu tersenyum tipis, matanya berkaca-kaca. "Terima kasih, Ringa. Aku sangat menghargai itu."

Setelah Abang Ryu sembuh, aku memutuskan untuk kembalii ke Surabaya, aku tahu orangtuaku akan marah besar, aku tahu resiko apa yang akan menimpaku ketika nanti aku kembali. Aku bolos sekolah hampir dua bulan, orangtuaku berusaha membujuk ayah Abang Ryu untuk menyuruhku pulang, tapi aku tetap bersikeras untuk tetap di rumah sakit demi memastikan keadaan Abang Ryu. Tapi sekarang, setelah dia mulai pulih, aku tahu saatnya untuk kembali menghadapi kenyataan di rumah.

Aku memberanikan diri untuk mengemasi barang-barangku dan berpamitan dengan Abang Ryu. “Aku akan kembali ke Surabaya besok,” kataku dengan suara pelan, mencoba menahan air mata yang mulai menggenang di mataku.

Abang Ryu menatapku dengan mata yang penuh kehangatan. “Ringa, terima kasih sudah ada di sini untukku. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika kamu tidak datang.”

Aku mengangguk, berusaha tersenyum. “Aku hanya melakukan apa yang aku rasa benar. Aku ingin kamu tahu bahwa aku selalu peduli padamu, meskipun kita sudah berpisah.”

Abang Ryu memegang tanganku dengan lembut. “Aku mengerti. Dan aku sangat menghargai apa yang kamu lakukan. Semoga kita bisa tetap berteman meskipun kamu kembali ke Surabaya.”

“Aku harap begitu,” jawabku, suaraku bergetar. “Jaga dirimu baik-baik, Abang. Aku akan kembali Surabaya untuk melanjutkan sekolah,” ucapku dan memberikan ciuman perpisahan ke pipinya abang Ryu.

Setelah itu, aku berpamitan dengan Hana. Meski suasana antara kami masih tegang, aku berharap dia bisa mengerti niatku. “Kak, aku minta maaf atas semua kekacauan yang terjadi. Aku benar-benar hanya ingin memastikan Abang Ryu baik-baik saja.”

Hana menghela napas, menatapku dengan mata yang masih penuh emosi. “Aku tahu, Ringa. Aku juga minta maaf karena sudah terlalu emosional. Aku hanya berharap kita bisa menemukan cara untuk berjalan maju tanpa menyakiti satu sama lain lagi.”

Aku mengangguk. “Aku juga berharap begitu. Semoga kalian berdua bahagia.”

Perjalanan kembali ke Surabaya terasa berat. Aku tahu aku akan menghadapi kemarahan dan kekecewaan dari orangtuaku. Mereka pasti sangat marah karena aku bolos sekolah begitu lama. Tapi, aku juga tahu bahwa aku harus bertanggung jawab atas keputusan yang telah kuambil.

Setibanya di rumah, aku langsung disambut dengan tatapan marah dari mamaku. “Ringa, kamu tahu betapa khawatirnya kami? Bagaimana kamu bisa pergi begitu saja tanpa kabar?”

Aku menundukkan kepala, merasa bersalah. “Maaf, Ma. Aku hanya ingin memastikan Abang Ryu baik-baik saja.”

Mamaku memotong dengan suara penuh kemarahan. “Bukan hanya itu masalahnya, Ringa. Kamu tahu betul hubunganmu dengan Ryu itu tidak boleh. Kami sudah jelas mengatakan bahwa hubungan kalian dilarang. Dia sepupumu! Apakah kamu tidak memikirkan konsekuensi dari tindakanmu?”

Ayahku, kali ini tampak sangat marah. “Ringa, kamu sudah membuat kami sangat khawatir. Dan lebih dari itu, kamu melanggar perintah kami. Kami tidak mengizinkan hubungan seperti itu dalam keluarga ini. Kamu tidak bisa bertindak sembarangan seperti ini.”

“Aku tahu, Ayah. Aku minta maaf. Aku hanya... Aku hanya merasa harus ada di sana untuk Abang Ryu,” kataku dengan suara yang bergetar.

“Kamu merasa harus ada di sana?” Mama membentak, matanya berkilat marah. “Kamu tahu ini bukan tentang peduli atau tidak peduli, Ringa. Ini tentang prinsip, tentang keluarga, dan tentang norma yang kita pegang. Kamu tidak bisa seenaknya melanggar aturan yang sudah jelas-jelas kami tetapkan.”

Aku merasa terhimpit oleh rasa bersalah dan tekanan. “Aku mengerti, Ma, Ayah. Tapi aku benar-benar peduli pada Abang Ryu. Aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja.”

