Motives

Xavier dan seorang wanita yang berpakaian minim disatu meja.

Tak lana kemudian waiters datang membawa pesananku, tak lupa aku mengucapkan terimakasih dan memulai

memakannya.

Aku terkejut merasakan sesuatu yang basah di pipiku, yang benar aja barusan ia

dikecup oleh pria yang sedang duduk merangkulnya.

Apa apaan ini? Kenapa pria ini mengecup pipinya yang masih suci dan merangkulnya? Aku menatap tajam pria itu melepaskan tangan yang ada dipundakku sedangkan pria itu hanya menatapku datar dan

tengah tersenyum manis kepadaku.

Tersenyum manis? Yang kulihat hanyalah ancaman yang menyuruhku diam dan

menurut apa yang dia inginkan. Mana mau aku melakukannya!

"Sayang kok kamu makan sendiri?"tanya pria yang tidak aku kenali.

"Siapa dia, Rafa?"tanya seorang wanita yang berpakaian dress mini berwarna maron.

"Kekasih gue, kalau sudah tau pergilah!"tangan pria itu melayang.

"Awas aja lo, dasar perempuan murahan!" Wanita itu pergi.

PLAKK

Aku menampar pria itu setelah wanita itu pergi, aku puas melihat bekas tamparan

yang terlihat jelas diwajahnya.

"Pergilah!"usirku sembari memakan spaghetti yang sudah ku pesan.

Kan sayang kalau aku tidak memakannya memilih pergi setelah kejadian ini.

"Siapa namamu, nona?"tanya pria itu tersenyum menggoda kepadanya.

Aku mengedik ngeri pria itu memakai aku-kamu padahal sama wanita itu menggunakan gue-lo.

Aku diam tidak menjawab memilih makan.

"Sepertinya melihat nona makan sangat menyenangkan."

"Pergilah jangan menggangguku!"

"Tidak, sebelum nona memberitahu nama nona!"

Aku menghela nafas dengan kasar, "Eliza." Ucapku dengan terpaksa.

"Nama yang bagus. Nama aku Rafael Nellie."

"Gak nanya"ucapku dengan ketus.

"Pergilah!"usirku yang ketiga kali.

"Baiklah. Kalau gitu sampai jumpa lagi, Eliza."

Rafael mengedipkan satu matanya menggoda Eliza.

Aku mengangkat bahuku dengan acuh kembali menikmati makananku, tetapi

punggungku merasa dingin.

Aku menatap pria yang di meja sana yang menatapnya dengan dingin. Aku mengernyit tidak mengerti jalan pria tampan yang sekarang sedang sendirian menikmati kopinya.

Tunggu tadi siapa namanya? Rafael Nellie? Astaga dia adalah antagonis pria kedua setelah Xavier Archie Leonhard.

Rafael Nellie adalah saingan bisnis Xavier yang memiliki kekuatan yang hampir sama

dengan Xavier.

Rafael seorang ketua mafia yang nantinya akan mencintai protagonis wanita, yah lebih tepatnya sih obsesi.

Rafael yang akan membuat citra Eliza menjadi buruk dengan cara menyebarkan foto aib yaitu bug*l nya di media sosial dan membuat Eliza depresi saat dipenjara karena Rafael menyuruh para tawanan yang satu penjara untuk membullynya dan bahkan Eliza

diperkosa dengan para suruhan Rafael.

Kenapa pria berbahaya selalu didekatnya sih? Padahal aku gak ada buat apa apa.

Sepertinya aku harus keluar negeri untuk menghindari kedua pria berbahaya ini.

^^

1 BULAN KEMUDIAN

Setelah kejadian kemarin, Kinan dikeluarkan dari sekolah karena Kinan dikeluarkan dari sekolah Internasional berstandar no satu maka sekolah lain tidak mau menerima Kina untuk masuk kedalam sekolahnya.

Selama satu bulan ini, citra Eliza sudah

membaik tidak ada lagi yang menatapnya dengan benci tetapi ada sebagian yang masih beranggapan kalau Eliza masih buruk dan mereka membencinya.

