Kisah anak Vira dan Aldi (Novel berjudul Pembalasan Istri CEO manis) Aris Bima Pradana.
Gimana rasanya kehilangan orang yang dicintai terlebih dialah yang jadi penyebabnya sendiri?
Di tambah ada bayi yang tidak berdosa kehilangan ibunya? Malah dia membenci anaknya sendiri?
Belum penuh ujiannya harus menuruti orang tuanya dengan menikahi adik dari istrinya? Kembarannya?
Penasaran, langsung baca ya, inget jangan numpuk bab ya.
Simak kisah menghalu Author, jangan lupa like.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
"Om, aku ingin meminta bantuan padamu tentang istri dan anakku. Aku tidak bisa menemukan keberadaan mereka. Aku mohon Om?" sopan Aris kali ini tidak searogan biasanya.
"Apa saja yang sudah kamu lakukan, coba kasih tahu semuanya sama Om," pinta Gunawan.
"A-aku," terbata Aris dan bingung mau jawab apa, usaha yang di maksud oleh Gunawan pastilah tidak sebatas hanya telp tapi memastikan langsung. Dan itu sama sekali Aris belum pernah melakukannya.
"Cepat jawab, Ar," desak Cello yang jadi kompor.
"Hanya telp yang sudah aku lakukan pada orang tuanya itu pun, sisanya mencari jejak terakhirnya dan telp ini sudah di terbaiki oleh Cello. Isi pesannya juga sudah aku baca, karena selama dia disini tidak pernah keluar dari apartemen kecuali ke rumah Mommy dan Opa." jelas Aris.
"Bisa lihat cctv apartemenmu?" pinta Gunawan.
"Ini, Om," Aris yang menyerahkan laptopnya.
Gunawan melihat semua rekaman cctv apartemen Aris dan melihat sikap dan tindakan tampak normal, tidak ada yang mengganjal sedikitpun disana. Bahkan Gunawan pun bisa melihat jelas sikap suami istri saat bersama. Arogan dan dingin di keluarkan oleh Aris berbanding terbalik dengan Liana yang penurut dan keibuan.
Menghela nafasnya berat, apa yang Aldi sampaikan sama seperti yang di lihatnya sekarang. Memang pantas jika keluarganya menghukumnya. Tapi apakah memberikan sedikit celah untuk bisa membantu Aris? Masih di pikirkan oleh Gunawan.
"Kamu terlalu, Ar. Om tidak menyangka kamu bisa sekejam itu! Mereka tidak pernah ada salah padamu tapi tega kamu sakiti. Pantas mereka pergi meninggalkanmu dan memilih jauh darimu. Untuk apa meminta mereka kembali kalau ujungnya kamu sakiti lagi dan terus menanamkan luka yang lebih besar lagi?" kesal juga Gunawan melihat seolah Aris tidak pernah bersalah.
"Aku menginginkan mereka Om, tolong bantu aku?" memohon Aris.
"Om tidak jamin hal itu, kamu yakin akan bisa berubah?" selidik Gunawan.
"Ya tentu, Om. Aku menyesal, aku mencari mereka ingin meminta maaf. Ingin memperbaiki dari awal," ucapnya.
"Sayangnya terlambat, betul? Menyadari setelah kepergiannya, tidak menghargai keberadaannya," lanjut Gunawan.
"Om, sudahlah jangan terus menyalahkan aku! Aku mohon aku membutuhkan mereka," rengek Aris.
"Akan Om usahakan," akhirnya Gunawan mengatakannya.
"Terima kasih, Om. Memang benar Om Gun selalu bisa di andalkan, tidak seperti -" terputus ucapan Aris.
"Apa? Mau ngejek aku! Ga sadar diri, arogan!" oceh Cello.
"Sudah sudah, kalian sudah tua masih saja begini," lerai Gunawan melihat anak Tuan dan Anak buahnya saling mengata ngatai satu sama lainnya.
"Aku tunggu kabar baik dari Om, terima kasih sebelumnya," ucap Aris.
"Selain aku mencari mereka, kamu coba datang ke Bandung dulu memastikan disana ada atau tidaknya. Jangan kewat telp. Ingat itu!" saran Gunawan.
"Oke, Om. Nanti aku jadwalkan," ucap Aris.
"Keluarga kok di nanti ya Om pantes kabur mereka," ejek Cello lagi.
"Cello!!!" teriak Aris. Dan Cello yang akhirnya kabur dari ruangan itu.
"Ada benarnya apa yang di katakan Cello, belajar dari Daddymu. Prioritas keluarga nomor satu," saran Gunawan kembali. Gunawan terseyum melihat kucing dan anjing bagi Cello dan Aris di saat keduanya bertemu. Ga habis di pikirnya Aris yang mempunyai asisten se comel Cello.
