NovelToon NovelToon
Flight Attendant, Take Me Fly Captain

Flight Attendant, Take Me Fly Captain

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat
Popularitas:4.6M
Nilai: 4.7
Nama Author: Isma Wati

Delia adalah seorang pramugari di sebuah maskapai penerbangan di Indonesia. Hingga suatu ketika Delia dijadwalkan terbang bersama seorang pilot tampan idola para wanita, menggantikan rekannya yang berhalangan masuk, dan bertemu dengan seorang pilot tampan, yang digandrungi banyak pramugari.

Delia pikir kapten Abian adalah Captain ramah dan baik, nyatanya Captain itu sangat menyebalkan untuknya, membuat Delia begitu membenci pilot itu.

"Aku bersumpah, walau didunia ini laki-laki tersisa hanya dia, aku tak sudi jika harus berjodoh dengan laki-laki bermulut sambal sepertinya," gerutu Delia.

Namun Delia seperti termakan omongannya sendiri, dia yang tak sengaja bertemu mama Abian, dan wanita itu menjodohkan mereka berdua, Delia pun jatuh cinta pada pesona sang pilot.

Hingga saat Abian datang dan melamar Delia. Terungkap jika kematian ayahnya ada hubungannya dengan Abian.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isma Wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pengalaman Pertama

"Kira-kira Delia sama Captain Abian ada keperluan apa ya Capt? nggak biasa-biasanya." Heran Voni sedikit ada rasa curiga. "Captain nggak curiga gitu, atau cemburu?."

"Hmmm" Rendy menimang ucapan Voni "Tenang aja, Captain Abian tau kok, kalau aku juga lagi deketin Delia, dia pasti memang ada perlu yang kita nggak boleh tau.

"Tapi Captain Rendy juga harus waspada, jangan sampai di tikung Captain Abian."

Dalam hati Rendy membenarkan perkataan Voni "Captain Abian sudah punya pacar, seorang model, dia nggak mungkin mengkhianati pacarnya, Captain Abian kan bucin minta ampun sama pacarnya." Mencoba menyakinkan diri sendiri.

"Mereka pacaranya udah lama ya Capt?" Voni mulai penasaran.

"Lumayan, sekarang mereka lagi berjuang buat dapat restu dari mamanya Captain Abian."

"Loh, mereka nggak direstuin gitu?"

"Iya, eh kuda Voni, kenapa kamu jadi kepo-kepo gitu?, awas ya, kalau kamu sampai bocorin gosip ini sama orang-orang."

"Hehehe engga, Capt."

"Nanti kalau Delia sudah pulang kabarin ya."

"Ck, Captain Rendy tuh aneh, udah sering jalan, sering ketemu, antar jemput, bukannya minta sendiri nomornya Delia, ih"

"Biar hidup kamu ada manfaatnya," ujarnya seraya menaik turunkan alisnya "Gih turun, udah sampai apartemen kamu," usir Rendy "Jangan lupa, kalau Delia sudah pulang, kamu kabarin saya."

"Iya Capt," jawab Voni setelah turun dari mobil Rendy "Tapi kalau saya tidak lupa ya!" lanjutnya,Voni langsung bergegas masuk.

Benar kata Voni, jika Rendy tak boleh lengah, sebab yang terjadi pada Delia dirumah Abian adalah, usaha mama dan kakak-kakak Abian yang sedang mencoba melakukan pendekatan pada Delia.

Abian sendiri memilih masuk ke kamarnya yang ada di lantai dua, karena keberadaannya juga seperti tak dianggap, yang ada dia seperti di bully oleh kedua kakak dan mamanya, ditambah Delia yang seolah masih sangat dendam padanya. Abian akan mandi terlebih dahulu sebelum mengantar Delia pulang, juga agar otaknya sedikit adem menghadapi empat srikandi yang sedang bersekutu itu.

"Belum apa-apa dia udah merebut kasih sayang mama, sudahlah mama emang nggak butuh anak laki-laki, ada satu malah di sia-siakan," Abian masuk kamar mandi dengan mendumel.

Sedang yang terjadi di lantai bawah, Delia kebingungan terhadap perhatian kakak-kakak Abian yang dirasa sangat berlebihan. Serta ucapan-ucapan mereka tentang Abian, Delia merasa dia seperti kandidat calon keluarga dirumah ini.

"Delia suka makan apa?" tanya Amanda, dia menyediakan kue-kue kering buatannya untuk Delia.

"Apa aja Bu, kita kan nggak boleh pilih-pilih makanan!" ujar Delia. "Ini kuenya enak Ibu yang bikin sendiri?."

"Iya, kamu suka?," Delia mengangguk "Kalau Abian agak sedikit pemilih, tapi nggak papa, kamu pasti bisa mengimbangi dia."

Mendengar itu, Delia hanya tersenyum kecil, bingung harus menanggapi apa perkataan mama Abian.

