NovelToon NovelToon
My Perfect Stranger

My Perfect Stranger

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Perasaan / Duda / Romansa Modern / Cinta setelah menikah / Tinggal bersama / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah / Pengantin Pengganti
Popularitas:5.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: Nisaaayu

Berniat ingin menyelamatkan seorang pria dari pengkhianatan pernikahan justru membuatnya terlibat dan malah menjadi pengantin wanita pengganti. Friska Hallin Amanda, seorang gadis yang terpaksa berurusan dengan sang mempelai pria yang ternyata seorang CEO terkenal.

Dia tidak menyangka bahwa perbuatannya yang merusak pernikahan CEO tersebut justru mengantarkannya kepada pernikahan yang tak pernah Ia bayangkan. Friska terpaksa menggantikan mempelai wanita untuk menyelamatkan nama baik sang CEO.

"Saya tidak mau menikah dengan bapak!"

"Kamu harus mau! nama baik saya akan dipertaruhkan saat ini. Atau saya akan menghancurkan hidupmu beserta keluargamu!" begitulah ancaman Ardigo yang membuat pernikahan palsu itu akhirnya terjadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nisaaayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menarik

Di tengah suasana sarapan yang hangat, ponsel Friska tiba tiba berdering dan menarik perhatian mereka semua. Ketika melihat caller id yang terpampang di layar ponselnya, Friska langsung mengangkatnya.

"Halo!"

"Kamu sudah selesai, Fris?" tanya Tasya di seberang telpon

"Sudah, tapi aku sedang sarapan. Kamu sudah selesai?"

"Aku sebentar lagi selesai. Aku akan menjemputmu, tolong kirim alamatmu"

"Kamu akan menjemputku? baiklah, akan aku kirimkan"

"Oke, sampai jumpa"

"Sampai jumpa" setalah memutuskan sambungan telpon, Friska langsung memasukkan ponselnya ke dalam tas. Ia mendapati Ardigo dan Vano sudah selesai sarapan, Vano pun naik ke atas untuk mengambil tasnya yang tertinggal. Kini hanya mereka berdua yang berada di meja makan

Tanpa Friska sadari, semua percakapannya tadi tidak luput dari perhatian Ardigo. Pria itu tampak menatap Friska sambil menerka nerka siapa yang baru saja menelpon istrinya. Sepertinya kali ini dia tidak bisa menahan untuk tidak bertanya

"Siapa yang menelponmu?"

Friska menatap Ardigo sekilas sebelum menjawab

"Temanku"

"Dia akan menjemputmu?" tanya Ardigo yang diangguki oleh Friska

"Dia seorang pria?" inilah yang menjadi pertanyaan besarnya sejak tadi

"Bukan"

Entah mengapa Ardigo merasa sedikit lega mendengar jika teman yang dimaksud Friska bukanlah seorang pria

"Kamu akan mendaftar magang dimana?" Ardigo menatap lekat ke arah Friska

"Temanku mengajak ke Fabiyan's Corp. Tapi aku tidak yakin akan diterima disana" balas Friska sambil memakan suapan terakhirnya

Ardigo membulatkan matanya mendengar ucapan Friska yang terkesan enteng. Dari cara Friska menjawab, dia dapat memastikan bahwa gadis itu tidak tau itu perusahaan siapa

"Kamu tidak tau itu perusahaan milik siapa?" tanya pria itu memastikan

"Mana aku tau, aku belum berkenalan dengan CEO nya. Jika aku diterima disana, aku akan berkenalan dengannya dan memberitaumu" balas Friska asal

gadis ini berasal dari bumi belahan mana? jadi dia benar benar tidak tau aku siapa? Batin Digo tidak habis pikir

Tak lama kemudian, senyum tipis tampak terbit di ujung bibirnya

Menarik. Batin Ardigo sambil bangkit dari duduknya ketika melihat Vano sudah menuruni tangga.

Friska menyerahkan bekal Vano yang sudah disiapkannya dengan rapi

"Habiskan bekalnya ya, sayang. Jadilah anak yang baik dan keren selama di sekolah. Oke, ganteng?" ujar Friska sambil mengelus rambut Vano. Seperti biasa, dia mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan bocah itu

"Siap tante. Terimakasih bekalnya!" balas Vano bersemangat. Friska tersenyum lebar melihatnya

"Sama sama. Tante dan Papa sayang kepada Vano" ucap Friska memeluk tubuh kecil Vano. Bocah tampan itu terlihat menikmati perlakuan Friska kepadanya, perlakuan yang belum pernah dia dapatkan kecuali dari Ardigo. Friska sengaja mengucapkan kalimat itu karena menurutnya dengan mengatakan kalimat seperti itu, seorang anak akan merasa dicintai dan dekat dengan orangtuanya

