NovelToon NovelToon
Wanita Janda Istri Sang Dokter

Wanita Janda Istri Sang Dokter

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Janda
Popularitas:25.6k
Nilai: 5
Nama Author: indah yuni rahayu

Fahmi yang sudah bertunangan dengan Sesil terpaksa harus menikahi Saras yang seorang janda. Bukan karena cinta melainkan karena rasa kasihan dan kepeduliannya terhadap janda miskin beranak satu.

Lantas bagaimana dengan Sesil setelah tahu tunangannya sudah menikah lebih dulu ?

Lalu bagaimana dengan Saras yang telah menjadi istri seorang dokter itu, akankah ia mendapatkan cinta yang tulus darinya ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah yuni rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sadar Posisi

Sekitar pukul 5 sore, Fahmi baru tiba di rumah. Ia lupa dengan janjinya, jika harus mengantar Saras pindah rumah. Padahal Saras sudah meminta izin padanya akan berangkat sendiri tapi ia melarangnya. Selesai mandi ia bergegas menemui istrinya itu untuk minta maaf.

Didapatinya pintu kamar Saras terbuka sedikit, didengarnya suara merdu seorang wanita tengah melantunkan bacaan kitab suci Al Quran. Yang mendengarnya pun terasa syahdu. Fahmi ragu untuk masuk ke dalam dan saat ia akan berbalik pergi, suara anak kecil meneriakinya.

"Itu, Ayah sudah pulang!" seru Bagas menunjuk ke arah pintu, Saras pun menghentikan mengajinya.

Fahmi berbalik dan pintu kamar pun terbuka lebar, rupanya Bagas yang membukakan pintu untuknya. Ia setengah berlari agar sampai ke pintu.

Saras meletakkan kitab suci itu di atas lemari lalu bergegas menyambut kedatangan Fahmi.

"Mas Fahmi sudah pulang?" Saras mengambil tangan suaminya untuk ia salami.

Lagi, getaran halus ia rasakan kembali begitu Saras mencium punggung tangannya.

"Ah, iya. Maaf aku tadi lupa untuk pulang cepat. Ada operasi mendadak tadi di rumah sakit." Fahmi begitu hati - hati menyampaikan permintaan maafnya.

"Tidak apa-apa, aku mengerti keadaan Mas Fahmi kok. Besok - besok juga masih ada waktu." Saras tersenyum menimpali ucapan suaminya.

"Apa kamu tidak apa - apa ? Mamaku bersikap baikkah padamu hari ini ?" Fahmi khawatir jika Saras tersiksa lantaran waktu untuk pindah rumah terjeda.

Saras mengangguk cepat. Ia juga sudah meminta Bagas agar tidak menceritakan kejadian pulang sekolah tadi.

"Mas Fahmi mau minum kopi sekarang atau nanti?" tawar Saras sembari melirik jam yang rupanya sebentar lagi akan masuk waktu magrib.

"Nanti saja, lagi pula sebentar lagi magrib."

"Bunda, aku sudah lama tidak ke masjid untuk berjamaah. Kapan kita ke masjid lagi?" Bagas menarik tangan ibunya.

Saras memaklumi keadaan saat ini dan tidak memaksakan Bagas seperti saat tinggal di kontrakan dulu untuk selalu pergi ke masjid. Yang kebetulan dekat. Dan kalau dilingkungan yang baru ini, ia belum berani untuk bepergian kemana - mana, terlebih ia sekarang statusnya sudah menjadi seorang istri. Apa - apa harus izin lebih dulu.

"Lain kali saja ya, kita berdua bisa sholat berjamaah di rumah." Saras memberi pengertian.

Fahmi seakan tercoreng mukanya, ia adalah imam sekarang, seharusnya ia bisa menjadi pemimpin untuk rumah tangganya. Meski pernikahannya dengan Saras tanpa didasari rasa cinta tetapi ikatan pernikahan itu telah mengubah statusnya menjadi pria yang sudah berkeluarga.

