NovelToon NovelToon
Lebih Dari Dia

Lebih Dari Dia

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / cintapertama / cintamanis / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Kravei

Leo Evano mencintai Bianca Anulika di hari pertama dia menatapnya. Namun, Bianca memiliki pria yang dia cintai bernama Gavin.
Padahal Gavin tidak mencintai Bianca sebaik yang dia harapkan, tapi Bianca bersikeras ingin setia terhadapnya.
“Sampai dia membuatmu menangis, aku bersumpah aku akan merebutmu darinya. Saat itu, aku tidak akan takut kau benci. Aku akan melakukan apa pun untuk menyeretmu keluar dari rumahnya.” Itu adalah apa yang Leo tanamkan dalam hati dan hari itu pun datang. Leo memantapkan diri, membuktikan dia bisa memperlakukan Bianca lebih dari pria yang dia cintai. Berharap bahwa Bianca akan segera mencintainya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kravei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Leo Demam

“Aku akan …” Leo lelah mengulang kata-kata itu tanpa bisa melanjutkan apa yang sebenarnya sangat ingin dia katakan. Ekpresi marah Bianca membuatnya menghela nafas frustasi.

“Lepaskan aku,” pinta Bianca, terdengar lebih tenang dari sebelumnya tapi Leo bisa merasakan amarah yang lebih besar.

Bianca sedang menahan diri dari menampar Leo, dia tidak tahu Leo lebih baik ditampar karena melihat Bianca menahan kekesalan turut menyakiti hatinya. “Aku bilang lepaskan tanganku,” ulang perempuan itu lebih tegas.

Leo menurut. Mau tidak mau dia melonggarkan cengkraman membuat Bianca segera menarik tangannya menjauh. Tidak ada sepatah kata. Dia melenggang pergi menuju lantai dua dan mengunci diri di dalam kamar.

Bianca menurut bukan karena takut pada ancaman Leo tapi dia baru saja merasa dipermainkan dan rasanya sangat tidak mengenakkan. Siapa yang menyangka Leo, teman baik yang paling mengerti dirinya, akan mengatakan hal-hal yang sangat ceroboh?

Sementara itu, Leo tidak bergerak seinci pun dari posisinya. Dia diam merenungkan kesalahan hingga matanya terpejam dan helaan nafas mengalun. "Apa yang sudah aku lakukan?" tanyanya entah pada siapa.

Leo merasa bersalah dan tidak lebih dari pria brengsek sekarang. Dengan berat hati dia menyusul ke kamar Bianca. Leo memutar knob tapi tidak bisa membukanya, maka dari itu dia mengetuk pintu. “Bianca, bisa kita bicara sebentar?"

Pikiran Leo sedikit kacau, dia benar-benar merasa buruk sampai tidak tahu apa yang seharusnya dia pikirkan. “Aku minta maaf aku keterlaluan,” ucapnya tapi tidak ada respon dari sang penghuni kamar.

Bianca mendengar jelas semua yang keluar dari mulut Leo, dia diam karena tidak ada niat untuk merespon. “Bianca, bisa tolong buka pintunya sebentar?” Bianca menenggelamkan wajah ke bantal, masih berlagak tuli.

"Aku hanya kesal. Maafkan aku, Bian ..." Ekpresi wajah Leo lirih. Dia menempelkan kening pada pintu dan mencicit, "aku hanya … tidak bisakah kamu jatuh cinta padaku sekarang juga?"

Malam berganti pagi. Angka jarum jam pendek menunjuk pukul sepuluh ketika Bianca melihatnya. Bianca tak berencana keluar dari kamar setelah merasa tidak dihargai alias dipermalukan oleh Leo semalam.

Sebenarnya Bianca sedikit penasaran mengapa Leo tidak datang pagi ini dan memaksanya untuk sarapan. Meskipun diabaikan, Leo bukan tipe yang akan balas mengabaikan seperti Gavin. Karena itu Bianca penasaran.

“Haruskah aku intip sedikit?” Seharusnya Bianca tak peduli tapi dia sulit mengabaikan perasaan cemas yang datang entah untuk alasan apa. Bianca keluar dari kamar setelah membulatkan niat. Dia dengan hati-hati menyusuri tangga sembari mengamati sekitar untuk mencari tahu di mana Leo berada.

