NovelToon NovelToon
Berdua : Menjadi Penakluk Bersaudara

Berdua : Menjadi Penakluk Bersaudara

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Reinkarnasi / Cinta Terlarang / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Alif R. F.

Dua bersaudara kakak beradik yang sudah lama memainkan MMORPG menggunakan kapsul DDVR (Deep-Dive Virtual Reality) tiba-tiba berpindah dunia disaat mereka sedang menunggu tutupnya server.

Adik perempuan yang bernama Rena sudah bertahun-tahun menggunakan kapsul DDVR yang sekaligus digunakan sebagai penunjang kehidupan karena dirinya yang mengalami koma akibat kecelakaan di masa lalu, akhirnya bisa mengalami dunia nyata meskipun dengan tubuh yang berbeda dan di dunia yang berbeda pula.

Berbeda dengan kakak laki-lakinya, Reno, yang sudah mempersiapkan pernikahannya sementara semua impiannya hampir sudah tercapai semua kini harus dihadapkan dengan situasi yang berbeda, di dunia dan dengan tubuh yang berbeda, sama sekali tidak memiliki jalan untuk kembali.

Apakah Reno akan mengalah dengan adiknya, Rena, dan hidup di dunia baru sebagai seorang Penakluk? atau dia akan tetap berusaha mencari jalan pulang sementara meninggalkan adiknya di dunia yang asing dan kejam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif R. F., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#2 – Kewajiban seorang kakak II

Seharian berlalu begitu saja sejak keduanya memulai memainkan WoF bersama sambil menunggu tutupnya server. Mereka terus memburu monster, memperbanyak Exp mereka meskipun sudah tidak bisa dialokasikan lagi karena level mereka yang sudah maksimal, yakni level 1000.

Reno yang memiliki karakter game berupa ras Devil yang ia beri nama Ouros, terus membantai dan men-solo boss monster yang bisa ia temukan. Sedangkan Rena yang memiliki karakter berupa ras Angel yang ia beri nama Auriel, terus memberikan Heal dan Buff kepada Reno dari belakang.

Beberapa saat kemudian, Boss terkuat bernama Jormungandr yang berupa ular raksasa pun berhasil dikalahkan.

"Fuhhh, akhirnya selesai juga. Entah sudah berapa kali kita membunuh monster ini," Reno menghela nafas panjang, kemudian menoleh ke belakang menatap adiknya yang hanya berdiri dengan santai. "Lalu sekarang apa?"

Rena kemudian berjalan mendekati Reno, lalu melaluinya begitu saja sambil berkata, "Entahlah."

Di belakang Reno adalah mayat Jormungandr yang mulai memuai, lenyap menjadi partikel Exp, sementara di belakang Jormungandr adalah puncak bukit yang menghadap sebuah lembah dengan hutan yang lebat di bawahnya. Dari lembah itu, berdiri pegunungan tinggi dengan puncaknya yang ditutupi salju.

Rena pun berjalan dan sampai di pinggir jurang, di puncak bukit yang menghadap lembah. Ia terdiam untuk sesaat, memandang langit yang mulai menguning. "Sepertinya di dunia nyata sudah jam 12 malam."

Reno menyusul, berjalan mendekati Rena, lalu berdiri di belakangnya dan mulai mengusap bahu kiri Rena. "Hmm, apakah kamu khawatir dengan kakakmu ini? Tenang saja, hari masih panjang. Lagipula, besok kan hari minggu, jadi tenang saja."

Rena sedikit menoleh, lalu memiringkan kepalanya dan mulai menempelkan pipinya ke tangan Reno. "Tangan kakak … aku tidak bisa merasakan suhu sama sekali. Aku benci game ini."

"Ya … namanya juga game jadul, pastinya fungsinya tidak begitu lengkap. Oh iya, kakak juga dengar-dengar kalau fungsi di WoF—"

"Sudah tahu!" potong Rena dengan bibirnya yang cemberut. Lalu jeda untuk sesaat dan mulai menghela nafas panjang. "Aku tidak sabar dengan WoF 2, karena dari artikel yang aku baca juga, mereka memiliki keakuratan yang mendekati 98% dengan dunia nyata. Oleh karena itu, kali ini gamenya diberi rating Adult."

"Kalau begitu, itu akan menjadi simulasi, bukan game lagi. Apa serunya jika game begitu mirip dengan dunia nyata? Apakah kita perlu untuk buang air juga di dalam game? Haaa." Keluhannya terdengar jelas dengan helaan nafas yang terdengar malas.

Rena menoleh dan menatap wajah Reno yang terkena cahaya matahari sore dan mulai memiringkan satu alisnya dengan penuh heran dan ledekan. "Mereka akan menambahkan fungsi genital di dalam game kali ini. Dan … hehe … dengan begitu pastinya, para player bisa melakukan hal-hal yang tidak-tidak di dalam game. Mhm, tapi setidaknya itulah yang aku baca dari artikelnya."