Fahmi berdehem untuk menetralkan suaranya, "Bagas bisa berjamaah denganku."

Bagas seolah tak salah mendengar, "Benarkah?" sahutnya cepat dengan rona wajah yang begitu bahagia.

Fahmi mengangguk memberi jawaban pasti.

Dan detik berikutnya suara azan berkumandang. Fahmi meminta Saras dan Bagas untuk bersiap agar ke kamarnya.

Saras tak bisa menolak sesuatu yang mengarah pada kebaikan.

Begitu memasuki kamar Fahmi yang begitu luas, Saras tertegun sejenak. Bukannya mimpi tapi ia segera menepis harapannya untuk bisa bersanding dengan seseorang yang tulus menerimanya. Ia segera menggelar sajadah di belakang Fahmi begitu pula dengan Bagas. Sholat berjamaah pun dilaksanakan. Ini adalah pertama kalinya dalam hidup Saras berjamaah dengan seorang suami. Saat dulu saja, Joni selalu mungkir diajak sholat. Bacaan yang dilantunkan Fahmi pun tidak diragukan lagi kalau ia seorang imam yang tepat.

Sholat tiga rakaat pun kini sudah usai. Saras dan Bagas mengamini doa Fahmi lalu menyapukan kedua tangan ke wajah usai berdoa. Fahmi membalikkan tubuh ke belakang dan tangannya segera disambut oleh Saras dan Bagas.

Suasana yang begitu damai dan menyejukkan hati itu pun harus berakhir. Saras segera beranjak untuk menyiapkan makan malam. Bagas pun hendak menyusul ibunya tapi terhenti karena Fahmi ingin mengajaknya ngobrol.

"Kamu juga bisa menggaji?"

"Bisa, tapi tidak selancar bunda."

"Coba, aku ingin mendengarmu mengaji !" pinta Fahmi lalu beranjak mengambil Al Quran.

Bagas mulai membuka halaman kitab suci Al Quran, dan setelah menemukan halaman yang ia cari, ia pun mulai membaca ta'awud dan basmallah. Dibacanya sesuai dengan yang ibunya ajarkan.

"Masya Allah, kamu sungguh lancar mengajinya !"

Mendengar ayah sambungnya memuji, Bagas bersemu merah.

"Apa kamu mau hadiah?" Fahmi memberikan kalimat menjebak.

"Mau." sahutnya cepat.

"Jika kamu berhasil katam dengan cepat, ayah akan membelikanmu sepeda baru."

"Sepeda ? Aku mau ! " sahutnya bersemangat.

"Tapi ini rahasia. Jangan beritahu pada bundamu!" Fahmi memperlihatkan jari kelingkingnya.

Bagas mengangguk dan menautkan jari kelingkingnya.

.

Acara makan malam pun sudah usai. Dan semua orang sudah membubarkan diri. Fenny bersiap akan pulang karena suaminya sudah datang untuk menjemputnya.

Amira menyambut menantunya dengan begitu senang, dibawanya buah tangan dari menantunya itu. Ia menyebik ke arah Saras saat melewatinya.

Saras hanya mampu diam, apa yang bisa ia perbuat selain tidak bergerak. Bukannya ia bodoh atau apa, melainkan sadar bagaimana posisinya di keluarga suaminya.

Saras sudah membuatkan kopi seperti tawarannya tadi, ia membawa nampan dimana Fahmi berada.

Awalnya Fahmi sedang duduk bersantai di teras bersama mertua laki - lakinya. Namun, Hendra bergegas pergi setelah menerima panggilan masuk.

Saras mendatangi Fahmi. "Mas Fahmi, ini kopimu."

Fahmi tersentak dari lamunan, "Ah, iya. " lalu mengambilnya dari tangan Saras. Mulai menyeruput dan merasakan kenikmatan tersendiri dari setiap aroma kopi itu.