"Vano juga sayang kepada Tante dan Papa" balas Vano lalu mengurai pelukannya

"Kami berangkat dulu " ujar Ardigo yang tidak terlalu ditanggapi oleh Friska

"Hati hati!" ucap Friska sambil mengantar kedua lelaki itu ke depan pintu apartemen

*****

Kini Friska, Naura dan Tasya telah berdiri di depan gedung yang menjulang tinggi. Terdapat tulisan FABIYAN's CORP pada bagian tengah atas gedung. Para pegawai yang tampak berlalu lalang di dalam perusahaan menunjukkan betapa sibuknya perusahaan ini

Mereka menatap dengan penuh kekaguman pada bangunan kokoh tersebut. Seketika mereka merasa semakin kecil dan tidak percaya diri bisa diterima disini

"Kamu benar benar sudah menyiapkan perusahaan cadangan kan, Ra?" tanya Tasya tanpa mengalihkan tatapannya dari gedung di hadapannya.

"Iya Sya, kita bisa pergi kesana setelah mendengar penolakan dari Fabiyan's Corp" balas Naura. Dia yang awalnya optimis kini mulai ragu

"Ayo, sebaiknya kita langsung masuk saja" usul Friska yang disetujui oleh kedua sahabatnya

Mereka masuk dan langsung disuguhi pemandangan indah di dalam gedung ini. Interior yang elegan dan berkelas langsung menyita perhatian mereka bertiga

"Ada yang bisa saya bantu?" sapa ramah seorang resepsionis dengan senyumnya

"Em... kami mahasiswa fakultas ekonomi dari kampus Universitas Gelora mbak. Dan kami ingin mengajukan lamaran magang di Fabiyan's Corp" ujar Friska mewakili

"Tunggu sebentar ya, saya akan hubungi bagian HRD dulu"

"Baik mbak"

Tak lama kemudian datanglah seorang pria dengan tubuh tegap dan kulit sedikit coklat yang membuatnya terlihat manis. Dia membawa Friska, Naura dan Tasya menuju sebuah ruangan. Lalu meninggalkan mereka di ruangan tersebut dengan sang manager HRD.

Seluruh karyawan fabiyan's Corp memang tidak mengenali Friska, karena mereka tidak ikut pada upacara pernikahan waktu itu. Mereka hanya menghadiri pesta pernikahan dimana Friska telah disulap menjadi sosok yang berbeda, dengan balutan dress yang indah serta make up yang menawan. Sehingga ketika melihat Friska yang tampil natural, mereka tidak mengenalinya sebagai istri CEO mereka.

Setelah mengajukan pendaftaran serta menyerahkan berkas mereka masing masing, mereka pun keluar dari ruangan tersebut. Besok mereka akan kembali untuk melakukan tes wawancara

"Sepertinya kita harus segera mengumpulkan semua berkas lagi untuk mendaftar di perusahaan lain" celetuk Friska saat sudah berada di luar gedung yang menjulang tinggi tersebut

"Besok kita akan lakukan yang terbaik" ujar Tasya berusaha optimis yang langsung di angguki oleh Naura

Mereka pun memutuskan untuk pulang ke rumah masing masing. Friska pulang dengan diantar kembali oleh Tasya

"Aku masih tidak menyangka kamu bisa tinggal disini, Fris. Aku sangat penasaran dengan sosok suamimu" ucap Tasya yang kembali mengagumi gedung apartemen yang ditinggali oleh sahabatnya itu. Saat menjemput Friska tadi pagi, dia sedikit terkejut ketika melihat alamat yang dikirimkan oleh Friska. Namun, saat tiba di depan gedung tersebut, dia memang mendapati Friska disana yang sudah menunggunya.

"Sudahlah, tidak ada yang spesial dari dirinya" balas Friska asal. Dia hanya memberitahu tentang pernikahannya kepada Tasya, namun tidak dengan perjanjian mereka yang akan berpisah setelah 8 bulan.

"Oh iya bukankah waktu itu kamu bilang kamu menikah dengannya untuk menjaga nama baik keluarga dan perusahaannya? itu berarti suamimu seorang CEO, bukan? kenapa kita tidak magang disana saja?" tanya Tasya yang tiba tiba teringat dengan sosok suami Friska

"Hei apa yang kamu bicarakan? aku tidak mau!" jawab Friska cepat. Dia heran, bisa bisanya Tasya berpikiran sama dengan Vano

Menyadari hubungan tidak baik antara Friska dan suaminya, membuat Tasya seketika mengerti

"Baiklah, baiklah. Semoga kita diterima di Fabiyan's Corp"

"Semoga saja"

"Baiklah kalau begitu, aku pulang dulu. Karena kita sudah izin untuk libur, jadi aku tidak akan ke kafe hari ini"

"Sepertinya aku juga. Terimakasih ya, Sya. Hati hati di jalan"

Tasya pun melajukan motornya menuju kontrakan, tempat tinggalnya selama berada di kota ini.

