NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikahi Pembantu

Terpaksa Menikahi Pembantu

Status: tamat
Genre:Tamat / Single Mom / Janda / Pengantin Pengganti / Pengganti / Dijodohkan Orang Tua / Pembantu
Popularitas:1.3M
Nilai: 4.8
Nama Author: D'wie

Madava dipaksa menikah dengan seorang pembantu yang notabene janda anak satu karena mempelai wanitanya kabur membawa mahar yang ia berikan untuknya. Awalnya Madava menolak, tapi sang ibu berkeras memaksa. Madava akhirnya terpaksa menikahi pembantunya sendiri sebagai mempelai pengganti.

Lalu bagaimanakah pernikahan keduanya? Akankah berjalan lancar sebagaimana mestinya atau harus berakhir karena tak adanya cinta diantara mereka berdua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ayu 3

"Totalnya 135 ribu, Mbak," ujar Ayu pada salah satu pembeli di toko roti tempat ia bekerja.

Satu tahun telah berlalu sejak kepergian Ayu dari rumahnya karena diusir bibinya sendiri Setelah terlunta-lunta selama beberapa hari di jalanan, akhirnya Ayu berhasil menemukan kos-kosan yang letaknya ada di kecamatan sebelah. Itupun ia dibantu seseorang yang kebetulan menemukan Ayu hampir pingsan di trotoar.

Seseorang itu juga yang mengajaknya tinggal di kos-kosan tempat ia menyewa. Untung saja Ayu masih memiliki uang pemberian Wardoyo jadi ia bisa menyewa kos-kosan selama beberapa bulan sembari mencari pekerjaan.

"Ini, Mbak." Pembeli itupun memberikan uang sebesar 150 ribu. Ayu pun segera memberikan kembaliannya beserta nota pembelian.

"Ayu, udah sore. Silahkan beres-beres," ujar pemilik toko roti itu. "Oh ya, roti itu silahkan kamu bawa pulang. Untuk yang lain sudah ibu kasi juga," imbuh wanita paruh baya itu.

"Baik, Bu. Terima kasih." Ayu pun tersenyum lebar. Ia amat sangat bersyukur karena dipertemukan dengan pemilik toko roti yang sangat baik ini. Meskipun gajinya tidak begitu besar, tapi setidaknya kebutuhan sehari-harinya terpenuhi.

...***...

Toko roti itu tidak begitu jauh dari kos-kosan jadi Ayu memilih berjalan kaki untuk pulang. Setibanya di kos-kosan, Ayu pun segera masuk dan tak lupa mengunci pintu. Setelahnya, ia segera pergi mandi. Tubuhnya sudah terlalu lelah dan gerah jadi ia pun tak menunda-nunda lagi untuk segera mengguyur tubuhnya dengan air dingin.

Baru saja Ayu selesai berpakaian, tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu. Ayu mengerutkan keningnya, penasaran siapa yang datang.

"Siapa ya malam-malam gini ketuk-ketuk pintu? Apa itu Mbak Mega?" gumam Ayu penasaran. Sambil melilitkan handuk di rambutnya, Ayu pun segera beranjak untuk membuka pintu.

Saat pintu terbuka, dahi Ayu mengernyit, ia tidak menemukan siapa-siapa di depan pintu. Ayu sampai celingak-celinguk kesana kemari mencari siapa yang kira-kira sudah usil padanya.

"Siapa sih? Usil banget," kesal Ayu.

Baru saja Ayu hendak menutup pintu, tiba-tiba ia mendengar suara rengekan bayi. Ayu sontak saja merinding. Meskipun hari baru pukul jam 8 malam, tapi suasana di sekitar tempat itu begitu sepi. Belum lagi di depan kos-kosan dan di pinggir jalan di seberangnya ada pohon-pohon yang cukup besar.

"Kok, kayak ada suara bayi ya? Apa jangan-jangan itu suara anak kuntilanak? Duh, kok jadi merinding. Masa' baru jam segini udah ada setannya sih?" lirih Ayu masih celingak-celinguk dari balik pintu.

Ia hendak menarik lagi kepalanya, tapi kini terdengar tawa lucu bayi. Jantung Ayu sampai berdetak kencang mendengarnya.

