Saling mencintai, namun restu tak menyertai. Tetap memaksakan untuk menjalankan pernikahan tanpa restu. Namun ternyata restu masih di atas segalanya dalam sebuah pernikahan.
Entah apa yang akan terjadi lada pernikahan Axel dan Reni, ketika mereka harus menjalani pernikahan tanpa restu. Apa mungkin restu itu akan di dapatkan suatu saat nanti. Atau bahkan perpisahan yang akan terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Ada Solusi Terbaiknya?
Beberapa saat hanya duduk diam di atas sofa dengan pikirannya yang kacau. Axel akhirnya pergi keluar rumah untuk mengejar istrinya yang pergi. Dirasa baru beberapa menit saja, pasti Reni masih berada di sekitaran. Namun saat dia keluar, tepat ketika Reni masuk lift dan pintu lift langsung tertutup.
Axel berlari sambil memanggil istrinya, namun terlambat. Pintu lift sudah terlanjur tertutup, dan dia harus menunggu lift selanjutnya untuk mengejar istrinya.
Di dalam lift, Reni masih menangis dengan sesenggukan. Pada nyatanya dia tidak bisa menahannya lagi. Ucapan suaminya seolah sudah memperjelas semuanya jika dia tidak akan pernah bisa selamanya bersama dia. Reni menyadari jika tidak semua pernikahan yang terjadi tanpa restu, akan berakhir bahagia dan mendapatkan restu dengan perlahan. Karena sekarang yang dia rasakan malah harus berakhir tanpa restu yang tidak pernah menyertai.
Reni berjalan cepat keluar dari lift, dia ingin segera pergi dari sini dan menenangkan dirinya. Sampai dia tidak sadar menabrak seseorang yang berjalan di Lobby Apartemen ini.
"Maaf, aku tidak sengaja" ucap Reni dengan mengusap air matanya. Dia mendongak dan sedikit kaget saat melihat pria itu adalah pria yang tadi dia temui di lift saat bersama suaminya.
"Tidak papa, aku yang terlalu fokus pada ponsel barusan. Kamu tidak papa?"
Reni langsung menggeleng pelan, dia menghela nafas pelan lalu berusaha untuk tersenyum pada pria itu. "Aku permisi dulu"
Saat Reni sudah melangkah ingin melewati pria itu, tapi tangannya di tahan oleh pria itu. "Sepertinya kamu butuh teman. Apa kamu sedang ada masalah?"
Reni menatap pergelangan tangannya yang dicekal oleh tangan pria itu. Perlahan dia melepaskannya karena merasa tidak nyaman dengan itu.
"Tidak papa, aku hanya butuh waktu sendiri. Permisi"
Reni segera pergi, dia menghentikan taksi yang lewat dan segera pergi dari sana. Sementara pria itu hanya menatap kepergiaannya dengan sedikit kebingungan. Jelas dia melihat Reni menghapus air matanya, dan tatapan matanya pun terlihat sedang terluka.
"Kasihan sekali dia"
Dia berjalan ke arah lift, saat pintu lift kembali terbuka dan Axel keluar dari sana. Axel berhenti sejenak ketika dia merasa pernah melihat wajah pria yang berdiri di depan lift barusan. Namun dia tidak menghiraukan itu, langsung berlari keluar dari Lobby Apartemen ini untuk mencari istrinya.
"Sepertinya mereka sedang bertengkar" Pria itu masuk ke dalam lift.
Tidak menemukan keberadaan istrinya, membuat Axel yakin jika istrinya sudah benar-benar pergi. Dia segera mengambil mobil dan pergi untuk mencari keberadaan sang istri. Meski sekarang dia saja tidak tahu dimana istrinya tinggal setelah dia pergi dari rumah.
Dering ponsel mengganggunya saat dia sedang fokus mengemudi. Tapi Axel juga tidak bisa mengabaikannya, dia mengangkat telepon dari Derry dengan menyambungkan earphone agar tidak mengganggu fokusnya yang sedang mengemudi.
"Hallo Der, ada apa?"
Sebenarnya Derry hanya sengaja menelepon karena di suruh oleh Pak Ketua. Karena Papa tahu jika dia yang menelepon anaknya itu, sudah pasti tidak akan di angkat. Jadi, dia memaksa Derry untuk melakukannya sekarang.
"Tuan Muda ada dimana sekarang?" tanya Derry.
