DILARANG PLAGIASI! KARYA ORISINIL NURUL NUHANA.
Apa yang akan kalian lakukan jika menyadari kehidupan kalian dalam bahaya? Tentunya takut bukan?
Itulah yang saya alami, setelah secara tidak sengaja membantu membayarkan makanan seorang pria di sebuah Kafe. Sebuah kebaikan dan ketidaksengajaan yang membuat hidup saya masuk ke jurang kesengsaraan dan kriminalitas. Pria yang sempat saya tolong itu menjadi obsesi dan semua tindakannya untuk mendapatkan saya sudah sangat mengganggu ketenangan dan membahayakan.
Gilanya obsesi pria itu sampai memaksa saya untuk menikah dengannya. Saya yang ketakutan dan terancam, menerima pernikahan itu dengan terpaksa. Saya tetap saja tidak mencintai suami saya, walau perlakuannya seperti malaikat. Tapi suami saya juga bisa langsung berubah menjadi iblis jika saya memberontak.
"Kurang ajar! Kabur sejauh ini ternyata kamu ingin mengaborsi anak kita!" Hans membentak dan mencengkram dagu saya.
"Kamu tidak akan pernah bisa lari dari saya Mona!" ejeknya tertawa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NURUL NUHANA., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ANCAMAN UNTUK BERDAMAI.
Pria itu mengambil telepon genggamnya di saku celana kanan, lalu menampilkan sebuah video tubuh saya yang tanpa sehelai benang pun dan sedang tertidur pulas. Video yang sebelumnya ia ambil saat di kamar saya. Ia tersenyum mengejek dan tatapan penuh intimidasi.
"Apa maksudmu! Bukankah saya sudah menghapusnya!" ujar saya panik.
"Ya, tapi saya tidak sebodoh itu Mona. Seharusnya kamu juga tidak semudah itu percaya kepada pria asingkan?" tanyanya mengejek.
"Tolong jangan sebarkan itu!" mohon saya.
Saya ingin merebut telepon genggam itu dari tangannya, namun saya tidak mau membuat aurat saya kembali terlihat. Saya harus tetap menjaga agar bagian tubuh depan saya tertutupi.
"Ini hukuman atas ketidak jujuranmu!" ucapnya.
"Saya memberimu satu kali kesempatan lagi, dan katakan dengan jujur," ujarnya.
"Siapa yang membuat kamu seperti ini Mona?" tanyanya.
Saya menggeleng dan menjawab,"Tidak ada ...."
"Saya tanya sekali lagi Mona!" tekannya.
"Siapa yang membuat baju kamu koyak?" tanyanya menekan.
"Saya sendiri, saya yang mengoyakkannya," jawab saya berbohong.
Ini semua saya lakukan demi melindungi Riko. Saya tahu apa yang saya lakukan saat ini salah, tapi saya tidak mau Riko disakiti oleh pria ini. Selain itu, sebenarnya saya takut Riko semakin melakukan hal jahat kepada saya. Jika saya mengatakan hal ini kepada orang lain, hal itu akan membuat saya semakin celaka. Lihat saja sebelumnya, teman-teman gerombolannya tadi mengejar saya. Itu pasti orang-orang suruhan Riko, Riko pasti menyuruh mereka menangkap saya untuk kembali ia lecehkan, atau mungkin bisa saja di bunuh. Oleh sebab itu, saya tidak mau mengatakannya dengan siapapun, apalagi dengan pria misterius ini. Pria ini bisa saja disakiti oleh Riko, saya juga tidak mau pria ini kenapa-kenapa. Saya tidak mau orang lain tersakiti karena saya.
"Baiklah, saya akan menyebarkan tubuh telanjangmu," ujar pria ini seraya mengutik telepon genggamnya.
"Jangan!" Mohon saya sontak menahan kedua tangannya untuk berhenti mengutik telepon genggamnya.
"MAKANYA JUJUR MONA!" bentaknya menggelegar.
Saya sangat terkejut dan memejamkan mata. Suaranya sangat kuat, saya juga khawatir gerombolan pria tadi mendengarnya dan berhasil menemukan keberadaan saya di sini. Hal itu juga membuat saya takut di gerebek warga, apalagi dalam posisi pakaian yang compang-camping seperti ini.
"Tetap tidak mau jawab?" tanyanya.
Saya hanya menangis ketakutan. Saya tidak mau menjawabnya, bahkan melihat wajahnya saja saya takut. Saya salah, ternyata pria ini lebih menyeramkan daripada Riko.
"Dengar!" ujarnya tegas seraya mencengkram dagu saya dengan tangan kanannya.
"Kamu tidak akan bisa mengusir saya pergi! Jika kamu melakukannya lagi, kamu akan melihat tubuhmu dinikmati milyaran pria birahi di luar sana!" peringatannya.