Saras masih berdiri di sampingnya, ia teramat kaku jika tak disuruh ia pun sudi akan berdiri berapa pun lamanya.

"Mbak Saras, duduk sini!" titah Fahmi sembari menepuk kursi di sebelahnya.

Dengan malu - malu Saras berpindah dari posisi awalnya.

Fahmi membuka obrolan yang ringan dan Saras pun menimpali setiap pertanyaan yang Fahmi lontarkan. Saras merasa Fahmi cukup dewasa, sangat bahagia seseorang yang bersemi di hatinya.

Meskipun Saras memiliki hak kuat dalam pernikahan termasuk nafkah batiniyah tapi sekali lagi ia sadar posisi dan tidak menuntut macam - macam. Perlindungan saja sudah cukup baginya.

"Oh iya, Mbak Saras. Ada yang ingin aku sampaikan padamu."

Saras menunggu kabar apa itu dan mengapa ia begitu berbunga - bunga hanya baru akan mendengarnya saja. Padahal belum pasti apa yang akan Fahmi katakan.

Tiba - tiba saja obrolan mereka terjeda. Panggilan masuk yang seketika membuat wajah Fahmi terlihat begitu berseri. Fahmi segera bangkit untuk menerima panggilan yang ternyata dari Sesil.

"Hallo, Sayang!" panggil Fahmi begitu lembut.

Dan apa kabarnya dengan hati Saras, tentu saja biasa - biasa saja. Tapi, ada rasa sakit di palung hatinya yang terdalam. Hanya Tuhan yang tahu.

"Kamu kemana saja, sudah ada istri baru kamu lupa denganku!" Sesil terdengar ngambek.

"Mana mungkin aku lupa, aku baru saja makan malam dan ini sedang mau menghubungi kamu. Eh, tahunya keduluan kamu."

Saras baru sadar, Fahmi menyendiri tadi rupanya ingin menghubungi tunangannya. Saras mengutuk kebodohannya dan dari pada pendengarannya sakit, lebih baik ia menyusul Bagas ke kamar.

...****************...

Keesokan paginya, penampilan Ambar sudah rapi. Ia akan ke butik untuk mengambil pesanan baju yang akan dipakai di acara resepsi nanti.

Fahmi sendiri sudah pergi bersama Bagas.

Amira mendadak pusing, migrainnya kambuh dan terpaksa tidak bisa menemani Ambar. Ia harus banyak istirahat di usianya yang tak lagi muda.

Ambar teringat Saras lalu menghampirinya di kamar.

"Saras, apa kamu sibuk?" tanyanya memastikan dan jika senggang ia akan mengajaknya.

Bik Yem lagi momong si kembar di kolam ikan.

"Tidak Mbak Ambar, ada yang bisa aku bantu?" tawar Saras yang membuat Ambar sumringah.

"Ayo ikut aku!" Ambar menarik tangan Saras agar keluar kamar.

"Kemana Mbak ?"

"Ke butik."

Dan Saras tidak banyak bertanya, ia mengikuti langkah Ambar memasuki mobil. Mengemudikan mobil memecah jalanan dengan kecepatan sedang.

"Apa Fahmi membelikanmu make up?" spontan pertanyaan yang terucap dari mulut Ambar.

Saras menggeleng. "Tidak."

"Kenapa kamu tidak memintanya?" protes Ambar, ia lupa jika Saras bukanlah dirinya yang selalu minta seketika itu juga pada sang suami.

"Aku tidak perlu meminta apa pun darinya. Mahar yang ia berikan sudah cukup bagiku."

"Kamu kenapa kolot banget, Saras! Penampilan itu perlu ! Fahmi juga keterlaluan, masa kamu nggak dibelikan apa - apa." umpatnya geram dengan sikap adiknya.

Saras hanya diam saja tak berani berkomentar.