“Kamu harus belajar untuk mengendalikan perasaanmu,” Ayah berkata dengan tegas. “Kamu harus memahami bahwa ada batasan yang tidak boleh dilanggar. Kami tidak bisa menerima hubungan kalian, dan kamu harus menghormati itu.”

Air mata mulai mengalir di pipiku. “Aku tahu, Ayah. Aku minta maaf. Aku hanya… aku hanya bingung dan tidak tahu harus bagaimana.”

Namun, permintaan maafku tidak cukup untuk meredakan kemarahan mereka. Ayah dan Mama memutuskan bahwa mereka harus mengontrol hidupku lebih ketat. Mereka tidak ingin kejadian seperti ini terulang lagi.

“Kamu tidak boleh keluar rumah tanpa izin kami,” kata Ayah dengan suara tegas. “Dan mulai sekarang, kami akan memantau semua kegiatanmu, termasuk siapa yang kamu hubungi.”

Mama menambahkan, “Kami juga akan berbicara dengan pihak sekolah untuk memastikan kamu tidak bolos lagi. Kami tidak ingin ada lagi insiden seperti ini. Kamu harus fokus pada sekolah dan masa depanmu.”

Aku merasa terhimpit oleh aturan baru ini, tapi aku tahu bahwa aku tidak punya pilihan selain mematuhinya. Aku mengangguk lemah, berusaha menerima kenyataan bahwa hidupku akan lebih terkekang mulai sekarang.

Hari-hari berikutnya, orangtuaku benar-benar menerapkan kontrol ketat. Mereka memeriksa ponselku setiap hari, memantau pesan dan panggilan yang masuk dan keluar. Rasanya seperti aku kehilangan kebebasan, tapi aku tahu bahwa ini adalah konsekuensi dari keputusanku.

Di sekolah, aku berusaha keras untuk mengejar ketertinggalan. Guru-guru juga sudah diberitahu tentang situasiku, dan mereka memberikan perhatian ekstra untuk memastikan aku tetap berada di jalur yang benar. Teman-temanku bertanya-tanya mengapa aku tiba-tiba menjadi lebih tertutup dan sulit diajak keluar, tapi aku hanya bisa memberikan alasan singkat bahwa aku harus fokus pada pelajaran.

Aku tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tapi aku bertekad untuk menjalani hidupku dengan penuh tanggung jawab dan kebijaksanaan. Siapa tahu, mungkin suatu hari nanti aku akan menemukan jalan untuk meraih kebahagiaan yang sejati, baik dengan Abang Ryu atau dengan orang lain yang mencintaiku apa adanya. Dan yang terpenting, aku akan selalu membawa pelajaran berharga ini dalam hatiku, sebagai panduan dalam menghadapi setiap tantangan yang datang.

1
ᴋɪᷡɴᷟɢ
Cerita ini kompleks, jujur unexpect banget ternyata Inggit ada hubungannya dengan bapaknya Ringa. Dunia memang sesempit itu, gue penasaran bgt sama lanjutannya, buat Author walaupun ceritanya sepi, sampai disini gue akuin ini cerita bener-bener masterpiece, gue gak nyangka dan diluar nalar banget.. bikin cliffhanger yang bagus di setiap episodenya, gila author nya diluar nalar cooook
Mitsuha
Itu kebun apelnya Abang Ryu sama Ringa, maen ngomong kita aja
Mitsuha
Novelnya bagus bangeeeet🫶🏻🫶🏻🫶🏻
流大伊佐山豊
Cepet banget, update thooor update
流大伊佐山豊
Laura idup lagi?
流大伊佐山豊
Apel
流大伊佐山豊
Gila sih, apasih lawak woy lawak.. meninggal? tiba2 bangeeeeeeeeeet
流大伊佐山豊
Hana b*b*
流大伊佐山豊
Ryu nih masih naif, apakah dia akan jadi Xu Zhu?
流大伊佐山豊
Anzaaaaaay Ryu dan Ringa ga siiii 😂😂
流大伊佐山豊
Ryu dan Hana ga sih 😂
流大伊佐山豊
Lah emang bener kata si Hana, Ryu ini bener-bener gak bisa lepas dari Ringa.. tapi Hana juga ya elah Hana Hana
流大伊佐山豊
Stress nih cewe
流大伊佐山豊
Kocak banget Hana, astagaaa
流大伊佐山豊
Niat banget si Laura
流大伊佐山豊
Laura.. Beautiful name
流大伊佐山豊
Asli keluarganya Ringa kelewatan
ona
hana redflag banget woy /Right Bah!/
ona
eh hana bjir banget /Panic/
流大伊佐山豊
Orangtuanya Ringa kolot ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!