"Apa kamu paham!" tanyanya.
Tanpa menoleh dan hanya memejamkan mata, saya mengangguk. Saya benar-benar sangat ketakutan saat ini. Bahkan tangan saya gemetar, dan tubuh saya membeku. Saya sangat takut dengan ancamannya, saya tidak mau video dan foto tubuh saya tersebar.
"Ya Allah ... hamba benar-benar takut. Tolong Mona ya Allah ... apa yang harus Mona lakukan untuk pergi dari pria ini? Mona takut ya Allah ...," mohon saya kepada Tuhan.
Pria ini melepaskan cengkramannya dan beralih membelai pipi saya. Napas amarahnya terdengar mulai melembut. Sementara napas saya masih tersengal ketakutan.
"Kamu takut Mona?" tanyanya lembut.
Saya diam tak menjawab, kemudian ia kembali berkata,"Jangan takut. Saya tidak akan menyakitimu."
"Mona ... lihat saya!" pintanya lembut.
Saya membuka mata dan menatap matanya. Saya lebih memilih untuk menurutinya, itu semua demi keselamatan saya. Dan juga demi foto dan video itu tidak tersebar.
"Apa kamu takut?" tanyanya dan saya angguki dengan lembut.
Kemudian pria ini membuka hoodie yang sedang ia pakai. Saya sontak panik dan semakin mundur ketakutan, padahal sudah mepet tembok. Tetapi saya tak berani melakukan apa-apa. Tubuh saya membeku ketakutan.
Terlihat pria ini memakai kemeja hitam berbahan satin, sangat cocok dan membentuk otot lengan dan dadanya. Pinggangnya juga terlihat ramping dan dadanya semakin terlihat bidang. Badannya benar-benar bagus dan atletis, hanya saja tertutupi hoodie sebelumnya. Kepalanya yang sedari tadi tertutupi topi hoodie, sekarang menampilkan rambut hitamnya yang sangat indah. Saya tidak tahu model rambutnya, tapi itu terlihat sedikit panjang dan cocok dengan wajahnya. Pria ini jauh lebih tampan dan atletis daripada Riko.
"Pakai ini Mona," ucapnya.
Pria ini memakai hoodie itu dengan lembut ke tubuh saya. Saya hanya diam menurutinya tanpa penolakan dan sepatah kata pun. Dan hoodie hitam besar miliknya itu, sudah menutupi tubuh saya, dada saya yang terbuka kini sudah terselamatkan.
"Saya tidak akan menyakiti kamu Mona." Ujarnya lembut dan tersenyum seraya membelai pipi kanan saya.
"Saya tidak akan melakukan hal keji dan kotor seperti itu kepada kamu, walaupun saya sangat bernafsu sekarang," ucapnya.
"Jangan takut Mona ...," titahnya lembut dengan senyuman manis.
"Kita pulang ya," ajaknya dan sontak saya angguki.
Saya merasa aman mendengar pernyataan dari suara lembutnya. Saya merasa pria ini jujur akan perasaannya dan berniat menolong saya. Mungkin ia memang penolong yang dikirim Tuhan untuk saya, sesuai doa saya. Setelah keributan dan perdebatan yang terjadi diantara kami barusan, pria ini memilih mengalah dan tak mencecar saya lagi. Saya juga menurutinya untuk keselamatan hidup saya.
Pria ini menarik tangan kanan saya dengan tangan kanannya, dan kami keluar dari celah buntu itu. Ia melihat ke sekitar, syukurlah tidak ada siapapun yang mendengar keributan kami. Kawasan ini tetap sunyi. Ia menarik tangan saya untuk melewati jalan yang dilalui gerombolan pria tadi, saya sontak menahan langkahnya.
"Ada apa?" tanya pria ini.
"Jangan lewat sana, nanti ada mereka," jawab saya takut dan was-was.
"Mereka tadi lari ke depan sana kan?" tanya saya.
Pria ini tersenyum dan berkata,"Jangan takut, saya ada di sini Sayang"
Ia menarik tangan saya lagi dan melanjutkan langkahnya. Saya menurutinya, jika ia sudah berkata seperti itu. Saya serahkan semuanya kepada pria ini, mungkin saja ia benar-benar bisa menjaga saya. Sesekali saya menoleh ke belakang, takut ada gerombolan pria jahat tadi yang mengejar kami. Untungnya tidak ada, sunyi dan hening.
Untung berhasil selamat.
Walau baju sudah compang-camping!
Tapi masa Mona mati?/Sob/
Makanya jangan banyak tingkah Hans!
Masuk ICU kan jadinya/Drowsy/
Riko siapa ini?/Scream/