Dapur menjadi tujuan utama Bianca. Harus diakui bahwa ada rasa terkejut ketika dia melihat tidak ada Leo menunggu di sana seperti yang sudah-sudah. Apa yang lebih mencurigakan adalah tidak ada sarapan untuknya di atas meja. Semarah-marahnya Leo, Bianca berani bertaruh dia tidak akan tega membiarkannya kelaparan. Jadi, apa yang terjadi?

Perasaan cemas itu membesar. Bianca berusaha untuk tidak peduli tapi pada akhirnya dia dikalahkan emosinya sendiri. Bianca menghela nafas frustasi, sepasang kakinya memaksanya untuk berdiri di depan kamar Leo dan mulai mengetuk pintu

“Kau baik-baik saja, Leo?” Tidak ada respon setelah tiga kali ketukan. Bianca memanggil, “Leo, kau masih tidur?” Itu yang hendak Bianca yakini tapi Leo bukan tipe pria yang bangun siang. Kecemasan mulai menakuti membuat Bianca mau tak mau bersikap lancang membuka pintu tanpa izin.

“Kamu ada di dalam?” Bianca sedikit mengintip ke kamar yang terang karena tidak dimatikan lampunya, AC masih menyala dan seseorang tertidur di atas ranjang di tengah-tengah ruangan.

“Kau baik-baik saja?” Bianca berpikir matanya salah tapi dari sana dia bisa melihat gerakan-gerakan kecil dari sang pemilik ruangan. Karena itu Bianca memutuskan untuk masuk dan mengecek keadaan.

Setelah berdiri di samping ranjang, Bianca menyadari bahwa Leo menggigil kedinginan. Bukan hanya itu, wajahnya memerah dan mulutnya menggap-manggap seperti ikan yang terlempar ke daratan.

"Kau sakit, Leo?” Ragu-ragu Bianca mengulurkan tangan mengecek suhu pada kening pemuda itu. Panas yang dia rasakan di punggung tangan membuatnya terperanjat kaget. “Kau demam.” Seketika Bianca dilanda panik. Buru-buru dia mematikan AC dan menguncang pundak Leo. “Bangun, Leo.”

Leo tidak merespon, hanya terus mengambil pasokan oksigen melalui mulut dan mengigil kedinginan. “Apa yang harus aku lakukan?” Bianca mengambil hp Leo di atas naskas tapi layar benda itu terkunci membuatnya tidak bisa menelepon siapa pun.

“Aku akan mencari obat!” Minyak kayu putih atau apa pun itu. Bianca mengeledah seisi rumah tanpa melewatkan satu laci pun dan dia kembali ke kamar Leo dengan tangan kosong.

Sekarang Bianca sakit kepala. “Aku tidak bisa ke mana-mana!” pekiknya frustasi. Bianca tidak tahu jalan bahkan letak apotik terdekat. Dia juga tidak berani meninggalkan Leo sendiri.

Jadi, yang sanggup Bianca pikirkan adalah membuat kompres dari air dingin. Kain pertama dia letakkan di atas kening Leo sementara menggunakan kain yang lain untuk mengompres leher dan lengannya. "Kau benar-benar!" Bianca jengkel tapi melihat betapa tak berdaya Leo membuatnya cemas. "Tak kusangka orang sepertimu bisa sakit juga."

"Dingin ..." Leo meracau. Dia menepis kain dari atas keningnya dan menarik selimut sampai menutupi seluruh wajah. Tubuhnya semakin menggigil di balik selimut seolah dia berada di dalam freezer.

"Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan." Bianca ketakutan sampai merasa seperti akan menangis. Dia menyibak selimut dari wajah Leo, melihat lelaki itu memeluk diri sendiri dengan warna bibir yang pucat.

“Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku lakukan.” Bianca berusaha membangunkan Leo tapi dia tidak sekalipun membuka mata. Dia juga tidak merespon ketika dipanggil membuat Bianca berpikir apa yang harus dirinya lakukan pertama kali adalah membantunya menurunkan suhu panas.

Bianca mengulurkan tangan menggengam tangan Leo dan dikejutkan oleh reaksi yang dia berikan. Pria itu spontan menangkap tangannya dan ditempelkan pada pipi yang sangat panas.

Dia bersikap selayaknya kucing dengan menggosokan kulitnya pada punggung tangan Bianca dan terlihat lebih nyaman dari beberapa detik sebelumnya.

Tiba-tiba hadir sebuah ide gila di dalam benak Bianca, pipinya mulai bersemu merah membayangkannya. “Aku harap kau tak salah paham tapi aku mempelajari cara ini pada saat pramuka.”