Glek ...

Ayu menelan ludah, takut. "Suaranya kayaknya dari ... "

Pelan-pelan, Ayu menurunkan pandangannya ke arah bawah. Lampu teras kos-kosan itu sedikit redup. Belum lagi daerah sekitar memang masih minim penerangan. Jadi apa yang tergeletak di atas lantai itu tidak begitu jelas.

Lagi, terdengar suara gumaman bayi yang sebenarnya begitu menggemaskan. Namun karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan membuat Ayu justru merasa gugup hingga akhirnya ia bisa melihat jelas ada sebuah benda terkapar di atas lantai. Ayu sampai harus berjongkok untuk memastikan apa yang dilihatnya ini.

"I---ini ... bayi? Ini ... beneran bayi?" gumam Ayu dengan mata terbelalak.

Bayi itu tersenyum manis. Suaranya begitu lucu membuat Ayu reflek mengangkat bayi itu ke dalam gendongannya. Gerakan Ayu masih kaku. Ia bingung bagaimana cara menggendong bayi yang baik dan benar.

"Kamu siapa? Kok kamu ada di sini?" gumam Ayu polos sambil menatap lekat bayi menggemaskan itu. Sebab ini pertama kalinya ia menggendong seorang bayi jelas ia masih begitu kaku dan pemahamannya tentang bayi pun masih nol besar.

"Nggak mungkin 'kan kamu jalan sendiri kemari? Jalan aja belum bisa." Ayu terkekeh sendiri. Lucunya, bayi itu seakan merespon kata-katanya.

Ayu celingak-celinguk. Tapi ia tidak menemukan siapapun. Ingin dibiarkan saja, tapi Ayu mana tega.

"Kamu pasti dibuang orang tuamu ya? Jahat bener mereka. Bisa buat anak, tapi nggak mau bertanggung jawab. Kamu mau nggak jadi anak aku?"

Bayi yang diperkirakan masih berusia 3 bulan itupun tersenyum seakan menyatakan kesediaannya.

"Baiklah. Mulai hari ini panggil aku 'mama'. Ayo, Sayang, kita masuk. Di sini dingin."

Ayu pun segera membawa masuk bayi itu. Bayi yang kelak diberi nama Rafi. Ayu memberikan nama itu sebab ia teringat pada Rafa. Memang bayi ini tidak ada kemiripan dengan Rafa, tapi ia menganggap kehadiran Rafi sebagai pengganti Rafa. Penyemangat hidupnya.

Setelah Ayu masuk, seseorang yang sejak tadi memantau dari balik pohon pun segera berlalu.

Hari-hari berlalu, Ayu yang biasanya hanya diam, kini jadi lebih ceria. Bersyukur atasannya di toko roti mengizinkannya membawa bayi itu. Ayu menceritakan tentang asal bayi itu dan pemilik toko epun tidak mempermasalahkannya asal Ayu tetap bisa bekerja dengan baik.

Hingga suatu sore, sepasang mata melotot saat tanpa sengaja melihat Ayu yang berjalan sambil menggendong bayi. Ia tersenyum sambil mengikuti dan mengambil gambarnya.

"Perfecto."

...***...

Seminggu kemudian, hari itu Ayu memang tidak bekerja karena sedang kurang enak badan. Tubuhnya benar-benar lelah. Belum lagi sambil mengasuh seorang bayi tanpa bantuan siapapun membuat tulang-tulangnya rasa rontok semua.

Tok tok tok ...

"Siapa sih?" gumam Ayu lelah. Entah mengapa Rafi ikutan rewel jadi ia duduk sambil memangku Rafi.

Ayu ingin mengabaikan, tapi suara-suara di depan pintu membuatnya penasaran. Dengan langkah lunglai, Ayu pun beranjak untuk membuka pintu. Hingga saat pintu terbuka, mata Ayu sontak terbelalak.

"Tika ... " lirih Ayu penuh keterkejutan. Namun yang lebih mengejutkan adalah keberadaan Rafa yang ada di dekat Tika.

"Halo sepupuku tersayang. Akhirnya aku menemukanmu." Tika tersenyum. Tapi ia tahu, senyum itu merupakan senyuman mengejek.

