💕 Apa yang kamu lakukan jika di berikan kesempatan kedua untuk hidup? 💕
Tasya dan Alexander di berikan kesempatan kedua untuk kembali ke masa dimana mereka harus memperbaiki masa muda mereka dan segala kesalahan yang mereka lakukan.
Dapatkan mereka memperbaiki kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan? Haruskan mereka mengorbankan seseorang yang mereka sayangi?
DISCLAIMER: Cerita ini murni karangan Pena dua jempol. Segala bentuk foto ilustrasi baik tokoh maupun property bukan milik pena dua jempol namun sudah mendapatkan izin untuk menggunakannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon choirunnisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Silent treatment
Tasya masih mengingat Alexander dan Bianca yang berjalan bersama di depan kelas mereka. Membuat Tasya tidak fokus dengan gerakan baletnya.
Berkali-kali sang instruktur meminta Tasya untuk mengulang gerakan Assemble dan Battement. Karena sebentar lagi mereka akan mengadakan pentas.
"Tahun ini yang akan pentas kamu lagi ya, Sya!"
"Maaf Miss. Yang lain saja. Tahun ini saya fokus di olimpiade MIPA."
"Kamu yakin, Tasya? Gerakan mu sudah bagus. Hanya perlu latihan sedikit lagi."
"Saya ingin memberikan kesempatan pada yang lain, Miss."
"Baiklah jika begitu. Kabari Miss kalau kamu berubah pikiran."
Tasya mengakhiri latihannya. Ia segera mengganti sepatunya. Menutupi dengan Coat yang ia bawa.
Saat Tasya membuka pintu studio untuk keluar. Alexander sudah menunggunya di depan ruang studio balet sambil memainkan ponselnya.
Sekelompok siswi yang sedang berkumpul di ruang ekskul modern dance menatap Alexander dan Tasya yang berjalan beriringan.
"Eh ... Itu bukannya Tasya dan Alex ya?"
"Mana? Oh iya ya!"
"Kok bisa mereka jalan bareng. Akur maksudnya."
"Iya juga ya. Bukannya Alex cowoknya Bianca ya?"
"Udah putus kali ... Ketinggalan berita lo ya?"
"Putus kenapa?"
"Tasya merebut Alex dari Bianca. Lo tau sendiri kan gimana jahatnya Tasya ke Bianca."
"Masa sih? Bukannya Tasya udah berubah ya? Udah nggak merundung Bianca lagi?"
"Iya nggak merundung. Tapi langsung nikung!"
"Kasian dong Lukas. Tapi ada baiknya ... Lukas jomblo sekarang!"
"Siapa bilang? Lo kan, tau gimana bucin nya Lukas ke Tasya."
"Jadi Tasya PHP-in dua cowok? Lukas dan Alex?"
"Iya."
"Wah ... The real Evil Queen!"
Bianca yang diam-diam mendengarkan, tersenyum sinis. Awalnya ia tidak percaya dengan kedekatan Alexander dan Tasya. Karena ia rasa itu tidak mungkin.
Tapi saat di rooftop, Alexander menghajar Lukas hanya karena Lukas menyentuh Tasya. Membuat Bianca percaya jika ada sesuatu antara Tasya dan mantan kekasihnya itu.
Bianca tidak akan melepaskan Alexander begitu saja. Bianca juga tidak akan membiarkan Tasya hidup tenang selama gadis itu berada di dekat Alexander.
...💕💕💕💕💕...
"Mau makan dulu nggak sebelum pulang?"
Tasya mengangguk.
"Mau makan di mana?"
"Terserah."
"Terserah cafe?"
Tasya diam saja enggan menjawab lagi. Sampai di dalam mobil pun, Tasya masih memilih diam dan menatap ke arah luar jendela kaca.
Seperti biasa. Jika di lampu merah, Tasya akan membuka sebagian jendela kaca mobil untuk memberikan uangnya pada pengemis jalanan khususnya anak-anak.
Hal itu tidak luput dari perhatian Alexander. Tasya yang baru, benar-benar membuat hatinya berdesir. Atau memang Tasya sudah seperti itu sejak lama. Dia saja yang baru tau. Entahlah.
Saat di lampu merah selanjutnya. Uang di dompet Tasya habis. Dengan wajah kecewa ia menutup jendelanya.
"Ini!" Alexander memberikan dompetnya.
Tasya segera mengembalikannya. Ia tidak mau menggunakan uang Alexander.
"Pakai aja. Lo istri gue. Duit gue ya duit lo. Tenang aja. Itu bukan duit orang tua gue. Duit gajian gue selama kerja jadi babu di Melviano." Alexander terkekeh.
Tasya masih diam tidak menjawab. Melihat jalanan sambil terdiam, adalah favoritnya saat ini. Apalagi ketika hatinya sedang tidak mood seperti sekarang.
"Boldi. Berhenti di depan sebentar!"
"Baik Tuan muda."
Mobil berhenti di pinggir jalan. Tasya enggan menanyakan mengapa Alexander menginginkan sang supir menepi.
"Bisa kamu keluar sebentar, Boldi!"
"Baik Tuan."
Setelah pintu mobil di tutup. Alexander menggenggam tangan Tasya yang sejak tadi memangku dan memeluk tasnya.
"Lo kenapa dari tadi diem aja?"
"...."
"Silent treatment, hemm? Lihat gue, Eleanor Tasya Melviano!"