So apa Eliza perduli? Tentu tidak selama satu bulan ini juga aku berkali kali bolos dari pelajaran sekolah kecuali pelajaran matematika wajib karena cuma di pelajaran itu doang yang memperbolehkan

aku untuk tidur selama jam pelajarannya berlangsung.

Nilai pelajaran Eliza yang dulu sekarang sudah diperbaiki menjadi lebih baik yang tidak baiknya adalah absennya yang mulai banyak yang kosong jika dulunya Eliza akan masuk setiap hari untuk menghindari amarah ayahnya dan untuk menarik perhatian kedua kakaknya dan tunangannya, sedangkan Eliza yang sekarang dia tidak perduli dengan itu semua yang dia inginkan adalah tidur dan bermalas malasan setiap hari.

Tapi apa ala dayanya jika hidupnya selalu saja diganggu dan tidak bisa bermalas malasan contohnya sekarang aku tengah tidur tetapi dikejutkan oleh suara berisik yang menganggu hari ini.

Mr. Rian guru mata pelajaran seni. Mr Rian

termasuk dalam jajaran guru killer karena Mr Rian tidak suka anak muridnya bermalas-malasan selama mata pelajarannya berlangsung.

Tetapi lihatlah siswi yang dia temukan sedang tertidur pulas di jamnya, sungguh membuatnya marah dan menghukumnya berdiri ditengah lapangan selama mata pelajarannya selesai.

Sekarang disinilah aku berada ditengah matahari terik yang akan membakar kulit

putihku yang sepertinya akan berubah menjadi hitam gara gara berdiri dilapangan.

Aku memutar mataku mencari sesuatu untuk menyelamatkanku dari sinar matahari ini.

Mataku ketemu ada satu payung disana, aku berlari mengambil payung itu dan memakainya.

30 menit kemudian

Tiba tiba ada telingaku ditarik oleh seseorang, ingin aku memarahinya tetapi amarahku mereda setelah melihat Mr Rian yang sekarang tengah berdiri didepanku.

"Ada apa yah, Mr?"tanyaku dengan basa basi.

"Gak usah basa-basi. Kenapa kamu tidur ditengah lapangan? Apakah saya menyuruh kamu tidur atau berdiri, Eliza?"

"Tapi Mr, saya capek berdiri jadi saya memutuskan untuk tidur"jawabku dengan santai.

"Terus kenapa ada payung besar disini?"tanya Mr Rian yang masih mencoba untuk bersabar.

"Itu karena saya kepanasan, jadi saya meminjam payung milik kantin untuk menghindar sinar matahari yang akan membakar kulit cantikku."

Sepertinya sudah cukup batas kesabaran Mr Rian kali ini,

"Elizabeth Annabelle Britania"

"Iya, Mr?"

"Bersihkan sampah yang ada di sekeliling lapangan ini sampai jam istirahat!"

Mr Rian pergi dari lapangan tidak ingin

melihat siswinya yang super pemalas itu.

"Bersihkan lapangan? Cih buat apa ada tukang bersih bersih, kalau aku masih harus disuruh untuk membersihkan lapangan mending tidur lagi!"Gerutuku.

Baru aja memejamkan mata, bola datang mengenai kepalaku.

Apa kepalaku sakit? Tentu saja sakit tetapi kepalaku ini seperti tanjidor yang ada di anime kimetsu no yaiba, keras seperti batu.

Aku menatap tajam pelaku yang menganggu tidurku dan membuat kepalaku sakit.

Perempuan dengan rambut diikat kuda, muka yang lumayan tengah menatapku

dengan tatapan sinis.

Aku membaca nametag tertulis nama Gilla Vion.

Aku tau siapa dia ketua tim basket wanita yang nantinya akan mewakili sekolah ini tetapi gagal memenangkan juara seperti sebelumnya.

Gilla mengambil bola basket kembali bermain lagi.

Tidak minta maaf atau mengucapkan say sorry, pergi kembali bermain lagi.

Dia pikir aku angin gitu. Aku gak terima

dia harus minta maaf sama aku, aku mengambil bola basket yang dia dribel melemparnya kedalam ring dari jaraknya.

Gilla melongo tidak percaya ada orang yang bisa melempar bola dari jarak yang cukup jauh dari ring.

Sial!