"Kamu kerja jadi pramugari sudah lama?" tanya Amanda lagi.

"Belum Bu, masih baru. Sekitar lima bulanan." Delia menjawab apa adanya.

Jawaban Delia membuat Amanda sedikit lemas, pasalnya, yang Amanda tahu, jika maskapai tempat Delia dan Abian bekerja tidak memperbolehkan awak kabin mereka menikah, jika belum menjadi karyawan tetap. Dia ingin Abian dan Delia segera berjodoh. Perubahan raut wajah Amanda terbaca oleh Arumi.

"Bisalah Ma nanti itu diatur, nggak perlu menunggu Delia harus jadi karyawan," ucapnya, tanpa Delia tahu maksud yang mereka bicarakan.

"Kamu nanti sering-sering kesini ya Delia, Ibu jadi merasa ada temannya, ini agak mendingan sakit kepalanya, nggak separah sebelumnya. Ibu tuh kesepian, kamu tau sendiri, Abian jam terbangnya panjang, suka nggak pulang, kalau lagi libur pun, dia sering keluar," keluh Amanda "Ini aja sekarang kakak-kakak Abian maksain kesini, mereka sibuk urus anak suami." Amanda mengedipkan mata pada kedua anak perempuannya.

Sedang Delia merasa dejavu atas permintaan mama Abian, walau ada rasa kasihan. Delia jadi teringat mamanya, apakah mamanya akan kesepian seperti ini juga?, mengingat dia dan adiknya semua anak perempuan, yang jika sudah menikah pasti akan ikut bersama suaminya, sedang ayahnya sudah tidak ada.

"Iya Delia," sambung Arumi "Eh kamu harap maklum ya kalau Abian ngomongnya suka ceplas-ceplos, dia dimulut saja suka pedas ngomongnya, tapi Abian laki-laki yang sangat penyayang."

Delia hanya nyengir, lalu menggaruk keningnya, dia_bingung.

Mereka tak tahu, jika Abian dari atas memperhatikan semua yang mereka lakukan pada Delia, ada rasa kasihan melihat Delia seperti kebingungan, Abian juga melihat Delia merasa tak nyaman dengan tingkah dan ucapan mama dan kakaknya, walau Abian tahu, Delia bisa mengimbangi mereka.

Abian jadi membandingkan perlakuan keluarganya pada Attaya dan Delia, sangat jauh berbeda, Attaya jika ikut kerumah Abian, lebih sering masuk ke kamar Abian dari pada harus mengobrol dan berbaur dengan mamanya, itu yang membuat mamanya tak suka, dan memasang wajah dingin jika ada Attaya.

Sedang pada Delia, belum bertemu saja mereka sudah antusias, apalagi sudah bertemu seperti ini, sampai-sampai mamanya mau berakting sakit, mereka seperti mendapat anak dan adik perempuan baru.

"Mama dari siang belum makan loh Ma, Mama harus makan, kan mau minum obat." Arini menimpali, dan drama masih berlanjut.

"Uhuk uhuk uhuk" Amanda terbatuk.

"Tuhkan, Mama batuk lagi, harusnya udah mendingan loh." Arumi.

"Ini karena Mama belum minum obat lagi." Arini

"Ma, udah maghrib, suami Arumi pasti udah pulang kerja, tadi izinya cuma sebentar, Arumi pulang dulu ya."

"Arini juga Ma, anak-anak di titipin ke mba cuma sebentar, nanti suami Arini marah." memberi senyuman palsu "Delia, boleh minta tolong sebentar nggak, suapin mama dulu, kamu nggak sibuk kan?" Arini memasang wajah memelas.

Delia tersenyum canggung, dan akhirnya mengangguk menyanggupi, karena tak enak.

"Makasih ya Delia, nanti jangan lupa ya, obat mama diatas meja makan." pesan Arumi sebelum pulang.

Arumi dan Arini bergandenga saat berjalan keluar, membuat Abian sampai geleng kepala.

Delia benar menuruti pesan kakak-kakak Abian, dia menyuapi Amanda makan, dan tak lupa memberikannya obat, yang Delia tak tahu jika itu adalah hanya vitamin.

"Ibu sekarang tidur ya, Delia anterin ke kamar Ibu." Amanda tersenyum dan nurut, dia semakin yakin, Delia memang pantas untuk Abian.

"Makasih ya Delia, kamu sudah mau urus Ibu, eh mulai sekarang panggil mama saja seperti yang lain ya?, biar enak di dengar." pinta Amanda. Dia bisa melihat ketulusan Delia.

"Hah?"

"Mau ya?" Amanda memasang wajah memohon.

"I-iya Ma." Delia menurut "Ma-ma sekarang istirahat, Delia mau cari Captain Abian, mau izin pulang." Delia merebahkan tubuh Amanda, dan menyelimutinya.

"Kalau lagi di luar jangan panggil Captain, panggil Bian aja, biar lebih akrab."

"Iya Bu, eh Ma." Delia mengiyakan lagi.