Seketika tubuh Tasya merinding ketika Alexander memanggil nama lengkapnya disertai nama belakang milik lelaki itu. Tasya belum terbiasa ada nama Melviano di belakang namanya.
Seketika Tasya menatap wajah Alexander yang teduh tidak seperti biasanya. Dingin dan datar.
"Lo masih kesel sama bahasa gue yang mengatakan kalau pernikahan kita karena accident? Tapi itu memang benar kan? Kita menikah karena kesalahpahaman warga sialan itu."
"Apa ko menyesal nikah sama gue, Alexander?"
"Enggak. Gue nggak menyesal. Apa lo menyesal menikah dengan gue dan harus melepaskan Lukas?"
Tasya menggelengkan kepalanya.
"Soal kata menyulitkan ... Gue nggak mau lo terbebani dengan pernikahan kita. Kita masih muda, Tasya. Masih sangat muda untuk memikirkan biduk rumah."
Alexander memejamkan matanya sebentar. Memilih kalimat yang mudah Tasya pahami.
Alexander akui Tasya cerdas, pintar dan teliti namun tingkat penalaran gadis itu setipis tissue.
"Tasya Melviano. Gue cuma nggak mau jadi beban buat lo. Gue bukan laki-laki patriarki. Lo nggak harus bersikap layaknya istri yang harus melayani suami dan tunduk di bawah kaki gue. Lo calon pemimpin Sanjaya. Gue mau lo jadi gadis yang kuat."
Tasya mengangguk paham. Ia lega, ternyata Alexander tidak mempermainkannya.
Tasya pikir Alexander lelaki yang harus di layani segala kebutuhannya. Mengingat lelaki itu adalah putra tunggal keluarga Melviano. Sama seperti Lukas.
"Gue nggak pernah merasa lo beban gue, Xander. Meskipun gue masih belia. Baru mau 17 tahun. Gue paham tugas seorang istri, Xander. Tapi Gue-- belum bisa melayani lo di kamar karena--"
"Karena lo masih cinta sama Lukas?"
Reflek Tasya menggelengkan kepalanya. "Gue dan Lukas ... Kita cuma teman. Sekarang, bahkan sejak awal kita hanya berteman."
"Lo yakin?"
"Iya ... Gue nggak mau dosa mengkhianati suami gue."
Alexander terkekeh. "Kalau kita nggak menikah. Apa lo masih mau mengejar Lukas?"
"Ihh ... Enggak! Eh ... Maksud gue, gue nggak pernah ngejar-ngejar dia tuh! Dia aja yang kebucinan sama gue!"
"Jadi lo udah nggak ada perasaan ke dia?"
"Enggak!"
"Kalau sama gue? Bagaimana?"
"Enggak juga!"
Alexander mengerutkan keningnya. Rahangnya mengeras. "Why?" tanya Alexander. Wajahnya berubah dingin.
"Lo masih suka Bianca. Lo masih bucin sama dia. Gue ng--"
Cup
Alexander dengan cepat meraih rahang Tasya dengan kedua tangganya lalu melumat bibir gadis itu dengan lembut.
Lama-lama mereka saling mencecap. Alexander dan Tasya mulai saling mengejar. Bertukar Saliva, hingga tanpa sadar Alexander sudah memangku Tasya di atas tubuhnya.
"Anak-anak ... Sebaiknya kalian lanjutkan di rumah!" Boldi membuka pintu untuk memperingati Alexander dan Tasya.
Kegiatan mereka ternyata bisa terlihat dari kaca mobil bagian depan dan samping.
Meskipun Boldi sudah menutupi dengan tubuhnya. Namun tidak bisa sekaligus ia menutupi bagian depan mobil.
"Xander ... Maaf."
Tasya turun dari pangkuan di tubuh Alexander dan kembali duduk dengan tenang meskipun hatinya bertalu-talu.
Alexander membantu merapikan rambut Tasya hingga ia lupa merapikan pakaiannya sendiri.
Melihat itu, Tasya segera membantu merapikan dasi Alexander dan kerah baju lelaki itu.
"Terima kasih, Tasya."
Sepanjang jalan pulang Ia menggenggam tangan Tasya erat. Membuat pipi Tasya memerah di buatnya.
Entah mengapa hatinya ikut berdebar. Ia pernah merasakan ini sebelumnya saat bersama Lukas. Tentu saja di kehidupan pertamanya.
Tapi, bersama Alexander mengapa rasanya beda. Alexander pencium handal. Membuat Tasya ingin merasakannya lagi.
"Tunggu di sini!"
"Hah!" Tasya terkejut dengan perintah Alexander.
Ia menatap ke luar kaca mobil. Ternyata mereka sudah sampai. Tasya tidak menyadarinya.
Alexander membukakan pintu untuk Tasya. Menggenggam erat telapak tangan gadis itu sampai ke dalam mansion.
Alexa menghampiri Tasya dan putra semata wayangnya dengan wajah senangnya. Saking senangnya, Lexa segera memeluk Tasya dengan erat.
"Akhirnya Mom punya anak perempuan!"
Dimitri mendekati sang putra. Menepuk bahu Alexander. "Good Job, Son!"
Perkataan Dimitri kepada Alexander membuat Tasya mengerutkan dahinya.
...¯\_( ͠° ͟ʖ °͠ )_/¯ To be continue ¯\_( ͠° ͟ʖ °͠ )_/¯...