Kini bergantian Reno lah yang menatap Rena dengan tatapan hilang harapan. "Setelah mendengar penjelasan itu, kakak jadi merasa sedih dengan kamu."

"Ih! Kakak, mah!" Rena merajuk, memanyunkan bibirnya sambil memukul-mukul lengan Reno. "Kalau begitu, makanya pasangkan karakter AI buat apartemen Virtual Ku! Aku juga kan kesepian lama-lama, ih!"

Reno mulai menahan pukulan demi pukulan penuh candaan Rena sambil tertawa-tawa. "Hahaha, iya, iya, kakak akan pasangkan, deh. Soalnya kakak pikir kamu belum puber."

"Kak! sekarang aku sudah 26 tahun! Hm!" tatapan menyorot Rena menatap tajam Reno yang masih tertawa meledeknya, sementara menghentikan pukulannya, lalu mulai duduk di atas rerumputan.

Reno pun tersenyum hangat melihat Rena terduduk begitu saja dengan tatapannya yang terpaku pada pegunungan di depannya yang menyembunyikan langit jingga dan matahari yang mulai tenggelam di baliknya. Reno pun ikut duduk di sampingnya, dan mulai menatap cakrawala yang sama.

Dengan dua kaki menekuk yang ia rangkul dengan kedua tangannya, Rena kemudian menaruh pipinya kembali di lengannya sambil menoleh ke samping, menatap Reno yang juga duduk di sebelahnya. Tatapannya tegar menatap Reno dengan bibir yang mulai terbuka, hendak bertanya.

"Kak, jadi … setelah kakak menikah, apakah aku akan sendirian?"

Reno tidak menoleh, matanya masih terpaku pada langit virtual yang begitu nyata. "Kamu jangan khawatir, kakak akan selalu berada di samping kamu sampai kamu benar-benar bangun dan bisa beraktifitas dengan normal. Kamu tidak perlu khawatir."

Rena tersenyum lega, namun matanya yang melirik ke rerumputan, berkata lain. Ia terlihat ragu dengan jawaban Reno. "Dengan memiliki keluarga baru, memang kakak masih ada waktu? Memang kakak yakin bisa membagi waktu buat aku?"

Reno menoleh dan ikut tersenyum, sementara tangannya mulai mengusap kepala Rena. "Kamu jangan khawatir, kakak tidak akan mengingkari kewajiban kakak kok."

"Benar?" tanya Rena berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

"Benar," balasnya dengan jawaban pasti sambil terus mengusap kepala Rena seakan memberikan kepastian yang mutlak.

Mereka pun terus menunggu, meratapi masa depan bersama di dalam dunia Virtual. Dengan waktu yang terus berlalu, hitungan mundur penutupan server di depan pandangan mereka pun tampil.

10 … 9 … 8 … 7 …, Reno mulai merangkul erat Rena, memeluknya dan menempelkan pipinya di kepala Rena. 6 … 5 … 4 … 3 … 2 … 1 … 0. Dengan menghilangnya hitungan mundur di hadapan mereka, tiba-tiba saja keduanya dalam sekejap berpindah tempat ke padang rumput yang hijau dan luas.

Tentu keduanya terkejut, karena kilatan cahaya matahari yang tiba-tiba menyinari wajah mereka kini menunjukkan tidak hanya tempat saja yang berubah, tetapi waktu juga berubah. Dan tak sampai disitu, tampilan yang selalu ada di pandangan mereka seperti minimap dan status Health, Mana dan Energy pun juga ikut menghilang. Lalu dengan kebingungan yang melanda, keduanya pun saling menatap satu sama lain dengan raut wajah yang sama bingungnya.

Reno pun berdiri dan mulai menekan-nekan apapun yang ada di depannya, berharap antarmuka menu muncul di tampilannya. "Loh, loh, loh, kenapa tidak ada?! Bug, kah?"

Rena yang masih terduduk, bisa merasakan timbulan-timbulan tanah dan rerumputan yang ada di bokongnya. Ia pun menjadi penasaran dan mulai menyentuh tanah dan rerumputan yang ada di sekitarnya. Setelahnya, ia tampak terkejut, namun tidak mengatakan apa-apa, sementara Reno terus berusaha menekan-nekan udara dengan telunjuknya.

"Ada apa ini?! Halo! Halo!?" Reno mencoba menghubungi costumer service dengan menggunakan gestur menekan telinga kirinya. "Kenapa ini tidak tersambung?! Halo! Siapapun?! Tsk, kenapa jadi begini? Halo!?"