Mana mungkin, aku panggil dia begitu.

Delia keluar dari kamar Amanda, rmencari keberadaan Abian yang sejak tadi menghilang.

"Captain sejak tadi disini?" Delia memasang wajah kesal.

Abian yang sedang duduk di sofa dan fokus pada ponselnya sontak menoleh ke belakangan mendengar suara Delia.

"Udah selesai?" tanyanya, dan Delia mengangguk

Delia bisa melihat jika Abian sudah mandi, penampilannya yang segar, dan sudah berganti pakaian.

"Ayo kita pulang." Abian beranjak dari duduknya, langsung menuju pintu keluar, diikuti oleh Delia dibelakangnya.

"Aku antar naik motor aja ya?" tanya Abian saat mereka berada di garasi. Abian sedang memasang helmnya. "Biar lebih cepat sampai aja, jam segini jalanan suka macet parah." Abian beralasan.

Delia memperhatikan motor sport Abian, jika dia duduk dibelakang, otomatis dia akan menempel pada punggung Abian, karena posisi jok belakang yang menungging.

"Saya pulang sendiri aja." tolak Delia.

"Nggak," jawab Abian, dia bahkan langsung memasangkan helm pada Delia, "Aku yang bawa kamu kesini, jadi aku tanggung jawab." Abian kemudian memasangkan jaket jeans biru miliknya pada Delia "Lain kali jangan pakai baju yang seperti ini, kamu seperti wanita malam," cibirnya, karena Delia memakai baju yang mengekpos pundaknya.

"Saya bahkan sering memakai yang lebih terbuka, yang sumurnya keliatan," jawab Delia acuh dengan bibir mengerucut beberapa senti.

"Terserah jika sedang tidak sama saya, mau pakai lingerie juga bukan urusan saya." Abian menjawab ketus.

Abian menaiki motornya "Cepat naik."

Dengan berpegangan kedua pundak Abian, Delia menaiki motor itu, Delia menarik ujung jaket Abian untuk berpegangan.

"Pegangan yang benar, saya bukan tukang ojek," ujar Abian.

"Hah!!" Delia bingung, lalu dia meremas jaket sebelah kiri dan kanan pinggang Abian.

Abian hanya menghela nafas, Dirasa Delia siap, Abian segera melajukan motornya membelah jalanan kota Jakarta malam hari.

Keduanya dilanda kebisuan, Abian yang fokus pada jalanan walau sesekali melirik Delia melalui kaca spion, sedang Delia tampak menikmati udara malam yang terasa menyejukkan untuknya.

Apa yang ditakuti Delia benar terjadi, dadanya sesekali berbenturan pada punggung Abian, sehingga Abian bisa merasakan kenyalnya kedua gunung milik Delia, menimbulkan desiran aneh bagi Abian, namun Delia tidak menyadari itu, dan Abian kembali mengulum senyum, ini juga pengalaman pertamanya berboncengan dengan lawan jenis, yang Abian rasa, ini jauh lebih menyenangkan. Apalagi saat Abian menarik pedal remnya mendadak, Delia sering kelepasan melingkarkan tangannya memeluk pinggang Abian, walau setelahnya Delia menarik kembali pelukan tangannya.

.

.

.

.

Maaf kalo ada typo, ngetiknya sambil merem melek, mata sekarang nggak bisa diajak kerja sama. 😁😁

1
Oma Said
Luar biasa
Sulfia Nuriawati
g bs d pungkiri restu ibu tu mood booster utk rmh tgga anaknya,kalo d langgar pasti g berkah tu rmh tgga, byk contoh d sktr Kita
Yenni Ajah Lah
Lumayan
Irene Susanti
Luar biasa
Yuliana Nengrum
ditunggu kelanjutan ceritanya kak, Daniel dan denisa secepatny oke
Yuliana Nengrum
keren kak,terus berkarya ya/Smile//Smile/
Padmi
kok di cari nggak ada thor
Cut SNY@"GranyCUT"
semangat thor.. Novelmu bagus.
Kesuksesan penulis itu bisa diukur dari minat pembaca terhadap karya tulisannya.
Jangan kecil hati dengan komentar negatif, jadikanlah komentar sebagai bahan koreksi dan masukan bagimu untuk lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas karyamu🙂
Nanda Keisya Amelia
gak sukaa sama danisa ...
pur wati
auto di nikahkan langsung ini mah....😄😄😄
pur wati
mampus lu ..abian.
Vony Ayu Sulistiowati
koq namanya sama y Vony juga
deni syahputra
cukup sedih dan terharu Thor sama ceritanya..pokoke the best lah
Nanda Keisya Amelia
daniel gatell...danisa reseee
deni syahputra
Luar biasa
Anonymous
ok
Alfi
ya gitu tu keturunan mama amanda /Chuckle/
Alfi
mama lupa dek
Alfi
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Alfi
awas lo bi , dia kaya macan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!