Ambar memarkir mobilnya ditempat teduh. Lalu turun bersama Saras.

Setelah mencoba baju, Ambar meminta Saras untuk memilih satu baju yang ada di butik. Saras menolak, ia tidak akan hadir di acara resepsi yang pikirnya hanya akan membuat kekacauan saja.

Karena Saras tidak mau, Ambar sendiri yang memilihkan untuknya, tak lupa juga membelikan Bagas.

Setelah melakukan pembayaran, mereka segera pergi.

Saras merasa sungkan terhadap Ambar yang begitu peduli terhadapnya.

"Kamu sekarang adalah keluarga." sahut Ambar yang jengah dengan Saras yang sejak tadi merendahkan diri.

Saat ditengah perjalanan pulang, Ambar menghentikan mobilnya di toko kecantikan dan meminta Saras untuk turun juga.

Saras dulu sudah pandai ber make up, tapi karena keadaan ia tak sempat bahkan tidak mampu untuk membeli lagi.

Dan di sini Ambar merogoh dompetnya untuk membelikan berbagai macam peralatan make up.

"Saras, ini untukmu." Ambar menyerahkan paper bag.

Saras tercengang, bahkan ia tidak percaya akan kebaikan Ambar yang begitu tulus terhadapnya.

"Kamu harus sejajar. Agar orang lain tidak merendahkanmu lagi.

1
Ma Em
Alhamdulillah akhirnya Saras hamil juga semoga kandungannya baik baik saja jgn sampai terjadi hal yg tak diinginkan dan semoga saja anaknya kembar.
Ma Em
Fahmi kamu jgn terlalu percaya sama Sesil dia itu mau agar kamu membenci Saras, jgn sampai nanti kamu menyesal karena telah membuat Saras sakit hati sama kamu Fahmi
Ria Nasution
selalu emosi yang dominan terbawa
🌻⃟M€nTa_Ry🌞⃠
Yg sabar ya Saras
Lagian di rumah ada CCTV tinggal lihat aja
DinDut Itu Pacarku Mampir
sella surya amanda
lanjut
🌻⃟M€nTa_Ry🌞⃠
Begitulah kalau Poligami
Susah suami utk bs adil sama kedua istrinya
DinDut Itu Pacarku Mampir
Yati Susilawati
istri dua.. serumah.. ?
🌻⃟M€nTa_Ry🌞⃠
Kyknya Saras juga hamil
Toker mah Pak dokter
Dua istri nya Hami5
Ria Nasution
kapok. sesil tunggu aja kabar bahagia juga dari Saras pasti akan terbakar api 🔥🔥🔥 cemburu yang lebih....
muna aprilia
lnjut
🌻⃟M€nTa_Ry🌞⃠
Fahmi harus mendidik Sesil krn itu tugas Suami
DinDut Itu Pacarku mampir
🌻⃟M€nTa_Ry🌞⃠
betul itu Saras jgn di bebaskan penjahat
DinDut Itu Pacarku Mampir
🌻⃟M€nTa_Ry🌞⃠
Kira2 Siapa nih
DinDut Itu pacarku Mampir
sella surya amanda
lanjut
🌻⃟M€nTa_Ry🌞⃠
Bentar lagi Riko bakal tertangkap dan masuk Hotel Prodio
🌻⃟M€nTa_Ry🌞⃠
Sebentar lagi Riko pasti tertangkap
DinDut Itu pacarku mampir
Ma Em
Semoga Bagas segera ditemukan dan selamat dari Riko, segera tangkap dan penjarakan Riko
🌻⃟M€nTa_Ry🌞⃠
Semoga Bagas bisa selamat
DinDut Itu Pacarku Mampir
sella surya amanda
lanjut
🌻⃟M€nTa_Ry🌞⃠
Jadi Cinta pertama Rehan itu saudara Saras ya
DinDut Itu Pacarku mampir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!