Dikhianati menjadikannya penuh ambisi untuk balas dendam.
Semua bermula ketika Adrian berniat memberi kejutan untuk kekasihnya dengan lamaran dadakan. Tak disangka, kejutan yang ia persiapkan dengan baik justru berbalik mengejutkannya.
Haylea, kekasih yang sangat dicintainya itu kedapatan bermesraan dengan pria lain di apartemen pemberian Adrian.
Dendam membuat Adrian gelap mata. Ia menjerat Naomi, gadis belia polos yang merupakan bekas pelayan kekasihnya.
Tadinya, Adrian menjerat Naomi hanya untuk balas dendam. Tak disangka ia malah terjerat oleh permainannya sendiri. Karena perlahan-lahan kehadiran Naomi mampu mengikis luka menganga dalam hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33 : DIA PANTAS MENDAPATKANNYA!
“Huufftt!”
Lega rasanya setelah mobil meninggalkan gerbang rumah besar itu. Naomi menoleh ke belakang dan melihat ibu berdiri di depan pintu utama dengan berkacak pinggang.
Sudah tentu tindakan kurang sopan Naomi barusan membuat wanita itu geram. Tetapi masa bodoh, Naomi tak ingin ambil pusing. Hidupnya sudah terinjak oleh Adrian. Ia tak ingin ada orang lain lagi yang memperlakukannya seperti budak.
“Aku bisa membayangkan wajah Nona Erica sekarang,” ucapnya dalam hati sambil cekikikan.
Bruno yang sedang fokus mengemudi lantas menatap Naomi dari pantulan kaca spion. “Nona, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa nyonya terlihat sangat marah?”
Mendadak senyum di wajah Naomi meredup, berganti menjadi sangat murung dan terlihat sedih. “Bruno, sepertinya aku melakukan kesalahan besar.”
“Kesalahan apa, Nona?” tanya Bruno. Pria itu tak dapat menebak kesalahan besar apa yang telah diperbuat Naomi hingga nyonya menjadi sangat marah.
“Sepertinya aku salah memasukkan bubuk merica ke dalam jus Nona Erica. Tuan pasti akan menghukumku.”
“Apa?” Saking terkejutnya, Bruno menginjak pedal rem mendadak yang membuat tubuh Naomi hampir terjungkal. Beruntung ia masih sempat menggunakan sabuk pengaman.
“Anda memasukkan bubuk merica ke dalam jus Nona Erica?” ulang Bruno dengan mata melotot.
Naomi mengangguk seolah penuh sesal. “Apa kamu akan mengadukanku pada Tuan Adrian?”
Bibir Bruno terkatup rapat dan belum sanggup mengucapkan sepatah kata pun. Satu hal yang pasti, Nyonya Iriana pasti akan melaporkan perbuatan Naomi pada Adrian.
“Ti-tidak, Nona! Tentu saja saya tidak akan berani,” ucapnya cepat. “Tapi nyonya pasti akan mengadukan Anda pada tuan.”
“Baiklah, tidak apa-apa. Aku akan menerima hukuman apapun,” ucap Naomi pasrah.
“Dan aku akan mengulanginya saat memiliki kesempatan lagi, hehe ....” dalam batin Naomi.
“Oh ya, Nona mau ke mana sekarang?”
Naomi seketika teringat pada tujuannya keluar rumah hari itu. Ia membuka tas dan mengeluarkan selembar koran. Tadi pagi, ia sempat membaca iklan lowongan kerja dan tertarik dengan beberapa pekerjaan yang tak membutuhkan ijazah.
“Pertama aku akan pergi The Keong Kembar Cafe, di sana ada lowongan pekerjaan.”
“Kafe? Anda akan bekerja sebagai apa?”
“Pelayan!” Jawaban santai Naomi membuat mata Bruno membeliak.
Bekerja sebagai pelayan? Apa kata orang kalau tahu istri Tuan Adrian Marx bekerja sebagai pelayan?
.
.