"Pikirkan kembali baik baik. Jangan sampe kamu akan menyakiti mereka lagi." ucap Gunawan sebelum akhirnya keluar dari ruangan Aris.
Termenung sudah Aris duduk di bangku kebesarannya, memahami setiap apa yang di ucapkan Gunawan, Vira dan Aldi, terlenih dengan Cello walau ceplas ceplos.
"Malam ini aku berangkat ke Bandung, aku tidak mau lebih lama lagi untuk bertemu dengan mereka." akhirnya Aris memutuskan.
Waktu terus Aris di sibukkan oleh pekerjaan yang mengharusnya melakukan semua itu. Hingga petang telah tiba. Pekerjaannya sudah selesai dan Aris bersiap langsung ke ruangan Cello kali ini.
"Ada apa?" Tanya Cello ketus saat melihat Aris membuka pintu ruangannya.
"Temani aku ke Bandung sekarang," pinta Aris kali ini tidak searogan biasanya.
"Sakit Ar, tumben sopan," ejek Cello. Arogan salah sopan salah sikap Aris dimana sahabat dan juga sepupunya ini.
"Huf, salah terus kamu menilaiku," keluh Aris.
"Satu hal yang kami benar adalah memimpin perusahaan sisanya zonk! Paham!" semakin jadi ejekan Cello kali ini.
"Terserahlah! Ayo berangkat sekarang!" perintah Aris.
"Puji dikit langsung kembali ke sifat aslinya lagi," keluh Cello yang menggeleng gelengkan kepalanya.
Tapi di balik sikap Cello tetap sama selalu mendampingi Aris dan membantunya. Mulut berbisanya itu sudah biasa bagi Aris.
"Apa ga sebaliknya besok pagi aja, Ar?" tawar Cello yang baru masuk mobilnya.
"Sekarang!" tegas Aris.
"Aku lapar," ucap Aris.
Memang jam makan malam pun sudah lewat ini sudah di jam sembilan malam, Aris sendiri memang tidak lapar, seakan laparnya menguap entah kemana. Hanya ingin mencari keberadaan anak dan istrinya saja.
"Cari di jalan agar bisa cepat sampai disana, manja sekali cacing dalam perutmu," ucap Aris.
"Woy, ini udah jam 9 dan aku belum makan wajarlah," bela Cello.
"Ya, ayo berangkat kalau mau adu cabot ga ada kelarnya," pinta Aris yang mendengus kesal.
Cello yang langsung menancapkan gas mobilnya keluar dari perusahaan besar Pradana. Melewati jalan yang sudah tampak longgar, Cello yang memarkirkan mobilnya di pinggir jalan melihat penjual sate di sana. Ingin memakan itu.
"Mau ga?" Tanya Cello.
"Boleh, tapi disini aja. Kamu yanh turun," perintah Aris.
"Mana duitnya?" pinta Cello
"Aku ga bawa cash," lanjut Cello yang tangannya meminta ke arah Aris.
"Nih," ucap Aris yang memberikan beberapa lembar uang merah padanya.
Makan di dalam mobil keduanya setelah menunggu lima belas menit, mengisi perutnya agar tidak masuk angin mungkin sekitar 2-3 jam perjalanan malam ini mereka. Diam keduanya menikmati sate di malam hari, namun rasa berbeda dengan Aris yang tidak menghabiskan makanannya namun hanya memandanginya saja.
"Woy, bengong aja. Kalau ga mau di makan simi buatku saja. Masih lapar nih," ucap Cello yang sudah habis sate di pangkuannya.
"Ya sudah, habiskan sana," ucap Aris yang memberikan sate yang masih setengah.
"Hem, jangan di tolak rezeki di depan." menerima Cello dan memakan kembali yang Aris berikan.
Rasa sate ini berbeda saat makan bersama denganmu dan Dira. Ada yang kurang tapi apa itu. Seleraku jauh sudah menurun tidak selahap dulu bersama dengamu. Sungguh aku merindukanmu Liana.
Jangan siksa aku lebih dari ini, aku tidak akan sanggup menanggungnya. Kembalilah padaku, mungkin janji tidak bisa aku pastikan namun aku akan memperbaiki demi mu dan Dira.
Liana, kembalilah! Batin Aris.
Terbengong di dalam mobil sedangkan Cello tidak menyadari itu tengah asyik menyantap sate.
...****************...
Terima kasih atas dukungan kalian semuanya, cerita mommy semuanya hanya hasil halu semata ya. Suka suka membuat alur dan mempersembahkan dengan tulisan receh ini.
Like dan komentarnya ya di tunggu
kasihan sX km, d culik 2X dlm kurun waktu yg brdekatan....