Di tempat lain,

Tok.. tok.. tok

"Masuk!" perintah Ardigo

"Ada apa memanggil saya, Pak?" tanya Andre

"Tolong bawakan daftar mahasiswa yang mengajukan lamaran magang disini!" ucap Ardigo tegas

Andre hanya menatap Ardigo heran, pasalnya bosnya ini tidak pernah peduli dengan urusan anak magang di kantor ini. Setelah sekian lama menerima mahasiswa magang, tidak pernah sekalipun dia tertarik untuk ikut campur, dia menyerahkan sepenuhnya kepada bagian HRD

"Ada apa denganmu?" tanya Ardigo seakan mengerti tatapan Andre

"Tidak pak, hanya saja tidak biasanya anda turun tangan untuk urusan anak magang"

"Saya berpikir, setidaknya saya juga harus tau dengan orang orang yang magang di perusahaan saya" balas Ardigo santai

"Baiklah pak, akan saya bawakan. Saya permisi" pamit Andre kemudian berlalu dari ruangan sang CEO

Tiba tiba ponsel mahal milik Ardigo berdering menandakan ada yang menghubunginya

"Halo, Ma!"

*****

Saat masih berjalan di lobi gedung apartemen, Friska merasakan ponselnya bergetar dan berdering. Dia melihat sekilas nama sang penelpon lalu mengangkatnya

"Ada apa?"

"Kamu sudah pulang?"

"Sudah, aku sedang di lobi apartemen"

"Bisakah kamu menjemput Vano di sekolah? Mama sedang tidak ada di rumah. Dia sedang mengikuti acara arisan di rumah temannya"

"Baiklah. Aku bisa"

"Aku sudah menghubungi Pak Deni untuk mengantarmu"

"Baiklah kalau begitu" Dan sambungan telepon pun terputus

Kini Friska telah tiba di depan sekolah Vano. Disana dia berdiri bersama para orangtua siswa yang juga sedang menunggu anak mereka. Kebanyakan dari orangtua tersebut adalah kaum ibu ibu. Seketika Friska teringat dengan Vano

Bagaimana ya perasaan Vano ketika melihat anak anak yang lain dijemput oleh orangtua mereka, sedangkan dia hanya dijemput oleh supir? aku yakin dia pasti merasa iri. Batin Friska mengingat Vano yang setiap hari dijemput oleh Pak Deni

Tak lama kemudian para siswa TK pun terlihat berhamburan keluar dari sekolah. Ada yang berlari mengejar orangtuanya dan ada juga yang masih sibuk bersenda gurau dengan teman temannya. Dari kejauhan, Friska melihat Vano berjalan bersama seorang bocah perempuan

Apakah dia yang bernama Cecil? Batin Friska

"Mamaa" teriak bocah perempuan tersebut ketika sudah dekat dengan sang ibu. Dia memeluk kaki perempuan yang dipanggilnya dengan sebutan mama itu. Friska melihat Vano hanya menatap Cecil dan ibunya secara bergantian, lalu tersenyum ketika ibu Cecil menyapanya

Friska tidak tega melihat Vano yang seperti itu. Dia lalu berjalan cepat menghampiri ketiga orang tersebut.

"Vano.." Sapa Friska lembut

Mendengar namanya dipanggil, Vano pun menoleh dan melihat Friska yang sudah berdiri di hadapannya dengan tersenyum hangat. Matanya melebar diiringi dengan senyum tak percaya ketika melihat Friska ada disini

"Tante Friska!!"

To be continued.

1
Nuryati Yati
semangat thor
Nuryati Yati
😭😭😭
Nuryati Yati
rasakno Vania makanya punya mulut tu di jaga jangan seenaknya asal jeplak
Nuryati Yati
👍👍👍
Nuryati Yati
sombong amat Digo
Nuryati Yati
😅😅
Nuryati Yati
mulai mengagumi
Nuryati Yati
si Digo negative thinking terus minta di getok ni otaknya
Nuryati Yati
katanya sayang sama anak kok ngasih makanan gk sehat
Nuryati Yati
Digo jd papa egois gk paham dan ngerti keinginan Vani
Nuryati Yati
pedes amat mulut nya Ardigo pen tk tapok sandal 😁
Nuryati Yati
Bpk nya Friska kemana kok di titipin panti asuhan
Fitri Saadah
Luar biasa
Nuryati Yati
mampir
Ida Damayanti
❤️❤️❤️❤️❤️
etna winartha
ceritranya enak dibaca
etna winartha
sesuai lah visualnya
Fani Indriyani
Dasar friska 😂😂
Rose Reea
sukaaaa
ardigo-friska 🫶
Rose Reea
wkwkwkkw
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!