Fokus Bianca hanya membuat Leo tersadar, jadi mau tidak mau dia mengabaikan perasaan malu itu berpikir bahwa lebih baik dia menahan malu daripada keadaan Leo memburuk.

Dengan sangat berat hati Bianca melepas kancing piyama Leo hingga akhir. Berikutnya, dia melepas piyamanya dan berbaring di samping Leo, di dalam selimut yang sama untuk memeluknya.

Sesuai dugaan, cara itu berhasil. Leo merasakan kehangatan, spontan memeluk Bianca sangat erat seolah dia adalah pemanas berbentuk guling.

Suhu panas dari tubuh Leo menular, dalam sekejap Bianca sudah berkeringat. Namun, dia bernafas lega Leo mulai terlihat lebih baik dari sebelumnya, tidak lagi menggigil dan mulutnya sudah berhenti menggap-manggap khas ikan.

"Ini adalah ide yang sangat bodoh, terima kasih Bianca." Sepertinya tak bisa disebut bodoh karena berhasil tapi Bianca tetap mengutuk diri, bertanya-tanya mengapa dia harus mempelajari hal seperti ini hingga akhirnya dia tidak bisa berpura-pura tidak tahu.

Bianca mengembus nafas, Leo mendekapnya terlalu erat sampai membuatnya merasa sedikit sakit. Pria itu bak cacing kepanasan, meski begitu dia semakin terlihat nyaman. Tak sadar Bianca tersenyum lega.

Leo menempelkan wajahnya ke kepala Bianca dan telapak tangannya bergerak di sekitar pinggang Bianca untuk mencari lebih banyak kehangatan.

Pipi Bianca bersemu merah, dia memejamkan mata dikala mendengar suara helaan nafas, terdengar begitu lega bagaikan ikan setengah sekarat dilempar kembali ke dalam lautan. Itu menandakan pengorbanannya tak sia-sia.

Bianca menempelkan telapak tangan pada punggung Leo, berharap gestur itu bisa membantunya lebih banyak lagi. "Cepat sembuh ..., Leo," bisiknya.

1
Jennifer Alexander
thorr semangat thorr aku di sini menunggu kelanjutan ceritanya /Drool//Smirk/
Kravei: Thank uuu🥰🥰🫶
total 1 replies
Masdi Masdi
sebenarnya AQ merasa Gavin GX cinta hanya merasa terbiasa aja jdi GX mau kehilangan. kalo Leo itu cinta Krn sebegitu terluka nya pun dia berusaha keras untuk tetap bertahan dgn hati tentunya tidak baik² saja untung nya GX sampai gila. di pertahankan pun selamanya Bianca tx akan pernah bahagia.
Kravei: Hihi wajib nantikan flashback di mana Leo galau parah karena Bianca mau persiapan nikah xixi
total 1 replies
Masdi Masdi
hai,,,salam kenal kak... rajin² update ya kak,agar kita GX lupa alur ceritanya.... sampai disini cerita nya bagus banget. AQ suka.🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Kravei: Siap, Kak … bakalan ditambah babnya kalau makin ramai
Makasih karena sudah meninggalkan komentar🥰<3
total 1 replies
Jennifer Alexander
thorr lanjutin ya ceritanya..ada aku di sini yg selalu menunggu kelanjutannya.. ceritamu bagus...kalo episode nya lebih banyak pasti lebih banyak yg baca /Smirk/
Kravei: Hihi makasih banyak, Kak🥰 nanti kalau makin rame, babnya ditambah juga yaaa <3
total 1 replies
Jennifer Alexander
lanjutkan thorr aku menunggu karyamu /Applaud//Kiss/
Jennifer Alexander
lanjut Thor aku sukaaa bangettt
Jannah Sakinah
Semangat Thor nulisnya. rajin update ya. hehehe
Bening Hijau
ikut event dong cerita ini bagus banget
Bening Hijau
sama q juga pecinta second lead
Bening Hijau
bagus banget alur nya
Bening Hijau
bagus banget
Kravei
Hi, salam kenal, Kak🥰
Amelia
halo salam kenal ❤️🙏
Mưa buồn
Jujur aja, ini cerita paling baik yang pernah aku baca.
Kravei: Awww thank you, Akak🥰
total 1 replies
Fatima Rubio
Wah, cerita yang luar biasa! Semangat terus author!
Kravei: Hi, Kak
Makasih ya🥰
Jangan lupa dilika dan follow supaya tidak ketinggalan!
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!