Pikiran Reno pun berkelana kemana-mana, dan mulai memikirkan kemungkinan terburuknya, yakni kemungkinan dirinya yang terjebak di dalam kapsul. Kepanikan pun mulai melanda dirinya, apalagi mengingat bahwa ia pernah mendengar tentang kasus beta tester DDVR yang tidak bisa logout dari game dan akhirnya merusak jaringan otaknya dan akhirnya meninggal.

"tidak, tidak, tidak, ini tidak mungkin … semua pencapaianku selama ini! Aaaaarghhh!!!" teriak Reno. "Minggu depan menikah pula, aduh, bagaimana ini?! Semua interface juga tidak ada yang bisa ditampilkan!! Kok bisa seperti ini, sih??!!!"

Di tengah kepanikan Reno, Rena pun berdiri dan mulai mencoleknya sambil menunjukkan rerumputan yang ia cabut di tangannya. "Kak … sepertinya ada yang aneh."

"Hah? Maksudnya? Kenapa kamu memberikan kakak rumput—tunggu … lah kok bisa?!" dan Reno pun mulai menyadari akan keanehan yang terjadi, dan mulai meraih rerumputan yang ada di tangan Rena. "Tunggu, tunggu, tunggu, kenapa—"

"Sepertinya kita bukan lagi di game, deh," ucap Rena yang entah bagaimana suaranya agak berbeda dengan suara aslinya. Kini, suaranya yang seharusnya terdengar seperti gadis pada umumnya yang terdengar berfrekuensi tinggi, kini suaranya terdengar lebih rendah dan dewasa seakan mengikuti tubuh karakter game-nya.

Reno menatap Rena dengan tatapan bingung, sementara ia bisa mendengar suaranya yang berbeda. Tidak hanya itu, perilaku Rena seakan terlihat agak berbeda dengan perilaku aslinya, kini ia terlihat jauh lebih tenang. Tatapannya juga terlihat begitu sejuk seakan baru saja melepas segala beban pikiran.

Reno pun menjadi tambah khawatir sesaat dirinya sadar akan kemungkinan lain dengan dirinya yang berkemungkinan telah masuk ke dalam virtual lucid dream, yang mana kasus ini juga pernah terjadi ke beberapa orang, yakni ketika mereka masuk ke dalam dunia mimpi di saat masih menggunakan perangkat DDVR dan hanya bisa bangun ketika mereka mencapai batas rasa sakit tertentu untuk bisa terbangun.

"Jangan bilang ini—"

Plak!

Rena menampar Reno, dan Reno merasakan sakit yang luar biasa dengan tamparan yang sangat keras dari adiknya itu, yang mana bahkan sampai sempat membuat ledakan Sonic boom dan memancarkan cahaya keemasan di tangan nya, sampai membuat Reno terdiam dan terpaku pada wajah adiknya yang tampak tenang-tenang saja di hadapannya.

"Ini bukan virtual lucid dream, kak," ucap Rena dengan tenangnya, kemudian menoleh memalingkan wajahnya dari Reno. "Sepertinya ini dunia nyata … atau lebih tepatnya, kita telah berpindah dunia."

Tatapan panik Reno pun menjadi semakin jelas. Kini ia menjadi semakin terpikirkan tentang dunia nyata yang sebenarnya, dunia nyata yang selama ini ia jalani dengan penuh usaha dan kepedihan, semua pencapaiannya, semua tentang usaha dan aset-asetnya, dan juga tentang pernikahannya yang kini lenyap begitu saja.

"Berpindah dunia?!! tidak, tidak, omong kosong macam apa—" Reno pun terdiam, sesaat melihat Rena mengeluarkan air matanya, menatap jauh ke sampingnya, masih memalingkan wajahnya dari Reno. "Rena? Kamu … hush~." Dan ia pun langsung memeluk Rena.

"Jika … jika ini adalah benar-benar dunia nyata, aku sungguh bersyukur." Rena menempelkan pipinya di dada Reno, berbisik dan masih menatap pemandangan yang tersedia di depan dan menggenggam rerumputan yang ia cabut. "Apakah kakak akan mencari jalan pulang?" bisiknya.

Angin berhembus dan aroma musim semi pun mulai melintas di hidung keduanya, dan Reno pun mulai menjadi tenang. Pikirannya tentang segala apa yang ditinggalkan kini tergantikan dengan perasaan tanggung jawab dan sayang kepada adiknya.

"tidak … kakak akan tetap bersama kamu sampai kapanpun. Kan kakak sudah bilang, kakak akan selalu di samping kamu dan menemani kamu." Meskipun jauh di dalam benaknya, Reno tetap menginginkan dan mulai memikirkan jalan untuk kembali.

Apakah ini dunia lain? Apakah tidak ada jalan pulang? Pikir Reno sementara itu.

****.

Bersambung ….

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!