"Aku sedang dalam perjalanan, mencari istriku"
Papa yang sejak tadi hanya diam dengan mendengarkan percakapan anaknya dan Sekretarisnya di dalam telepon. Sekarang langsung mengambil ponsel Derry dari tangannya.
"Cepat pulang, kau harus segera kembali untuk menemani Ibumu!"
Axel yang mendengar suara Papanya, langsung menghembuskan nafas kasar. Dia tahu jika pasti Derry tidak mungkin tiba-tiba meneleponnya jika bukan karena ada hal penting atau memang diperintah oleh Ayahnya.
"Aku harus menemui istriku dulu"
"Tidak bisa, keadaan Ibumu kembali memburuk sekarang. Cepat pergi dan temani ibumu disana. Dia terus menanyakan keberadaanmu. Apa kau sudah tidak peduli lagi pada Ibumu, Hah?!"
Axel benar-benar menghela nafas berat saat ini. Sungguh dia yang tak bisa melakukan apapun saat ini. Axel yang begitu sulit dalam keadaan dan situasi seperti saat ini.
*
"Reni kamu kenapa?"
Reni yang baru saja masuk ke dalam rumah Nara dan Zayyan. Sepasang suami istri yang yang menolongnya selama ini, mereka yang menampungnya untuk tinggal disini sampai Reni benar-benar memikirkan apa yang harus dia lakukan selanjutnya setelah ini.
Nara langsung menghampiri Reni yang terlihat menangis. Dia jadi panik dan bingung dengan apa yang sudah terjadi pada gadis itu. Nara langsung memeluknya dengan lembut.
"Ada apa?"
Tangisan Reni kembali pecah dalam pelukan Nara. Saat ini hanya wanita baik ini yang bisa mengerti perasaannya dan banyak membantunya. Bahkan Reni saja tidak tahu harus melakukan apa saat ini ketika semuanya benar-benar kacau.
"Kak, sepertinya semuanya memang harus berakhir. Aku sudah lelah, semuanya terlalu melelahkan"
Nara langsung menghela nafas pelan, dia mengelus punggung Reni. Bisa sedikit saja merasakan apa yang saat ini Reni rasakan. Meski dia juga tidak benar-benar pernah berada dalam posisi ini.
"Kamu tenangkan dulu diri dan pikiran kamu. Nanti kita bicarakan lagi dan kita cari solusi terbaiknya" ucap Nara.
"Apa ada solusi terbaik untuk semua ini? Aku rasa hanya perpisahan yang menjadi solusi"
Nara langsung mengenggam tangan Reni. Menatapnya dengan lekat. "Kamu jangan berpikir seperti itu. Pasti akan ada solusi terbaik untuk kalian tanpa harus berpisah"
Reni hanya mengangguk saja dengan itu, meski dia tidak yakin memang akan ada solusi terbaik untuk pernikahannya dengan Axel. Karena semuanya memang begitu sulit untuk dijalani. Pikirannya yang memang masih terlalu kacau dan seharusnya tidak untuk mengambil keputusan di saat pikiran sedang tidak baik-baik saja.
"Sekarang kamu masuk ke kamar kamu. Istirahat saja dulu"
Reni mengangguk dan dia menuruti ucapan Nara untuk pergi ke kamarnya dan beristirahat untuk menenangkan pikirannya yang sedang kacau sekarang ini.
Sementara Nara kembali duduk di sofa, dia meraih ponsel di atas meja dan segera menghubungi suaminya. Disaat seperti ini memang dia juga tidak mampu menghadapi semuanya sendiri.
"Hallo Sayang, sepertinya kamu harus cari Axel dan bicara dengannya. Mereka malah semakin kacau sekarang. Aku juga baru tahu sebenarnya kalau Axel ternyata sudah kembali kesini" ucap Nara.
"Aku juga sama sekali tidak tahu jika dia sudah kembali. Baiklah, nanti aku akan mencarinya dan mencoba untuk bicara dengannya"
Sepertinya saat ini hanya pasangan suami istri ini yang bisa membantu Axel dan Reni untuk tetap bertahan bersama. Karena orang tua mereka sendiri yang inginkan perpisahan ini. Pernikahan tanpa restu memang benar-benar sulit untuk dijalani. Selalu ada saja rintangannya.
Bersambung
Ngak ada extrapart gitu kak 😁😁😁
lanjut kak semangat 💪💪💪