Ini tidak boleh terjadi dan pasti itu hanya keberuntungannya saja.

"Minta maaf."

"Kenapa gue harus minta maaf sama lo?"tanyanya dengan sinis.

"Kamu sudah melempar bola mengenai kepalaku, kamu harus minta maaf!"

"Gue gak sengaja, lagian lo ngapain tidur disitu orang kan tidak tau kalau disitu ada orang"

"Bagaimana kalau kita bertanding? kalau lo bisa menang gue akan minta maaf sambil berlutut kepada lo dan akan memberikan hak ketua gue, tetapi kalau gue yang menang lo harus menjadi budak gue selama satu bulan,"

Aku menyeringai kecil mendengar tantangannya. Heh aku ini seorang mantan ketua basket disekolahku dulu dan

menjadikan sekolahku dulu yang dulunya ada diperingkat 20 besar menjadi peringkat satu.

"Aku terima."

"Jam istirahat. Gue akan memanggil para murid untuk melihat kekalahan lo!"ucapnya pergi dari lapangan.

Disisi lain ada yang mendengar percakapan mereka, dia mendekati gadis yang sedang duduk dibawah payung besar.

"Lo yakin?"

Aku melihat sekilas siapa penanyanya, aku menatap kesal pria yang yang menatapku

dengan pandangan khawatir.

Cih khawatir, kemana aja dia selama ini sampai si pemilik tubuh mati meninggalkan tubuhnya yang dirasuki olehku.

Alaska Brylee Dalbert "Khawatir?"

"Tentu saja, Lo itu tunangan gue"

"Kemana aja kamu selama ini? Setelah aku memutuskan untuk pergi, kenapa baru

sekarang kamu mengkhawatirkanku?"

Sial air matanya mengalir, pasti perasaan si pemilik tubuh yang masih tertinggal didalamnya.

Alaska memalingkan pandangan merasa gak nyaman melihat air mata Eliza mengalir, entah mengapa hatinya seperti tertusuk pisau.

Harusnya perasaan ini hanya untuk wanita yang dia cintai, tetapi kenapa hatinya tidak nyaman melihat Eliza menangis?.

"Maaf."

Aku berlari meninggalkan Alaska sendirian

di lapangan.

*****

"Sial! Eliza kamu itu gak pantes menangisi pria brengsek seperti dia!"

Aku menatap cermin seolah olah aku tengah berbicara kepada Eliza yang asli. Sumpah aku merasa kesal jika aku membayangkan lagi kalau aku menangisi Alaska.

"Eliza jika kamu ingin balas dendam, kumohon jangan mengangguku"

"Pria brengsek kayak tunanganmu itu harusnya kamu buang aja ke sungai Amazon biar dinakan hiu sekalian."

"Aku tau kalau kamu yang menggagalkan rencanaku untuk membatalkan pertunangannya. Aku tau kalau ini tubuh kamu yang masih memiliki hak, tetapi kamu laukan kalau dia sudah berselingkuh dengan wanita lain dan memandu kasih dibelakang kamu."

Eliza yang asli selalu menganggunya untuk menjalankan rencanaku.

Rekaman video tentang mereka sudah dihapus beserta salinan yang aku buat banyak sudah dihapus olehnya.

Kesal gak?

Yah kesal lah sudah aku kumpulin bukti untuk membatalkan pertunangannya eh malah gagal oleh Eliza yang asli.

"Jangan bodoh menjadi perempuan, Elizabeth! Kamu yang menarik jiwaku untuk masuk kedalam tubuhmu mengantikan mu untuk balas dendam. Jangan mengangguku untuk hal yang merusak rencanaku, Elizabeth Annabelle Britania!"

Sial!

lagi dan lagi perasaannya membuatku marah dan kesal.

Perasaan yang menganggu hidupku selama menjadi Dia.

Dilapangan sudah banyak penonton untuk menonton lomba basket antara kapten tim

basket putri dan Eliza.

Mereka mendukung Gilla daripada Eliza karena mereka tau kalau nilai dalam bidang non akademik Eliza sangat buruk, Eliza yang tidak berani memegang bola masa mau bertanding apalagi lawannya ketua tim basket.

***