Namun Ayu tidak peduli. Atensinya justru lebih terfokus pada Rafa.

"Rafa ... "

"Benar kata ku, 'kan, Raf. Kamu sih, nggak percaya. Udah aku bilang, dia ini perempuan nggak bener. Liat aja, baru juga satu tahun dia menghilang, eh ternyata dia udah punya bayi. Anak siapa coba ini kalau bukan anaknya dari laki-laki simpanannya. Atau jangan-jangan, dia menjual diri terus kebobolan," tukas Tika.

"Raf, ini tidak seperti yang kau ... "

"Berhenti bicara, Yu! Aku benar-benar nggak nyangka kalau kamu akan melakukan ini di belakang aku. Padahal aku masih dengan setia menantimu selama ini meskipun mama berkali-kali menjodohkanku, tapi ... ternyata ini balasanmu. Dasar pelacur! Aku sangat membencimu," desis Rafa membuat air mata Ayu jatuh berderai.

ayu diam. Ia tidak berniat membela diri sedikitpun. Mungkin ini lebih baik agar Rafa bisa segera melupakannya. Sebab itu bersama, itu takkan pernah mungkin terjadi.

"Ya, kau benar. Ini anakku dan kekasihku. Karena kau sudah tahu, silahkan pergi dari sini. Jangan temui aku lagi. Menikahlah dengan wanita pilihan mamamu. Aku yakin, pilihan mamamu merupakan yang terbaik untukmu."

Mata Rafa memerah. Sungguh ia merasa sakit hati dan terluka. Ia tidak menyangka kalau Ayu akan mengkhianatinya seperti ini.

Tak sanggup menahan sakit yang kian mencengkeram hati, Rafa pun membalikkan badannya dan segera pergi dari sana.

Tika yang melihat itu tersenyum lebar. Ia pun ikut membalikkan badannya. Namun sebelum benar-benar pergi, Ayu sempat mengatakan sesuatu yang membuat hatinya hancur lebur tak bersisa.

"Kau tahu, aku sebentar lagi akan menikah dengan Rafa. Mama dan Mama Rafa sudah menjodohkan kami. Aku harap, kau tidak pernah kembali lagi karena itu hanya akan membuatmu semakin sakit nanti." Tika berucap dengan nada mengejek.

Setelah Tika dan Rafa benar-benar pergi, Ayu pun kembali masuk ke dalam rumah. Ia menangis. Menumpahkan segala sesak yang merajai hatinya.

"Kenapa hidupku seperti ini, Ya Tuhan? Kenapa?" lirihnya perih karena tidak pernah merasakan kebahagiaan sedari kecil.

Flashback off ...

...***...

...Happy reading 🥰🥰🥰...

1
Siti Nurbaidah
Luar biasa
guntur 1609
mantap Rafa. kata2 mu tu sprti seorang casanova
Siti Nurbaidah
Luar biasa
guntur 1609
rasain kau tika. itulah hasil yg kau tanam selama ni. tinggal mila sja yg blm
guntur 1609
dasar orang gila. muka tembok
guntur 1609
mampus kau dava. kalau kau percaya sm gisela ular. padahal ayu sedang hamil sekarang. kau akan menyesal jika aoercaya gisel
Emil Husin juhri
Kecewa
Emil Husin juhri
Buruk
guntur 1609
telat
guntur 1609
sama ja semuanya... satu jurusan. daar dava. mentang2 sdh kena
guntur 1609
ayu sdh terotak. gak jadi tersalurkan. makanya uring2 an
guntur 1609
pasti ragi cocok darah sm sum2 belakangnya sm dava
guntur 1609
kau pun salah yu. seharusnya kau juga peka dengan kejadian ini
guntur 1609
hahah laporan kau dava
guntur 1609
jangan bilang laki2 yg sm via tu asrul
guntur 1609
jangan blngbdava pernah melecehkan mamanya rafi tapi gak sadar.
guntur 1609
hmngkn ayu ramah sm mu di waktu pagi. agar kau semangat bekerjanya
guntur 1609
pa rafi bukan anak kandungnya ayu ya
guntur 1609
hahahha kena kau kan dava
guntur 1609
hahahhah krna mental madava
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!