Pekerjaan benar-benar menyita perhatian Adrian hingga tak memiliki waktu untuk memikirkan hal lain. Bahkan ponsel yang sudah beberapa kali berdering diabaikannya.
Adrian menghela napas panjang kala benda pipih itu berdering. Dengan terpaksa ia mengeluarkan benda itu dari laci. Melihat nama yang tertera pada layar, ia pun segera menggeser simbol hijau.
“Iya, Ibu ...,” ucap Adrian sesaat setelah panggilan terhubung.
“Adrian, kamu harus memberi hukuman untuk istrimu yang kurang ajar itu,” desak ibu.
Kerutan tipis terukir di kening Adrian mendengar nada kesal di ujung telepon. Ia sedang menebak apa yang telah dilakukan istrinya hingga membuat ibu begitu marah.
“Memang apa yang sudah dilakukan Naomi, Bu?”
“Dia benar-benar wanita tidak bermoral. Apa kamu tahu, dia menambahkan bubuk merica ke dalam jus tomat Erica.”
Meskipun terkejut, namun Adrian tidak menelan mentah-mentah laporan sang ibu. “Bubuk merica? Ibu yakin Naomi yang melakukannya?”
"Dia yang membuat jus itu. Tentu saja dia menambahkan bubuk merica ke dalamnya. Sejak kecil Erica sudah tinggal bersama kita dan selama ini tidak ada seorang pelayanpun yang berani melakukan hal seperti ini.”
Adrian terdiam. Otaknya sedang berusaha mengurai sebuah kesimpulan dari kemarahan ibu yang meledak-ledak.
“Tunggu! Ibu bilang Naomi membuat jus? Apa Erica menyuruh Naomi membuat jus?” tanya Adrian ingin memastikan.
Ibu terdiam beberapa saat. “Emh, iya. Tadi ibu meminta tolong padanya dibuatkan jus.”
“Apa Naomi menambahkan bubuk merica ke dalam jus Ibu juga?”
“Tidak, dia hanya melakukannya pada jus Erica.”
Adrian menghembuskan napas kasar. “Erica pasti melakukan sesuatu sampai membuat Naomi marah. Jadi lain kali jangan melakukannya lagi.”
“Apa? Ibu tidak percaya ini, kamu membela wanita itu?”
“Ibu, aku membawa pulang istriku ke rumah bukan untuk kalian jadikan pelayan. Kalau Ibu merasa pelayan di rumah kurang, beritahu aku biar kutambah!”
“Apa ini artinya kamu akan diam saja dan tidak memberi Naomi hukuman?”
“Aku tidak akan menghukum Naomi. Erica memang pantas mendapatkannya.”
“A-Adrian kamu—”
"Sudahlah, Bu," potong Adrian cepat. "Aku sedang banyak pekerjaan. Kita bicarakan lagi nanti di rumah."
Tanpa menunggu balasan dari ibu, Adrian menutup panggilan dan meletakkan ponsel di laci meja. Sejenak bersandar di kursi sambil memikirkan Naomi.
Haha, apa mereka pikir bisa menindas kepiting kecil itu? Aku saja dimaki, apalagi cuma kalian.
.
.
Naomi merasakan lemas pada sendi-sendinya saat keluar dari sebuah kafe. Lembar koran di tangannya sudah kusut karena ia remas. Entah sudah beberapa tempat yang didatangi untuk melamar kerja. Namun, semua menolaknya dengan berbagai alasan.
Naomi tak tahu harus bagaimana lagi. Bahkan The Keong Kembar Cafe, yang dipikirkan akan menerima dirinya juga menolak.
Bruno yang melihat istri tuannya berjalan lesu menerbitkan senyum. “Bagaimana, Nona? Apa Anda diterima bekerja?”
Naomi menggeleng dengan lemas. “Mereka menolak. Katanya pekerjaan ini tidak cocok untukku.”
Ia menyandarkan punggung sambil memeluk koran kusut itu di dadanya.
“Aku harus ke mana sekarang? Kenapa semua tempat menolakku?”
...........